Teknologi Elektrokoagulasi Sebagai Alternatif Pengolahan Limbah Cair yang Ramah Lingkungan

Oleh: Muhammad Fathan A Indonesia merupakan negara dengan tingkat perkembangan penduduk yang begitu pesat baik dari segi tingkat angka kelahiran maupun […]

blank

Oleh: Muhammad Fathan A

Indonesia merupakan negara dengan tingkat perkembangan penduduk yang begitu pesat baik dari segi tingkat angka kelahiran maupun tingkat perkembangan industri setiap tahunnya. Berdasarkan Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk Indonesia dari tahun 2007 sampai 2016 terus meningkat, dari 225,6 juta jiwa di tahun 2007 menjadi 258,7 juta jiwa pada tahun 2016. Sedangkan pertumbuhan industri manufaktur besar dan sedang tahun 2017 naik sebesar 4,74% terhadap tahun 2016 terutama produksi industri makanan. Dari data tersebut dapat kita prediksi bahwa perkembangan penduduk di masa yang akan mendatang akan terus meningkat.

Banyaknya jumlah penduduk ini berpengaruh pada tingkat kebutuhan akan air, baik digunakan untuk kegiatan sehari-hari (MCK), rumah tangga (memasak, mencuci baju dan alat-alat rumah tangga) maupun pada proses produksi dalam industri. Meningkatnya kebutuhan akan air ini terkadang kurang diimbangi dengan kualitas dan kuantitas pengolahan air limbah yang dihasilkannya. Hal ini di buktikan dengan kasus-kasus pencemaran air yang terjadi di Indonesia. Dari permasalahan tersebut dicarilah solusi pengolahan limbah cair yaitu salah satunya dengan teknologi elektrokoagulasi.

Apa Itu Elektrokoagulasi?

Elektrokoagulasi adalah proses penggumpalan dan pengendapan partikel-partikel halus yang terdapat dalam air dengan menggunakan energi listrik. Elekrokoagulasi ini merupakan gabungan dari proses elektrokimia, flokulasi, dan koagulasi. Dimana Koagulasi merupakan suatu proses pengolahan air dengan menggunakan sistem pengadukan cepat sehingga dapat mereaksikan koagulan (bahan kimia) tertentu secara seragam ke seluruh bagian air limbah dalam suatu bak sehingga dapat membentuk flok-flok atau butiran-butiran yang berukuran lebih besar dan dapat diendapkan. Sedangkan Flokulasi adalah metode untuk memperbesar ukuran flok-flok dari hasil koagulasi dengan cara pengadukan lambat. Elektrokoagulasi ini adalah teknologi yang lebih maju dibandingkan dengan metode koagulasi yang masih menggunakan koagulan konvensional[1].

Berbeda dengan metode koagulasi, metode elektrokoagulasi menggunakan plat Alumunium/besi sebagai koagulan dan elektroda sehingga biayanya lebih murah dan mempunyai kelebihan-kelebihan tertentu. Elektroda dalam proses elektrokoagulasi merupakan salah satu alat untuk menghantarkan atau menyampaikan arus listrik ke dalam larutan agar larutan tersebut terjadi suatu reaksi (perubahan kimia)[2].

blank
Model Penjernihan Air dengan Metode Elektrokoagulasi

Prinsip dasar dari elektrokoagulasi adalah reaksi reduksi dan oksidasi (redoks). Dalam suatu sel elektrokoagulasi, peristiwa oksidasi terjadi di elektroda (+) yaitu anoda, sedangkan reduksi terjadi di elektroda (-) yaitu katoda[3] .

Cara Kerja Elektrokogulasi

Prinsip kerja dari sistem ini adalah dengan menggunakan dua buah lempeng elektroda yaitu Alumunium atau besi yang dimasukkan kedalam bejana yang diisi dengan air yang akan dijernihkan. Selanjutnya kedua elektroda dialiri arus listrik searah sehingga terjadilah proses elektrokimia yang menyebabkan kation bergerak menuju katoda dan anion bergerak menuju anoda. Dan pada akhirnya terbentuk floulan yang akan mengikat kontaminan maupun partikel-partikel dari air baku tersebut[1] .

Selama proses elektrokoagulasi berjalan akan terjadi proses oksidasi pada anoda dimana logam dengan senyawa yang terdapat pada limbah membentuk flok-flok yang akan menempel pada plat elektroda sekaligus sebagai sumber aliran elektron dari power supply, sedangkan yang terjadi pada katoda adalah proses reduksi senyawa organik yang terdapat pada limbah[3] .

Dari pemaparan diatas tentunya teknologi elektrokoagulasi ini memiliki keunggulan tertentu dibandingkan dengan pengolahan limbah yang sudah ada, seperti biaya yang lebih murah dikarenakan hanya menggunakan plat Alumunium/besi dan arus listrik yang dapat diatur sesuai kebutuhan. Selain itu elektrokoagulasi tidak menimbulkan efek samping atau limbah lain dalam prosesnya dikarenakan elektrokoagulasi tidak menggunakan bahan kimia dan teknologi ini mudah dioperasikan karena menggunakan peralatan yang sederhana. Sehingga teknologi elektrokoagulasi ini layak untuk diaplikasikan dalam pengolahan limbah cair dalam industri maupun rumah tangga.

Referensi

[1] Gunawan, D.A. 2016. “Elektrokoagulasi Menggunakan Aluminium sebagai Pretreatment pada Mikrofiltrasi Air Permukaan yang Mengandung NOM”. Teknik Kimia, Institut Teknologi Bandung.

[2] Masthura dan Jumiati, E. 2017. “Peningkatan Kualitas Air Menggunakan Metode Elektrokoagulasi dan Filter Karbon”. Jurnal Ilmu Fisika dan Teknologi, Vol. 1, No. 2, 2017, 1-6.

[3] Putri, A. 2018. “Penurunan Kadar Chemical Oxygen Demand (COD) Pada Limbah Rumah Sakit Dengan Metode Elektrokoagulasi Menggunakan Anoda dan Katoda Alumunium (Al)”. Skripsi Fakultas MIPA, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

1 komentar untuk “Teknologi Elektrokoagulasi Sebagai Alternatif Pengolahan Limbah Cair yang Ramah Lingkungan”

  1. Terima kasih atas artikelnya yang sangat membuka wawasan kami tentang metode pengelolaan limbah.
    Kami mempunyai usaha batik, bahan pewarna yg kami gunakan adalah remashol dengan kapasitas maksimal 100 lembar (sekitar 600 liter air) sekali proses nglorot.
    Mohon informasi spesifikasi bak elektrokoagolasi yg dibutuhkan.
    Terima kasih

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *