Sejarah Lubang Hitam
Teori mengenai lubang hitam pertama kali diajukan pada abad ke-18 oleh John Michell dan Pierre-Simon Laplace[1][3][6]. John Michell dan Pierre Simon Laplace tidak merumuskan lubang hitam secara langsung karena konsep lubang hitam belum dikenal pada masa mereka di abad ke-18 [1][3][4][5]. Namun, mereka mempelajari sifat-sifat gravitasi dan gerak benda-benda langit di sekitar mereka, dan Michell mengajukan gagasan bahwa ada benda-benda langit yang memiliki gravitasi yang sangat kuat sehingga bahkan cahaya pun tidak dapat melarikan diri dari tarikan gravitasinya [1][5].
Teori ini kemudian dikembangkan oleh astronom Jerman, Karl Schwarzschild, pada tahun 1916 yang didasarkan pada teori relativitas umum Albert Einstein [1]. Setelah itu, istilah “lubang hitam” semakin populer dan dikenalkan kembali oleh Stephen William Hawking.
Teori Lubang Hitam
Lubang hitam tercipta ketika suatu objek tidak dapat bertahan dari kekuatan tekanan gaya gravitasinya sendiri[6]. Lubang hitam terbentuk ketika bintang mati hancur akibat tarikan gravitasinya[2].
Ada beberapa teori terkenal tentang lubang hitam, yaitu:
- Teori Relativitas Umum: Teori ini menyatakan bahwa lubang hitam terbentuk dari bintang raksasa yang tekanan gravitasinya sangat kuat sehingga menarik energi serta materi di dekatnya. Energi dan juga materi itu akan musnah setelah itu ditelan oleh lubang hitam[4].
- Teori Fisika Kuantum: Teori ini mengatakan bahwa energi serta materi yang terserap ke lubang hitam tidak akan musnah, melainkan akan disimpan dalam waktu yang lama. Setelah itu pada saat lubang hitam itu mati, maka materi serta energi yang tersimpan akan dilepaskan kembali[4].
Lubang hitam terbagi menjadi empat jenis, yaitu lubang hitam supermasif, lubang hitam antara, lubang hitam bintang, dan lubang hitam mikro[1]. Setelah lubang hitam terbentuk, ia dapat terus tumbuh dengan menyerap materi tambahan[1][4]. Lama kelamaan lubang hitam tersebut akan mati dengan sendirinya, dan seiring dengan berjalannya waktu, lubang hitam tersebut akan terus mengecil karena tekanan gravitasinya sendiri. Hingga pada akhirnya akan menghasilkan ledakan yang super besar, namun proses tersebut berlangsung dalam waktu yang sangat lama, sehingga kemungkinan besar manusia tidak akan dapat mengamati terjadinya ledakan ini[1][4].
Dalam lubang hitam, terdapat istilah yang disebut singularitas. Singularitas pada lubang hitam merujuk pada titik kepadatan tak terbatas di dalam inti lubang hitam [1][3]. Singularitas terjadi ketika massa benda sangat besar sehingga gravitasinya sangat kuat sehingga menarik semua materi di sekitarnya ke dalam satu titik yang sangat padat [2]. Singularitas ini merupakan titik di mana hukum fisika yang kita kenal saat ini tidak lagi berlaku, sehingga sulit untuk memahami apa yang terjadi di dalam singularitas tersebut [3]. Singularitas ini juga merupakan titik di mana ruang dan waktu menjadi tidak terpisahkan [1]. Singularitas dapat menyedot atau mengeluarkan apa saja yang ada di sekitarnya [1]. Teori relativitas juga memprediksi bahwa pusat lubang hitam merupakan titik kepadatan tanpa batas yang disebut singularitas [6].
Manfaat Mempelajari Lubang Hitam
Mempelajari lubang hitam memiliki beberapa manfaat, antara lain:
- Memahami sifat-sifat geometri dan dinamika benda-benda langit di sekitar kita[2].
- Mengetahui lebih banyak tentang lubang hitam dapat membantu kita memahami bagaimana alam semesta bekerja[5].
- Mempelajari lubang hitam dapat membantu kita memahami bagaimana bintang-bintang dan galaksi terbentuk[5].
- Penelitian lubang hitam dapat membantu kita memahami bagaimana materi dan energi berinteraksi dalam alam semesta[2].
- Penelitian lubang hitam dapat membantu kita memahami bagaimana lubang hitam dapat mempengaruhi pertumbuhan galaksi secara aktif[6].
Dengan memahami lubang hitam, kita dapat memperluas pengetahuan kita tentang alam semesta dan bagaimana semuanya saling terkait. Hal ini dapat membantu kita memahami alam semesta secara keseluruhan dan memberikan wawasan baru tentang bagaimana semuanya bekerja.