Mengenal Macam-macam Logical Fallacy atau Cacat Logika – Bagian 3

Logical Fallacy atau kecacatan dalam berlogika adalah kesalahan menyusun logika pada sebuah ujaran yang terlontar oleh manusia. Sehingga terdapat ketidaksinambungan […]

Logical Fallacy atau kecacatan dalam berlogika adalah kesalahan menyusun logika pada sebuah ujaran yang terlontar oleh manusia. Sehingga terdapat ketidaksinambungan antara premis dan kesimpulan. Premis sendiri berarti kalimat yang mengandung ide pokok dan dalam argumen. Premis adalah hal yang penting dalam suatu argumen karena ia yang menentukan bagaimana kesimpulan itu terbentuk baik oleh kita sendiri, lawan bicara, dan orang atau audiens yang mendengarkan.

Jika sebelumnya kita sudah membahas false cause, slippery slope, personal incredulity, dan burden of proof. Kali ini kita akan membahas logical fallacy yang lain. Apa sajakah itu?

Appeal to Emotion

Appeal to emotion adalah suatu cara untuk memanipulasi dan mempermainkan emosi lawan bicara atau debat kita. Biasa hal ini terjadi jika orang tidak bisa mengembalikan argumen dari lawan dan mulai mencari cara agar ia merasa terpojokkan. Manipulasi ini bisa berupa membuat lawan ketakutan, marah, sedih, dan sebagainya yang tidak substansial dengan konteks yang sedang jadi perdebatan atau pembicaraan.

Contoh:

“Kamu berkata bahwa kamu lebih baik pelaku kekerasan seksual mendapat hukuman seberat-beratnya?”

“Iya.”

“Memangnya kamu gak memikirkan anak-anaknya? Istrinya? Orang-orang terkasihnya? Bagaimana jika ia memiliki keluarga yang dinafkahi? Coba pikirkan sekali lagi perasaan mereka. Jangan egois jadi orang. Jadilah manusia yang punya empati.”

Argumentum Ad Hominem/Ad Hominem

Kecacatan logika yang satu ini adalah yang paling populer dan sangat familiar di telinga kita. Iyap, ad hominem adalah suatu bentuk cacat logika yang mana lawan debat kita atau lawan bicara kita menyerang kepribadian kita. Hal itu bisa meliputi gender, jenis kelamin, orientasi seksual, suku, ras, agama, warna kulit, bentuk mata, dan lain semacamnya sehingga debat menjadi tak substansial serta cenderung menjadi perundungan atau penghinaan.

Contoh:

“Jadi kamu mengklaim bahwa tindakan pelecehan yang dilakukan cewek ke cowok termasuk kedalam kejahatan seksual?”

“Iya.”

“Yakin? Paling jika kamu cowok dan berada dalam posisi itu kamu akan menikmati juga. Gak usah munafik lah.”

Special Pleading

Special pleading adalah suatu bentuk kecacatan logika yang mana tetap berpegang teguh pada keyakinannya atau argumennya yang sudah dia percaya bertahun-tahun dan membuat suatu alasan jika suatu hari argumennya terbukti salah maka ada hal yang membuat itu menjadi salah dan menuduh balik bahwa orang sengaja mencari celah kesalahan darinya. Bagi penganut logical fallacy ini, klaimnya mutlak kebenarannya.

Contoh: Baim mengklaim bahwa jeruk nipis dapat menyembuhkan luka jatuh karena menurut nenek moyangnya hal ini sudah mujarab dan telah terbukti. Namun saat ia memberikannya kepada luka temannya dan ternyata malah menjadi parah, Baim tetap kukuh terhadap pendapatnya dan mengatakan bahwa nenek moyangnya tak mungkin salah.

Ambiguity

Ambiguity atau ambiguitas adalah suatu bentuk cacat logika yang mana menggunakan makna ganda pada suatu hal atau keterangan yang menyebabkan misleading dan semakin jauh dari kebenaran aslinya. Biasanya terdapat pada orang yang salah mengartikan suatu peringatan atau aturan dalam suatu tempat atau mencoba menghindari pertanyaan interogatif dari orang baik reporter, hakim, atau kepolisian.

Contoh: Seorang pengunjung kafe mendapat teguran dari karyawan kafe karena membawa minuman dari luar padahal jelas ada aturan yang bertuliskan “Dilarang membawa makanan dari luar”. Pihak pengunjung membela diri dengan berkata bahwa makanan tersebut diambil dari dalam tasnya yang berarti makanan itu berasal dari dalam.

Referensi:

https://yourlogicalfallacyis.com/

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *