Ditulis oleh Lia Sutiani
Kerang darah (Anadara granosa) merupakan salah satu kelompok Bivalvia yang populer di masyarakat Indonesia. Indonesia sebagai negara maritim tentunya memiliki populasi yang melimpah pada jenis kerang ini. Menurut data Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Indonesia (2012), kelimpahan kerang darah di Indonesia mencapai 48,994 ton. Kerang darah ini memiliki habitat lumpur berpasir dengan kedalaman 10 m hingga 30 m (Ahmad 2017). Hampir sama dengan jenis kerang pada umumnya, kerang darah juga memiliki tekstur cangkang yang keras dengan tubuh yang lunak. Selain itu, hewan ini termasuk ke dalam filter feeder atau mendapatkan makanan dengan menyaring air.
Secara umum, pemanfaatan kerang darah (Anadara granosa) pada masyarakat Indonesia adalah digunakan sebagai makanan yang kaya protein. Biasanya, kerang darah dikonsumsi sebagai kerang rebus atau dibuat sate kerang. Selain mengadung protein yang tinggi, harga kerang ini juga sangat ekonomis dengan harga berkisar Rp7000/kg. Maka dari itu, tidak mengherankan jika kerang darah menjadi salah satu makanan favorit masyarakat Indonesia. Di sisi lain, sebagai dampak pemanfaatan kerang darah sebagai makanan akan menyebabkan timbulnya limbah dari cangkang yang tidak dimanfaatkan tersebut. Selama ini limbah cangkang hanya dapat dimanfaatkan sebagai hasil kerajinan seperti hiasan dinding ataupun pakan ternak sehingga kurang bernilai ekonomis. Sementara itu, menurut Awang et al. (2005) limbah cangkang kerang mengandung kalsium karbonat yang tinggi hingga mencapai 98% sehingga berpotensi untuk dimanfaatkan. Adapun menurut No et al. (2003), cangkang kerang mengandung beberapa senyawa kimia seperti kitin, kalsium karbonat, kalsium hidrosiapatit, dan kalsium fosfat.
Gambar 1 Kerang darah (Anadara granosa)
Sumber : Anonymous (2009)
Melihat kandungan limbah cangkang tersebut menandakan bahwa[Maaf Artikel Terpotong, baca selengkapnya di buku berikut (klik gambar)]