Tidak Hanya Gangguan Pembelian Kompulsif, 4 Gangguan ini Juga Perlu Diwaspadai KPopers

Apakah kamu kenal dengan Baekhyun, Choi Young-jae, G-Dragon, atau Jimin? Bagaimana kalau Cho Kyuhyun? Atau kamu tahu F.T. Island, EXO, […]

blank

Apakah kamu kenal dengan Baekhyun, Choi Young-jae, G-Dragon, atau Jimin? Bagaimana kalau Cho Kyuhyun? Atau kamu tahu F.T. Island, EXO, Big Bang, dan Teen Top? Jika kamu menjawab “Ya” untuk dua atau tiga pertanyaan tersebut, maka kamu dapat digolongkan sebagai penggemar KPop atau Kpopers.

Dengan kemajuan industri hiburan Korea Selatan dan penyebaran informasi yang begitu pesat melalui internet seperti saat ini, menjadikan KPop dan selebritinya sangat terkenal dan banyak diminati. Hal ini ditandai dengan munculnya para penggemar artis Kpop maupun Kdrama dari seluruh dunia, tidak terkecuali Indonesia.

Bahkan Twitter merilis bahwa Indonesia menempati peringkat 1 sebagai Negara yang memiliki jumlah tweet terbanyak tentang Kpop di tahun 2020, mengalahkan negara asal Kpop itu sendiri yakni Korea Selatan [1]. Adapun negara yang dirangking ada 20 negara, negara lain seperti Thailand, Korea Selatan, Filipina, dan Amerika Serikat masuk ke dalam 5 besar.

blank
Daftar 20 Negara yang memiliki jumlah Tweet Kpop terbanyak tahun 2020 [1]

Dengan pesona para selebriti Korea Selatan yang dapat memanjakan mata dan telinga penonton dengan penampilan wajah, suara, dan talenta lainnya yang harus dimiliki, serta “misi” yang dibawa pada lagu-lagunya, menjadikan beberapa penggemarnya menjadi fanatik bahkan menjadi agresif (istilahnya adalah fans garis keras). Bahkan tidak sedikit dari mereka yang tergabung dalam komunitas tertentu, yang biasa disebut fanbase atau fandom.

Rasa cinta yang ditunjukkan oleh penggemar diekspresikan dengan cara yang beragam. Mulai dari sekedar membeli karya musik selebriti idola mereka secara digital atau membeli album fisik mereka, hingga seluruh atribut yang berkaitan dengan idola.

blank
Fenomena sosial yang terjadi terkait fans garis keras Kpop yang menjual bungkus McD BTS Meal hingga Rp. 599 juta rupiah

Akhir-akhir ini di Indonesia sedang marak dibicarakan BTS Meal. BTS merupakan salah satu artis kpop yang paling banyak disebut di Twitter pada tahun 2020 [1]. Fenomena banyaknya dijual bungkus BTS Meal (bahkan ada yang hingga ratusan juta rupiah) membuat kita bertanya-bertanya, mengapa fans garis keras menjadi sangat terobsesi dengan sang artis padahal mereka dapat mencetak bungkusnya sendiri?

Di kasus yang lebih ekstrim bahkan pertanyaannya menjadi “Mengapa ada banyak kasus fans Kpop yang bahkan sampai rela melakukan apa pun untuk idolanya?” Sebenarnya tidak hanya KPopers yang bisa menderita ini, melainkan semua fans yang terlalu fanatik, tapi fenomena Kpopers akan dibahas mengingat banyaknya kasus yang terangkat ke publik.

Dilansir dari berbagai sumber, berikut ini 5 penyakit psikologis yang dapat diderita oleh banyak fans artis korea alias KPopers. Namun perlu diperhatikan bahwa hal ini tidak dapat digeneralisir pada semua Kpopers.

1. Gangguan Pembelian Kompulsif

Mungkin membeli album, aksesoris dan lain – lain yang berhubungan dengan sang idola merupakan hal yang sudah biasa. Namun lain cerita dengan penderita kecenderungan pembelian kompulsif. Bagaimana jika membeli bungkus makanan seharga jutaan rupiah? Untuk gangguan ini telah dijelaskan secara detail di Fenomena BTS Meal dan Penyakit Psikologis Pembelian Kompulsif.

2. Celebrity worship syndrome

Menurut McCutcheon dkk (2002) celebrity worship merupakan hubungan imajinasi satu arah yang dikembangkan oleh individu kepada idolanya dan membuat individu tersebut terobsesi kepada idolanya [2]. Maltby dkk (2005) menjelaskan bahwa terdapat tiga komponen celebrity worship, yaitu hiburan sosial, perasaan pribadi yang intens, dan gangguan kepribadian borderline (gangguan psikologis yang ditandai ketidakstabilan pada hubungan interpersonal, gambaran diri, dan ditandai juga dengan perilaku impulsif yang umumnya terjadi pada masa dewasa awal dan hadir dalam berbagai konteks) [3].

Selain dampak gangguan psikologis yang muncul, Sheridan (2007) menjelaskan dampak negatif dari melakukan celebrity worship menimbulkan kinerja belajar individu menjadi rendah, harga diri individu menjadi rendah, dan memiliki kesulitan dalam menentukan jati diri [4].

Pada tingkatan yang paling parah, sindrom ini ialah menganggap sang idola akan membantunya, menolongnya dari kesusahan dan bahkan merasa marah ketika idolanya memiliki pasangan dan menikah, maka kondisi ini sudah termasuk kedalam gangguan kejiwaan, bukan hanya sekedar worship [5]. Penderita sindrom ini tidak akan rela jika idolanya dihina atau direndahkan oleh orang lain.

3. Delusi erotomania atau Sindrom De Clerambault

‎“Love me as your idol, not as your hubby. Because someday you will find a man who is better than me in your real life”. -Jeon Jungkook BTS

Jika kamu merasa dicintai oleh idol K-pop yang kamu gemari, menganggap bahwa mereka adalah milik anda seorang, maka dari kacamata psikologis hal tersebut disebut dengan Delusi erotomania atau Sindrom De Clerambault [6]. Gangguan tersebut merupakan suatu kondisi psikologis di mana seseorang memiliki delusi bahwa orang yang ditaksirnya dengan status sosial, ekonomi dan politik yang lebih tinggi, menyimpan perasaan yang sama terhadapnya. Pada Kpopers, mereka yang mengalami delusi erotomania atau Sindrom De ‎Clerambault merasa seolah-olah dirinya diperhatikan oleh sang idola, mereka menganggap semua yang dikatakan sang idola ditujukan untuk dirinya dan meyakini bahwa sang idola jatuh cinta kepadanya [7]. ‎

Para pengidap Sindrom De Clerambault biasanya merasa kurang menarik, tidak memiliki pekerjaan dan akan menarik diri dari lingkungan sosial karna mereka mendedikasikan waktunya hanya untuk memikirkan idol yang dicintainya. Gejala yang tampak pada pengidap Sindrom De Clerambault adalah perilaku mengintai atau menguntit seseorang yang dicintainya. Mungkin terdengar tidak masuk akal ya. Bahkan pada kasus tertentu, para fans penderita erotomania akan melakukan tindakan kekerasan kepada sang idola, dengan tujuan agar sang idola mengingat dirinya atau mengakui bukti cintanya [7].

4. Halusinasi Berlebihan

Hampir sama dengan delusi, tapi halusinasi lebih kepada panca indera akibat pengaruh otak. Fans yang mengalami ini biasanya meyakini bahwa ia merasa melihat sang idola atau mendengar suara sang idol, atau mungkin ia bisa meraba sang idolanya yang pastinya itu tidak nyata alias khayalan atau halusinasinya saja. Misalnya pengakuan Kasami Yamamoto, fans garis keras BTS yang merasa bahwa Jungkook adalah belahan hatinya dan dia ingin sekali bermesraan dengan Jungkook [8]. Sekali lagi, terdengar aneh ya, tapi memang bisa terjadi. Jika kamu merasa mengalami halusinasi atau delusi cepat-cepat lah meminta bantuan ke psikolog, agar tidak semakin parah.

5. Werther effect atau Copycat suicides

Masih ingat kasus bunuh diri Jonghyun (salah satu personel SHINee) yang diikuti oleh fans dari indonesia? Rasa cinta yang begitu dalam pada sang idola, ditambah kehilangan kedua orangtuanya menguatkan tekad Devi untuk mengakhiri hidupnya. Beruntung, Devi masih bisa diselamatkan setelah dibawa ke rumah sakit oleh sang adik 5].

Fenomena ini disebut sebagai werther effect atau copycat suicidesWerther effect merupakan fenomena peniruan tindakan bunuh diri seseorang yang dianggap sebagai panutan, orang terdekat, dll. Ketika ada seorang artis bunuh diri, pemberitaan mengenai tragedi ini kemudian menyebar dengan cepat dan luas. Banyak orang turut berbelasungkawa, ada juga yang justru terpicu untuk melakukan tindakan serupa.

Karena para “fans” tersebut merasa depresi ditinggal oleh idolanya atau merasa memahami penderitaan sang idola, kemudian ia ingin menunjukkan kesetiaannya pada sang idol dengan cara tersebut. Biasanya para peniru ini melakukan aksi bunuh dirinya dengan cara yang sama dengan sang idola. Dilansir dari word.kbs.co.kr, artis Choi jin-sil meninggal karena bunuh diri dengan menggantungkan leher dengan kain pembalut elastis di kamar mandi. Serta aktor Ahn jae-hwan yang bunuh diri dengan menghirup gas briket, kemudian dikuti oleh “fans” dengan cara yang sama [7].

Untuk mencegah fenomena ini, badan kesehatan dunia atau World Health Organization (WHO) mengeluarkan sebuah pedoman pemberitaan bunuh diri untuk awak atau situs media [9]. Pada pedoman ini, ada beberapa hal yang sebaiknya dilakukan awak media saat memberitakan tentang kejadian bunuh diri, di antaranya:

  • Menghindari menyebutkan metode bunuh diri
  • Informasi personal dari individu yang melakukan tindakan bunuh diri
  • Tidak membenarkan bunuh diri sebagai hal yang normal atau solusi dari suatu masalah

Sebenarnya sah-sah saja jika kamu mengidolakan seseorang, tapi jangan sampai kamu terlalu terobsesi kepada sang idola sehingga merugikan kamu dan juga orang-orang di sekitarmu. Memang ini tidak hanya berlaku untuk KPopers, tapi untuk semua fans yang terlalu fanatik sampai bisa merugikan. Perlu diketahui bahwa artikel ini tidak ingin membuatmu mendiagnosis diri sendiri (self diagnose), jika kamu merasa ada ciri-ciri seperti yang telah dijelaskan maka segeralah diagnosis ke psikolog kepercayaanmu.

Referensi:

[1] https://www.grid.id/read/042542558/indonesia-raih-posisi-pertama-sebagai-negara-dengan-tweet-kpop-terbanyak-yuk-intip-ranking-grup-dan-lagu-di-twitterkpop2020?page=all diakses 12 Juni 2021.
[2] McCutcheon, L. E. (2003). Machiavellianism, belief in a just world, and the tendency to worship celebrities. Current Research in Social Psychology, 8(9), 131-139.
[3] Maltby, J., Giles, D. C., Barber. L., McCutcheon, L. E. (2005). Intense-personal celebrity worship and body image: Evidence of a link among female adolescents. British Journal of Health Psychology. 10, 17–32.
[4] Sheridan, L., North, A., Maltby, J., Gillett, R. (2007). Celebrity worship, addiction and criminality. Psychology, Crime & Law. 13(6): 559-571.
[5] MEZURA, S. (2019). HUBUNGAN KONTROL DIRI DENGAN CELEBRITY WORSHIP PADA DEWASA AWAL PENGGEMAR KPOP (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA).
[6] https://kumparan.com/lianurulhidayah20/sindrom-de-clerambault-merasa-dicintai-oleh-idol-k-pop-1uoIJq3Dxtw/full diakses 12 Juni 2021.
[7] https://www.idntimes.com/science/experiment/asrizal/5-penyakit-psikologis-yang-banyak-diderita-kpopers/5 diakses 12 Juni 2021.
[8] https://www.insertlive.com/korea/20201027201419-191-169842/eks-sasaeng-bts-bongkar-halusinasi-parah-ingin-mesra-dengan-jungkook diakses 12 Juni 2021.
[9] https://www.sehatq.com/artikel/kejadian-artis-bunuh-diri-benarkah-membuat-banyak-orang-meniru diakses 12 Juni 2021.

1 komentar untuk “Tidak Hanya Gangguan Pembelian Kompulsif, 4 Gangguan ini Juga Perlu Diwaspadai KPopers”

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *