Agama dan Sains Itu Apakah Berhubungan ataukah Bertolak Belakang?

Halo sahabat Warstek, kali ini akan dibahas tentang sains dan agama nih. Banyak diantara kita ada yang menganggap sains dan […]

blank

Halo sahabat Warstek, kali ini akan dibahas tentang sains dan agama nih. Banyak diantara kita ada yang menganggap sains dan agama itu berhubungan. Ada juga yang menganggap tidak berhubungan satu sama lain. Lalu manakah yang benar?

blank
Ilustrasi Perbedaan Sains Dan Agama

Nah untuk diketahui bahwa semua agama besar lahir dalam era pra-modern dan pra-saintifik dimana era itu biasa disebut era mitologi. Untuk agama besar terakhir, pertama kali muncul adalah agama islam sekitar tahun 610 M. Sedangkan, revolusi saintifik sebagai penanda era modern dan ilmiah baru terjadi sekitar tahun 1.500 masehi. Itu dimulai ketika kapal Magellan kembali ke Spanyol setelah tiga tahun perjalanan dengan jarak tempuh 72.000 kilometer. Sebelumnya, tidak ada manusia yang berani berlayar mengelilingi bumi. Saat itu flat earth adalah anggapan banyak manusia di era pra-saintifik ini.

Di era saintifik ditandai oleh Galileo Galilei dan Johannes Kepler yang membangun cara-cara berpikir santifik dalam sejarah kehidupan modern. Kalau orang Barat mau sedikit jujur dengan sejarah, maka era saintifik seharusnya sih ditandai oleh Ibnu Haytham sebagai orang pertama dalam sejarah yang merumuskan metode pengkajian saintifik dan cara berpikir ilmiah yang bertahan hingga hari ini.

Cara pandang saintifik yang didatangkan oleh revolusi ini memang cukup berbenturan dengan cara pandang mitologis dari zaman sebelumnya. Di era tersebut memang banyak ilmuwan yang mendapat penolakan dari kaum agamawan.

Kisah tokoh-tokoh Yang Berusaha Menghubungkan Agama Dengan Sains

Nah, Banyak terjadi bentrokan antara keyakinan dan ilmu pengetahuan, yang paling terkenal kemungkinan adalah kecaman Galileo terhadap aksi agama Katolik menghukum kelompok sesat di Roma pada tahun 1633. 

Saat itu pengetahuan umum, ilmu pengetahuan dan Gereja memandang Bumi adalah pusat alam semesta. Tetapi lewat hasil pengamatan dengan menggunakan teleskopnya, Galileo menyatakan Bumi berputar mengelilingi Matahari. Beberapa legenda mengatakan bahwa Galileo dipenjara dan bahkan disiksa gereja Katolik. Semua hal ini sebenarnya tidak terjadi, tetapi dia memang dituduh menentang agama, dikenai tahanan rumah, dipaksa menyatakan dirinya dikutuk dan menentang “kesalahan dan kesesatan” karya ilmu pengetahuannya. Namun pada akhirnya gereja pun mengakui kesalahan pandangannya dengan mencabut karya Galileo dari indeks buku-buku terlarang meskipun baru dilakukan pada abad 19.

Newton pun menjelaskan mengapa semua planet mengelilingi matahari. Menurutnya semua planet bergerak dengan orbit ellips mengelilingi matahari sebagai akibat adanya dua gerakan yang tidak setara, pertama adalah gerakan lurus ketika tata surya terbentuk dan kedua adalah gerakan matahari akibat gaya berat. Dengan demikian Newton pun membuktikan bahwa hukum yang sama mengenai benda-benda yang bergerak berlaku di mana-mana diseluruh alam semesta.

Dan dia pun membantah kepercayaan abad pertengahan yang percaya bahwa ada satu perangkat hukum untuk langit dan perangkat lain untuk bumi. Pandangan dunia heliossentris telah menemukan penegasan dan penjelasan finalnya. Ketika Newton membuktikan bahwa beberapa hukum alam berlaku diseluruh alam semesta, orang mungkin berfikir bahwa dengan cara itu dia akan merusak kepercayaan pada kekuasaan Tuhan. Namun keteguhan Newton sendiri tak pernah tergoyahkan, dan dia pun menganggap hukum alam sebagai bukti adanya Tuhan yang maha besar dan maha kuasa.

Tokoh Lain

Tokoh lain seperti Albert Einstein memiliki pandangan yang terkenal, yaitu “ilmu tanpa agama lumpuh dan agama tanpa ilmu buta”. Ini membawa konsep integrasi antara ilmu (sains) dan agama. Tanpa agama sains akan kehilangan inspirasi-inspirasi baru untuk berkembang, demikian agama tanpa ilmu akan tertutup dan eksklusif. Menurutnya agama dan sains adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan karena saling mendukung satu sama lain.

Sains dan Agama Pasti Ada yang Membedakan

Untuk diketahui juga bahwa sains terus berkembang mengikuti kemajuan zaman karena sifatnya yang dinamis. Sedangkan, agama berjalan di tempat karena memang sifatnya yang dogmatis. Agama tidak bisa berubah terlalu banyak karena harus merujuk pada satu sosok yang terikat oleh ruang dan waktu yang statis. Beda dengan sains, dia tidak mengkultuskan siapa pun.

Memang diketahui bahwa agama dan sains itu ada yang menganggap bersatu, ada juga yang tidak akan pernah bersatu. Selama ratusan tahun para pemikir yang mendukung agama dan ilmu pengetahuan berusaha menyatukan kedua hal ini. Banyak Perbedaan mendasar seakan tidak dapat di damaikan. Agama berawal dari keyakinan dan resisten terhadap perubahan, bersandar pada keimanan dan dogmatis serta bersifat subyektif dan emosional, sedangkan sains berawal dari keraguan dan setiap saat bisa mengalami perubahan dan selalu menguji hipotesis dan teorinya melalui pengalaman maupun eksperimennya, serta bertumpu pada fakta yang diamati dan bersifat obyektif rasional.

Agama Dan Sains, Apakah Berhubungan ?

Terdapat 2 sudat pandang yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan agama yaitu :

  1. Kita lihat apakah ada sebuah agama yang konsepsinya melahirkan keimanan dan sekaligus rasional, atau semua gagasan yang ilmiah itu bertentangan dengan agama, tidak memberikan harapan dan tidak melahirkan optimisme.
  2. Hal itu menjadi landasan dalam membahas hubungan antara agama dan ilmu pengetahuan yaitu pertanyaan tentang bagaimana keduanya ini berpengaruh pada manusia.

Untuk diketahui bahwa masa Reda Konflik Agama dan Sains mulai berlangsung pada abad 21. Dimana masyarakat dan ilmuwan mulai terbuka tentang isu-isu agama dan sains, dimana sudah muncul paradigma baru dalam ilmu pengetahuan, mekanistik deterministik menjadi probabilistik relatifistik. Menurut penulis memang agama dan sains harus bersatu dan pada dasarnya sih berkaitan satu sama lain dan dapat masuk akal serta dapat berpengaruh satu sama lain. Karena seperti ucapan Albert Enstein “ilmu tanpa agama lumpuh dan agama tanpa ilmu buta”.

Mungkin segini yang dapat penulis sampaikan, bagaimana tanggapan anda? Sampaikan di kolom komentar ya!

Referensi:

4 komentar untuk “Agama dan Sains Itu Apakah Berhubungan ataukah Bertolak Belakang?”

  1. blank
    Kurnia Dwi Inayati

    Assalamu’alaikum… Menarik sekali isinya…
    Kalau sy baca dari filsafat ilmu di antaranya, wahyu (al-quran) tidak masuk dalam sumber pengetahuan… Sumber pengetahuan yang analitik dan bisa digunakan dalam penalaran ilmiah adalah reason (akal) dan sense perception (indra), wahyu tidak masuk dalam kategori analitik… Kemudian sy bingung dan bertanya-tanya, lalu peran agama dimana?
    Dalam ontologi pun jelas, batasan penjelajahan ilmu hanya smpai pada pengalaman manusia, ini menurut sy logis sekali, karena dalam sains pun objeknya bukan juga hal2 non materi.. Akan tetapi setelah sy baca lebih dalam lagi, sy baca lagi ttg epistemologi dan aksiologi akhirnya sy menemukan jawaban… Begini yg sy tangkap : dalam kegiatan ilmiah, segala hal harus bisa dipertanggungjawabkan secara rasional dan empiris, namun ada agama sebagai pedoman, apakah kegiatan ilmiah yg kita lakukan itu masih dalam batasan agama atau sudah melampaui batas, dan apakah hasil dari kegiatan ilmiah kita benar benar membawa kebaikan? Disitulah peran agama. Dan kita sebagai umat Islam punya al-quran kitab luar biasa, yg isinya ga cuman masalah agama, tapi banyak sekali bahasan ttg alam semesta yg bisa kita kembangkan menjadi rintisan sains masa depan….
    WA Allahu a’lamu bis Showab…
    Mohon diluruskan min…
    Wassalamu’alaikum…

  2. blank
    Ray Miracle Hutapea

    Mohon izin mau mengkritik beberapa pernyataan di artikel ini (mohon maaf jika kritikan saya salah/cacat logika namun di sini saya mencoba sebisa mungkin)

    1. “Saat itu flat earth adalah anggapan banyak manusia di era pra-saintifik ini.” Pada faktanya, pemahaman ini adalah sebuah mitos yang berkembang pada abad ke-19, karena kenyataannya orang-orang terpelajar di Eropa sepanjang abad pertengahan percaya bahwa bumi itu memang benar bulat
    Referensi:
    https://en.m.wikipedia.org/wiki/Myth_of_the_flat_Earth
    https://www.thoughtco.com/did-medieval-people-believe-in-a-flat-earth-1221612

    2. “Kalau orang Barat mau sedikit jujur dengan sejarah, maka era saintifik seharusnya sih ditandai oleh Ibnu Haytham sebagai orang pertama dalam sejarah yang merumuskan metode pengkajian saintifik dan cara berpikir ilmiah yang bertahan hingga hari ini.” Kalau mau lebih jujur lagi sebenarnya kita bisa patok masa manapun sejak jaman besi sebagai “masa pertama ditemukannya metode saintifik” karena metode saintifik sendiri tidak ditemukan oleh 1 individu saja, melainkan juga hasil pengembangan beberapa pemikiran.
    Referensi:
    https://en.m.wikipedia.org/wiki/History_of_scientific_method
    https://study.com/learn/lesson/scientific-method-development-overview-who-invented-the-scientific-method.html#:~:text=Course%2027K%20views-,Who%20Invented%20the%20Scientific%20Method%3F,the%20ideas%20that%20inspired%20him.

    3. “Namun keteguhan Newton sendiri tak pernah tergoyahkan, dan dia pun menganggap hukum alam sebagai bukti adanya Tuhan yang maha besar dan maha kuasa.” Walau memang benar Newton adalah seorang teis, namun pandangannya terhadap Tuhan cukup aneh dan berbeda dari pandangan utama pada masa itu, khususnya pandangan Gereja baik itu Gereja Ortodoks, Gereja Katolik, maupun gereja-gereja Protestan manapun.
    Referensi:
    https://en.m.wikipedia.org/wiki/Religious_views_of_Isaac_Newton
    https://www.cam.ac.uk/stories/rediscoverednewton#:~:text=Newton%20was%20an%20unusual%20Christian,keeping%20his%20beliefs%20to%20himself.

    4. “Tokoh lain seperti Albert Einstein memiliki pandangan yang terkenal, yaitu “ilmu tanpa agama lumpuh dan agama tanpa ilmu buta”. Ini membawa konsep integrasi antara ilmu (sains) dan agama.” Sebenarnya kutipan tersebut sering disalahgunakan sebagai “bukti” bahwa Einstein mendukung kompatibilitas antara “agama” dengan sains. Padahal kalau kita lihat konteks dari kutipan tersebut maka jelas bahwa yang dimaksud bukanlah “agama” seperti yang orang awam pikirkan.
    Referensi:
    https://www.theguardian.com/science/2008/may/12/peopleinscience.religion
    https://newrepublic.com/article/115821/einsteins-famous-quote-science-religion-didnt-mean-taught

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *