Boxplot: Pengertian, Komponen, Cara Membuat, dan Cara Interpretasi

Dalam analisis dan visualisasi data, boxplot menjadi alat yang sangat berguna untuk memahami distribusi, kecenderungan pusat, dan variabilitas suatu dataset. Artikel ini bertujuan untuk menggali lebih dalam tentang pengertian boxplot, menjelajahi konstruksinya, interpretasinya, dan aplikasi praktisnya.

Dalam analisis dan visualisasi data, boxplot menjadi alat yang sangat berguna untuk memahami distribusi, kecenderungan pusat, dan variabilitas suatu dataset. Artikel ini bertujuan untuk menggali lebih dalam tentang pengertian boxplot, menjelajahi konstruksinya, interpretasinya, dan aplikasi praktisnya.

Apa itu Boxplot?

Boxplot, atau yang dikenal juga sebagai diagram kotak-garis, menyajikan ringkasan grafis dari distribusi suatu kelompok data atau dataset. Boxplot menampilkan statistik kunci, termasuk median, kuartil, nilai minimimum, nilai maksimum, dan nilai-nilai yang potensial sebagai pencilan atau outliers, memberikan representasi singkat tentang penyebaran data.

Boxplot dan bagian-bagiannya tanpa ada data pencilan atau outliers
Boxplot dan bagian-bagiannya tanpa ada data pencilan atau outliers
Boxplot dan bagian-bagiannya dan ada data pencilan atau outliers
Boxplot dan bagian-bagiannya dan ada data pencilan atau outliers

Komponen Boxplot

a. Kotak (Box): Kotak di tengah mewakili rentang kuartil atau interquartile range (IQR) yang mencakup 50% data tengah.

b. Garis Whisker: Garis horizontal yang memanjang dari kotak menunjukkan rentang data dari data dengan nilai minimal hingga data nilai maksimal. Pada ujung garis horizontalnya kemudian digambarkan juga garis vertikal yang pendek sebagai penanda ujung nilai minimum dan nilai maksimum. Garis whisker pada umumnya tidak mencakup data pencilan atau outliers.

Boxplot dapat menggunakan dua jenis penentuan batas (whiskers) yang berbeda tergantung pada kebijakan atau standar yang digunakan. Kedua jenis tersebut adalah:

  1. Batas Minimum dan Maksimum Data: Dalam metode ini, whiskers (garis yang menghubungkan box ke nilai ekstrem) mencakup seluruh rentang data, dari nilai minimum hingga nilai maksimum. Tidak ada aturan khusus terkait outlier, dan semua nilai dianggap potensial sebagai titik outlier.
  2. Batas Interquartile Range (IQR): Dalam metode ini, whiskers ditarik hingga batas kuartil pertama (Q1) dikurangi 1.5 kali IQR untuk bagian bawah dan batas kuartil ketiga (Q3) ditambah 1.5 kali IQR (Q3-Q1) untuk bagian atas. Nilai di luar batas ini dianggap sebagai potensi outlier. Persamaan untuk menentukan batas whiskers:
    • Bagian Bawah: Q1 − (1.5×IQR)
    • Bagian Atas: Q3 + (1.5×IQR)

Kedua metode tersebut memiliki kelebihan dan kelemahan tergantung pada konteks analisis dan kebijakan yang diikuti. Metode batas IQR dengan aturan 1.5 kali IQR sering digunakan karena memberikan gambaran yang lebih konsisten tentang sebaran data tanpa terlalu memperhatikan nilai ekstrem yang mungkin merupakan outlier. Namun, pemilihan metode dapat bergantung pada kebutuhan spesifik analisis dan preferensi peneliti atau praktisi.

c. Garis Median: Garis di dalam kotak menggambarkan median, yaitu nilai tengah dari suatu kelompok data.

d. Pencilan: Titik-titik data di luar garis whisker dianggap sebagai pencilan atau outliers.

Membuat Boxplot

Membuat boxplot melibatkan langkah-langkah berikut:

a. Kumpulkan Data: Kumpulkan dataset yang ingin Anda analisis.

b, Urutkan Data: Urutkan data dari nilai terkecil ke nilai terbesar.

c. Identifikasi Kuartil: Hitung kuartil pertama (Q1), median, dan kuartil ketiga (Q3).

d. Interquartile range: Hitung panjang interquartile range (IQR) dengan mengurangi Q3 dengan Q1 (IQR=Q3-Q1)

e. Tentukan Panjang Garis Whisker: Tetapkan panjang whisker berdasarkan penyebaran data dengan nilai minimum adalah (Q1 – 1,5*IQR) dan nilai maksimum adalah (Q1 + 1,5*IQR) .

f. Gambar Kotak dan Garis Whisker: Gambarkan kotak dari Q1 ke Q3, tambahkan garis median, dan perpanjang garis whisker.

Contoh pembuatan boxplot:

Andi ingin menganalisis distribusi waktu belajarnya setiap hari dalam seminggu. Dia mencatat jumlah jam belajar selama satu minggu penuh. Berikut adalah data waktu belajar (dalam jam) Andi selama seminggu:

5,4,6,6,3,5,8

  1. Buatlah boxplot untuk distribusi waktu belajar Andi.
  2. Tentukan nilai dari median, kuartil pertama (Q1), kuartil ketiga (Q3), serta panjang interquartile range (IQR).
  3. Apakah ada potensi outlier dalam data waktu belajar Andi?

Jawaban:

Data yang diurutkan: 3,4,5,5,6,6,8

  1. Boxplot:
    • Q1=4
    • Q3=6
    • IQR=Q3−Q1=6−4=2
    • Whisker atas: Q3 + 1.5×IQR = 6 + 1.5×2 = 9
    • Whisker bawah: Q1- 1.5×IQR = 4 −1.5×2 = 1
    • Peta letak titik-titik data dan nilai-nilai penting lainnya di dalam boxplot.
  2. Statistik Penting:
    • Median: 5
    • Q1: 4
    • Q3: 6
    • IQR: 2
  3. Potensi Outlier:
    • Data di luar rentang 1 hingga 9 bisa dianggap sebagai potensi outlier. Jika ada data di luar rentang ini, tandai sebagai outlier.
Waktu belajar Andi dalam 1 minggu disajikan dalam bentuk Boxplot

Dengan melihat boxplot, Andi dapat dengan mudah memahami distribusi waktu belajarnya selama seminggu dan mengidentifikasi apakah ada waktu belajar yang signifikan di luar kebiasaannya.

Interpretasi Boxplot

a. Kecenderungan Pusat: Posisi median menunjukkan nilai tengah dataset.

Median adalah nilai tengah dari dataset yang diurutkan. Pada boxplot, median ditandai oleh garis di dalam kotak. Jika dataset memiliki jumlah data ganjil, median adalah nilai tepat di tengah. Jika jumlah data genap, median adalah rata-rata dari dua nilai tengah. Dalam contoh Andi, median waktu belajar adalah 5 jam. Median memberikan gambaran representatif tentang pusat distribusi, lebih tahan terhadap pengaruh pencilan atau outliers dibandingkan nilai rata-rata.

b. Penyebaran: Panjang kotak dan whisker mencerminkan variabilitas data.

Panjang kotak pada boxplot mencerminkan interquartile range (IQR), yaitu rentang nilai antara kuartil pertama (Q1) dan kuartil ketiga (Q3). Semakin besar IQR, semakin besar variabilitas data di dalamnya. Whisker atau garis yang menghubungkan kotak dengan titik-titik di luarnya menunjukkan rentang data yang dianggap wajar. Pada contoh Andi, IQR adalah 2.5 jam, menunjukkan variasi yang moderat dalam waktu belajarnya.

c. Pencilan: Identifikasi potensi pencilan di luar garis whisker.

Pencilan atau outlier adalah data yang berada di luar rentang yang dianggap wajar berdasarkan garis whisker. Dalam contoh Andi, garis whisker atas berada di 10 jam dan garis whisker bawah berada di 0.5 jam. Jika ada titik data di luar kedua batas ini, maka dapat dianggap sebagai potensi outlier. Identifikasi pencilan penting karena dapat memberikan wawasan tentang anomali atau kesalahan pengukuran. Dalam analisis waktu belajar Andi, jika ada data di luar rentang 0.5 hingga 10 jam, Andi harus memeriksa apakah ada faktor khusus yang menyebabkan waktu belajarnya jauh dari kebiasaannya.

Baca juga: Prinsip Perancangan Eksperimen: Randomisasi, Replikasi, dan Blocking – Warung Sains Teknologi (warstek.com)

Aplikasi Praktis

a. Membandingkan Distribusi: Boxplot memudahkan perbandingan beberapa dataset, menyoroti perbedaan kecenderungan pusat dan penyebaran.

Boxplot sangat efektif untuk membandingkan distribusi beberapa dataset secara visual. Dengan menempatkan beberapa boxplot berdampingan, perbedaan dalam kecenderungan pusat dan penyebaran dapat dengan jelas terlihat. Jika median atau interquartile range berbeda signifikan antar grup, hal ini dapat menjadi indikasi perbedaan dalam karakteristik data. Misalnya, Andi dapat membandingkan waktu belajarnya dengan waktu belajar teman-temannya selama seminggu menggunakan beberapa boxplot.

b. Mendeteksi Pencilan: Mudah mengidentifikasi potensi pencilan, membantu penilaian kualitas data.

Boxplot memberikan cara yang intuitif untuk mendeteksi potensi pencilan atau outlier. Dengan menetapkan batas whisker, kita dapat dengan mudah mengidentifikasi data yang berada di luar rentang normal. Hal ini berguna dalam mengevaluasi kualitas data dan memahami apakah ada nilai ekstrem yang mungkin mempengaruhi analisis. Jika dalam dataset waktu belajar Andi ada waktu belajar yang jauh di luar batas whisker, Andi dapat memeriksa apakah ada kesalahan pengukuran atau kejadian khusus yang mempengaruhi hasil tersebut.

c. Memantau Tren: Lacak perubahan dalam distribusi data dari waktu ke waktu atau antar kondisi yang berbeda.

Boxplot dapat digunakan untuk memantau perubahan dalam distribusi data dari waktu ke waktu atau antar kondisi yang berbeda. Misalnya, jika Andi mencatat waktu belajarnya setiap minggu selama beberapa bulan, ia dapat membuat serangkaian boxplot untuk melihat apakah ada tren perubahan dalam waktu belajar. Hal ini dapat membantu Andi dalam melacak apakah ada perubahan pola belajarnya seiring waktu. Jika boxplot menunjukkan peningkatan atau penurunan yang signifikan, Andi dapat mengeksplorasi faktor-faktor yang mungkin memengaruhi tren tersebut.

Tips Penggunaan Boxplot yang Efektif:

a. Pahami Karakteristik Data: Boxplot paling efektif untuk distribusi unimodal simetris atau miring.

Boxplot paling efektif ketika digunakan untuk menganalisis distribusi data yang bersifat unimodal (hanya memiliki satu puncak) dan simetris atau miring. Distribusi unimodal memudahkan interpretasi boxplot, sementara simetri atau kemiringan membantu dalam memahami kecenderungan pusat data. Jika distribusi data kompleks atau memiliki lebih dari satu puncak, mungkin perlu digunakan metode visualisasi lain yang lebih sesuai.

b. Kustomisasi: Sesuaikan boxplot berdasarkan kebutuhan khusus, seperti penggunaan warna untuk perbandingan kategori.

Boxplot dapat disesuaikan sesuai kebutuhan analisis dan presentasi. Penggunaan warna pada elemen-elemen tertentu dalam boxplot dapat memberikan informasi tambahan, seperti membedakan kategori atau grup data. Misalnya, Andi dapat mewarnai boxplot berdasarkan hari dalam seminggu untuk memperjelas pola waktu belajar harian. Kustomisasi juga dapat mencakup penyesuaian label sumbu, judul grafik, atau elemen visual lainnya agar sesuai dengan keperluan presentasi.

c. Kombinasi dengan Plot Lain: Gabungkan boxplot dengan visualisasi lain, seperti scatter plot, untuk pemahaman yang komprehensif.

Untuk pemahaman yang lebih komprehensif, boxplot dapat digabungkan dengan jenis plot lain, seperti scatter plot. Misalnya, Andi dapat membuat scatter plot untuk melihat korelasi antara waktu belajar dan nilai ujian. Dengan menempatkan boxplot waktu belajar di samping scatter plot, Andi dapat melihat sekaligus distribusi waktu belajar dan hubungannya dengan performa ujian. Kombinasi plot ini dapat memberikan wawasan yang lebih kaya dan menyeluruh tentang data daripada menggunakan satu jenis plot saja.

Kesimpulan

Sebagai kesimpulan, boxplot adalah metode yang serbaguna dan informatif untuk memvisualisasikan distribusi data. Menguasai cara membuat dan menginterpretasi boxplot memberdayakan analis dan peneliti untuk mendapatkan wawasan berharga dari dataset mereka, yang pada akhirnya membantu dalam pengambilan keputusan yang berbasis informasi. Baik Anda sedang menjelajahi tren, membandingkan kelompok, atau mendeteksi pencilan, boxplot merupakan alat berharga dalam arsena analis data.

Referensi

Montgomery, D. C. (2017). Design and analysis of experiments. John wiley & sons.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top