Sapi Belgian Blue: Upaya Swasembada Daging dan Isu Persilangan dengan Babi

Ditulis Oleh Zakaria H Abdurrahman  Kebutuhan akan protein hewani menjadi prioritas sejak lama di berbagai negara, termasuk sumber protein hewani […]

blank

Ditulis Oleh Zakaria H Abdurrahman 

Kebutuhan akan protein hewani menjadi prioritas sejak lama di berbagai negara, termasuk sumber protein hewani dari daging sapi. Sampai hari ini, pemerintah Indonesia masih melakukan impor untuk memenuhi kebutuhan daging sapi nasional. Impor masih dilakukan karena adanya pertambahan jumlah penduduk dan meningkatnya pendapatan masyarakat Indonesia tanpa diimbangi dengan pertumbuhan populasi dan produksi daging sapi di Indonesia, seperti terlihat pada tabel berikut.

blank

Sumber: Data BPS 2019[1]

Masalah yang dihadapi dalam mencukupi kebutuhan daging sapi di dalam negeri antara lain disebabkan oleh faktor pertumbuhan produksi yang lambat (seekor induk hanya dapat melahirkan 1 ekor anak sapi dalam setahun), penerapan teknologi budidaya terbaru yang masih rendah, dan yang paling utama adalah hampir 98% usaha sapi potong di Indonesia didominasi oleh peternakan rakyat, di mana masih digarap sebagai pekerjaan sampingan bahkan hanya sebagai tabungan[1],[2].

Pemerintah Indonesia sudah lama tidak tinggal diam dan terus berupaya untuk mencukupi kebutuhan daging sapi nasional melalui program swasembada daging sapi tahun 2026. Implementasi program swasembada daging sapi antara lain difokuskan di beberapa langkah, antara lain pengembangan usaha berbasis sapi lokal asli Indonesia, optimalisasi inseminasi buatan/kawin suntik dan intensifikasi kawin alam, penyediaan dan pengembangan pakan dan air, penanggulangan gangguan reproduksi dan peningkatan pelayanan kesehatan hewan (keswan), perlindungan sapi betina produktif, dan pengaturan stok sapi bakalan dan daging melalui pengendalian impor[2].

blank
Gambar 1. Sapi Belgian Blue double muscling

Untuk mewujudkan percepatan swasembada daging sapi, pemerintah melalui Kementerian Pertanian mengembangkan sapi ras Belgian Blue (BB). Sapi BB merupakan sapi yang terkenal dengan double muscling (otot berganda), yaitu kondisi yang disebut “muscular hypertrophy” dimana massa dan ukuran otot membesar, sehingga sapi menjadi sangat besar dan dagingnya melimpah. Kementerian Pertanian sejak tahun 2017 telah menghasilkan anak BB murni hasil Transfer Embrio (TE) sebanyak 97 ekor dan persilangan BB sebanyak 278 ekor (berasal dari induk FH, Simmental, Limousin, PO, Brahman, Angus, Aceh, Wagyu, dan Madura)[3]. Sapi BB pertama hasil transfer embrio pada 30 Januari 2017 berjenis kelamin Jantan, lahir dengan berat 62,5 kg dan diberi nama “Gatot Kaca”, yang dinyatakan sebagai sapi belgian blue hasil transfer embrio pertama di Asia Tenggara. “Gatot Kaca” merupakan keturunan dari pejantan bernama Adajio De Bray dan Induk Fripoulle De Cras Avernas[8].

blank
Gambar 2. Sapi Belgian Blue bernama Gatot Kaca, ketika ulang tahunnya yang pertama beratnya mencapai 377 kg

Hadirnya sapi BB yang juga diperkenalkan kepada masyarakat menjadi harapan baru bagi banyak pihak, karena dengan bobot badan yang dapat mencapai 2 kali lipat dari sapi lokal pada umumnya diharapkan dapat mempercepat swasembada daging sapi di Indonesia. Namun, apakah hal ini akan sesuai dengan harapan dan berjalan dengan mulus? Bagaimanakah asal-usul sapi BB yang sebenarnya?

Asal-usul Sapi Belgian Blue dan sifat double musculing

Sapi Belgian Blue dengan sifat double musculing hingga saat ini masih diisukan sebagai hasil persilangan sapi dengan babi, padahal sapi dan babi merupakan spesies yang berbeda, apalagi jumlah kromosom keduanya tidak sama sehingga mustahil disilangkan[4],[5],[6]. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, double muscling adalah istilah untuk menyebut fenomena muscular hypertrophy dimana ukuran dan massa otot bertambah. Sebenarnya, fenomena ini tidak hanya ditemukan pada sapi, namun juga pada beberapa species ikan dan mamalia lainnya. Double muscling terjadi karena mutasi pada gen MSTN (Myostatin), menyebabkan gen MSTN yang bertanggungjawab untuk mengontrol tumbuh kembang otot menjadi tidak berfungsi. Akibatnya pertumbuhan otot tidak terkendali dan terjadilah fenotip double muscling.

Sapi BB pada awalnya merupakan sapi dwi fungsi, yaitu sebagai sapi perah dan sapi pedaging. Mutasi MSTN terjadi secara spontan pada beberapa individu BB, sehingga memunculkan fenotip double muscling pada sapi BB. Pada awalnya peternak menyukai performannya sehingga sapi BB dengan double muscling dikawinkan dengan sesama sapi BB double muscling, yang pada akhirnya membentuk sub-populasi terpisah. Oleh karena itu, saat ini terdapat dua sub-populasi BB di Belgia, yaitu tradisional (dwi fungsi) dan sapi BB double muscling.

Sapi BB dengan gen double muscling menjadi unggul karena menghasilkan persentase karkas yang jauh lebih tinggi, potongan daging yang lebih banyak, terutama  bagian daging yang mahal (rendak lemak dan lembut). Selain itu, konversi pakannya cukup baik dan mudah beradaptasi terhadap lingkungan. Namun, sapi BB double muscling juga dapat menimbulkan beberapa kelemahan, seperti sistem rangka dan organ dalam yang lebih kecil, serta penurunan berat kulit dibandingkan dengan sapi normal. Hal ini menyebabkan sapi double muscling rentan terhadap masalah pernapasan karena paru-paru dan saluran napas yang lebih kecil, serta memiliki daya tahan rendah karena jantung dan sistem pencernaan yang lebih kecil.

Hal yang lebih mengkhawatirkan adalah sapi double muscling memiliki tulang pinggul yang lebih sempit karena sistem kerangka yang lebih kecil, sehingga jika dihadapkan dengan berat janin yang lebih besar sering menyebabkan distokia (kesulitan melahirkan) dan kematian perinatal. Masalah ini biasanya diselesaikan dengan melakukan operasi Caesar. Sebagai informasi, sapi keturunan BB yang murni (hasil TE) di Indonesia juga lahir dengan operasi caesar, sedangkan hasil persilangan dengan bangsa lain dapat lahir secara normal tanpa operasi dengan syarat dilakukan diet pakan yang ketat pada trimester kebuntingan untuk menjaga berat lahir.

blank
Gambar 3. Sapi keturunan BB double muscling di BET Cipelang, Indonesia

Walaupun operasi berhasil dan anak sapi lahir dengan selamat, hal ini dapat menurunkan efisiensi pemeliharaan sapi, apalagi interval melahirkan sapi akan semakin lama dibandingkan dengan sapi yang, melahirkan dengan normal. Potensi kematian anak sapi karena produksi susu sapi yang lebih rendah pasca operasi juga bisa terjadi karena sapi lebih menderita rasa sakit pasca operasi. Efek samping yang lain yang dapat terjadi adalah seperti nafsu makan yang menurun dan infeksi rahim, sehingga mengurangi kesuburan serta tingkat kehamilan. Selain itu, biaya pengobatan dan perawatan ternak meningkat, dan hal ini menjadi masalah yang besar di tingkat peternakan rakyat[7],[8.

Oleh karena itu, alih-alih memperbaiki aspek reproduksi dan mencapai swasembada daging sapi, pengembangan sapi BB double muscling dapat membawa lebih banyak masalah seperti interval melahirkan yang lebih lama, sehingga bisa menyebabkan pengembangan sapi BB double muscling ini menjadi berbiaya tinggi. Ali Agus, Dekan Fakultas Peternakan Universitas Gajah Mada (UGM) yang digandeng oleh pemerintah dalam program pengembangan sapi BB double muscling ini mengungkapkan kelemahan pengembangan sapi BB dalam pelaksanaannya yaitu sering terjadi kesulitan melahirkan sehingga memerlukan tindakan operasi, sehingga perlu kombinasi yang baik antara pure dan cross breed, sehingga anak sapi lahir dalam ukuran kecil dan berkembang besar saat di luar rahim, serta juga perlu manajemen pemeliharan dan manajemen pakan untuk mendukung metabolisme tubuhnya agar pertumbuhan otot dapat berkembang secara normal.

Sampai tahun 2019, pengembangan sapi BB double muscling masih bersifat tertutup di 11 UPT lingkup Kementerian Pertanian, dengan beberapa kajian yang dilakukan oleh peneliti dan tim pakar pendukung. Program ini dilaksanakan melalui kerja sama antara Ditjen PKH, Badan Litbang Pertanian, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia, dan Perguruan Tinggi. Kementerian Pertanian menargetkan sperma beku sapi Belgian Blue bisa didistribusi ke petani-petani Indonesia pada 2020. Sebaiknya pengkajian mengenai sapi BB dengan double muscling dilakukan dengan baik dan mendalam sebelum dilepaskan ke masyarakat.  Mengingat mayoritas penyumbang populasi sapi di Indonesia berasal dari peternakan rakyat, dimana hasil utamanya adalah anak sapi, maka program BB ini tidak tepat untuk diaplikasikan di Indonesia, Kecuali ada perusahaan khusus dengan pola tertutup yang khusus memproduksi daging dengan bibit sapi BB double muscling.[7],[9],[10]

REFERENSI

[1]https://www.bps.go.id. Diakses 28 Juli 2019

[2]Ashari, N. Ilham, dan S. Nuryanti. 2012. Dinamika program swasembada daging sapi: reorientasi konsepsi dan implementasi. Analisa Kebijakan Pertanian.10(2):181-198

[3]S. User. 2019. Pertemuan Evaluasi Pengembangan Sapi Belgian Blue di Indonesia. http://lolitsapi.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/info-aktual/334-pertemuan-evaluasi-pengembangan-sapi-belgian-blue-di-indonesia. Diakses 28 Juli 2019

[4]Master. 2017. HOAX: Sapi Hasil Persilangan Dengan Babi. https://turnbackhoax.id/2017/02/18/hoax-sapi-hasil-persilangan-dengan-babi/ diakses 31 Juli 2019

[5]Nuraini, R. 2019. Hoax, Informasi Persilangan Sapi dengan Babi https://jpp.go.id/cek-fakta/330068-hoax-informasi-persilangan-sapi-dengan-babi diakses 31 Juli 2019

[6]Prabowo, P. J. 2019. Hoaks, Informasi Persilangan Sapi dengan Babi. https://www.antaranews.com/berita/797080/hoaks-informasi-persilangan-sapi-dengan-babi diakses 31 Juli 2019

[7]Widyas, N., S. Prastowo, T. S. M. Widi, dan I. G. S. Budisatria. 2018. Precaution in Introducing Double-Muscled Exotic Breeds into Indonesian Cattle Population. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science:207

[8]Sapi Belgian Blue Itu, Bernama Srikandi. 2017. http://ditjenpkh.pertanian.go.id/sapi-belgian-blue-itu-bernama-srikandi. Diakses 28 Juli 2019

[9]Serius Kembangkan Sapi Belgian Blue di Indonesia, Kementan Gandeng Perguruan Tinggi. 2018. http://ditjennak.pertanian.go.id/serius-kembangkan-sapi-belgian-blue-di-indonesia-kementan-gandeng-perguruan-tinggi. Diakses 28 Juli 2019

[10]Belgian Blue Berkembang biak, Jadi Harapan Baru Capai Swasembada Daging Sapi. 2018. http://www.pertanian.go.id/home/?show=news&act=view&id=3380 Diakses 28 Juli 2019

2 komentar untuk “Sapi Belgian Blue: Upaya Swasembada Daging dan Isu Persilangan dengan Babi”

  1. halo admin,
    ini artikel baru kan ya? tapi di liat dari referensi, kebanyakan situs diakses pada tahun 2019. Ini ga salah?

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *