Memanfaatkan Kombinasi Ekstrak Suruhan dan Kulit Pepaya sebagai Biodetergen yang Ramah Lingkungan

Oleh: I Nengah Muliarta Detergen adalah produk komersial untuk menghilangkan kotoran pada pencucian pakaian di industri laundry maupun rumah tangga. […]

blank

Oleh: I Nengah Muliarta

Detergen adalah produk komersial untuk menghilangkan kotoran pada pencucian pakaian di industri laundry maupun rumah tangga. Umumnya detergen tersusun atas tiga komponen yaitu, surfaktan (sebagai bahan dasar detergen) sebesar 20-30%, builders (senyawa fosfat) sebesar 70-80 %, dan bahan aditif (pemutih dan pewangi) yang relatif sedikit yaitu 2-8% [1]. Detergen memiliki andil besar dalam menurunkan kualitas air. Detergen juga memberi efek negatif bagi biota air, fosfat dalam detergen dapat memicu ganggang air tawar untuk melepaskan racun dan menguras oksigen di perairan [2]. Penggunaan detergen sintetis juga dapat membahayakan kesehatan manusia seperti dapat menyebabkan iritasi pada kulit [3].

Deterjen juga berbahaya bagi ikan walaupun konsentrasinya kecil. Ikan dapat bertahan selama sebulan jika deterjen mencapai 3 ppm, tetapi bagi organisme yang menjadi makanan ikan hal ini sudah berbahaya [4]. Bagi benih ikan patin, konsentrasi deterjen 5% sudah merupakan konsentrasi  mematikan karena benih ikan hanya akan dapat bertahan sampai waktu 24 jam [5]. Dampak penggunaan deterjen diperkirakan terus meningkat seiring dengan produksi deterjen dunia yang mencapai 2,7 juta ton/tahun, dengan kenaikan produksi tahunan mencapai 5 % [6].

Berawal dari kekhawatiran akan dampak penggunaan deterjen, seorang guru di SMPN 10 Denpasar, Made Rai Rahayu, S.Pd., M.Si mengembangkan biodeterjen yang menggunakan kombinasi ekstrak suruhan dan kulit pepaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak kulit pepaya dan suruhan positif mengandung saponin yang ditunjukkan dengan terbentuknya busa stabil ketika ketika ekstrak dikocok, sedangkan uji kualitatif enzim papain pada kulit buah pepaya juga menunjukkan hasil positif. Hasil uji kandungan flavonoid pada ekstrak kulit pepaya dan herba suruhan menunjukkan nilai 447,88mg/ 100gr QE untuk kulit pepaya  dan  1569,84mg/ 100gr QE  untuk herba suruhan. Sedangkan uji kadar tannin pada masing-masing ekstrak menunjukkan nilai 10053,36 mg/ 100gr TAE pada kulit pepaya dan 443,41mg/100 g TAE untuk ekstrak suruhan.

Hasil uji daya deterjensi biodeterjen dari limbah kulit pepaya dan suruhan pada kain dengan noda lumpur, protein dan lemak menunjukkan bahwa kombinasi kulit pepaya dan suruhan dengan perbandingan 1:3 memberi hasil terbaik untuk noda lumpur dan lemak berturut-turut dengan nilai 3,33 dan 3,60 yang  tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hasil analisis kadar cemaran, dari parameter DO seluruh perlakuan dapat dinyatakan layak sebagai limbah domestik yang tidak mencemari lingkungan dikarenakan karena memiliki kadar DO melebih 5 mg/L. Kadar COD,K (-) dan K+ dikatakan sebagai limbah domestik yang aman, ramah lingkungan mengingat kadar maksimum COD pada limbah domestik yaitu tidak melebihi nilai 100 mg/L. Nilai pH juga masih berada pada rentangan standar biodeterjen cair antara 6-9.

Pepaya (Carica papaya L.) merupakan tanaman yang berasal dari Amerika tropis. Getah pepaya mengandung suatu enzim pemecah protein atau enzim proteolitik yang disebut papain. Selain enzim papain, terdapat juga kandungan pektin yang terlihat jelas pada Milky Latex atau getah putih kulit buah papaya muda. Milky latex ini jumlahnya akan semakin berkuran saat buah pepaya semakin matang. Selain itu, kulit pepaya juga mengandung alkaloid karpina, glukosid, sakrosa,dextrose, saponin tinggi [7]. Manfaat lain dari papain adalah dapat digunakan sebagai bahan penghancur sisa atau buangan hasil industri pengalengan ikan menjadi bubur ikan atau konsentrasi protein hewani. Papain dapat juga digunakan sebagai bahan aktif dalam pembuatan krimpembersih kulit, terutama muka. Mengingat papain dapat melarutkan sel-sel mati yang melekat pada kulit dan sukar terlepas dengan cara fisik [8].

blank

Gambar 1. Pepaya

Sedangkan suruhan (Peperomia pellucid)  merupakan tanaman yang sering digunakan masyarakat untuk pengobatan asa murat, rematik, sakit kepala maupun sakit perut. Bagi penduduk Kalimantan suruhan banyak digunakan dengan cara direbus dan air rebusannya diminum untuk  mengatasi sakit rematik karena  asa murat  tinggi. Selain  itu, juga dimanfaatkan  sebagai obat untuk mengatasi   penyakit  ginjal,  sakit   perut, bisul, jerawat, radang kulit, luka bakar, batuk, diare, anti oksidan serta hipertensi [9]. Tumbuhan ini mengandung saponin, tanin, alkaloid, kalsium oksalat, lemak dan minyakat siri. Saponin yang terdapat  dalam tumbuhan dapat  memacu pembentukan  kolagen yang berperan dalam proses penyembuhan luka, sebagai surfaktan alami, sedangkan tannin dan flavonoid mempunyai aktivitas sebagai antiseptik dan anti bakteri [10].

blank

Gambar 2. Suruhan

Dalam pembahasan penelitiannya, Made Rai Rahayu memaparkan bahwa ekstrak kulit buah pepaya dan suruhan merupakan salah satu bahan alam yang mengandung saponin. Saponin merupakan gabungan aglikon dan satu molekul glukosa. Karakterstik saponin yaitu rasa pahit, iritasi mucosal dan penyabunan atau deterjensi dan sifat antibakteri. Mekanisme penghambatan saponin terhadap bakteri terjadi melalui gangguan terhadap permeabilitas membrane sel bakteri sehingga menyebabkan sel bakteri lisis. Proses lisis membran sel  bakteri tersebut dapat menyebabkan keluarnya beberapa komponen dari sel mikroba yaitu protein, asam nukleat, dan lainnya sehingga menyebabkan kematian pada bakteri seperti bakteri pada pakaian. Oleh karena itu dengan adanya saponin sekaligus membersihkan pakaian juga dapat menurunkan jumlah bakteri pada pakaian tersebut. Reaksi hidrolisis saponin dalam air yang terjadi dalam uji ini sebagai berikut :

blank

Gambar 3. Reaksi hidrolisis saponin dalam air.

Hasil penelitian Made Rai Rahayu menarik perhatian para pengunjung sekaligus tim juri dalam lomba penelitian guru dalam rangka Denpasar Festival 2017. Atas keberhasilan ini, Made Rai Rahayu dinobatkan sebagai peneliti terbaik dalam Denpasar Festival yang digelar pada Desember 2017 lalu.

Referensi

  1. Kirk, R.E. & Othmer, D.F. 1982. Encyclopedia of Chemical Technology. New York: The Intersience and Encyclopedia Inc.
  2. Soemirat, J. 2011. Kesehatan Lingkungan. Gadjah Mada University. Yogyakarta
  3. Verdy, Syamsinar, Winarni, D.R.A., Budiyanto, A., Indrastuti, N. 2013. Tingkat Iritasi 10 Deterjen Paling Umum Digunakan Rumah Tangga Indonesia. MDVI, 40 ; 23-26
  4. Sastrawijaya Tresna, Pencemaran Lingkungan, cetakan ke-3, Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
  5. Wulansari, F.D., 2013. Pengaruh Detergen Terhadap Mortalitas Benih Ikan Patin Sebagai Bahan Pembelajaran Kimia Lingkungan. EduSains, 1 (2).
  6. 2008. Lingkungan Hidup dan Pencemaran, Hubungannya dengan Toksikologi Senyawa Logam. Universitas Indonesia. Jakarta.
  7. Agoes,A. 2010.Tanaman ObatIndonesia.Jakarta:SalembaMedika
  8. Sunarwati Diah, 2008, “Pengelolaan Kebun Pepaya Sehat”, Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika, Sumatera Barat.
  9. Purba, Ritson  &Nugroho    S.  (2007).Analisis Fitokimia dan Uji Bioaktivitas Daun kaca (Peperomia pellucida (L.) Kunth).  Jurnal  Kimia  Mulawarman.5 (1) ; 5-8
  10. Harborne, J.B.1987. Metode Fitokimia. Terjemahan Padmawinata K, Soediro, I. ITB, Bandung.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Yuk Gabung di Komunitas Warung Sains Teknologi!

Ingin terus meningkatkan wawasan Anda terkait perkembangan dunia Sains dan Teknologi? Gabung dengan saluran WhatsApp Warung Sains Teknologi!

Yuk Gabung!

Di saluran tersebut, Anda akan mendapatkan update terkini Sains dan Teknologi, webinar bermanfaat terkait Sains dan Teknologi, dan berbagai informasi menarik lainnya.