Mars sering dijuluki sebagai “planet merah”, karena warna khas permukaannya yang kemerahan akibat kandungan debu besi yang melimpah. Gambaran populer tentang Mars adalah dunia yang kering, berdebu, dan gersang, seolah-olah sudah lama “mati” secara geologis. Namun, di balik permukaan tandus itu, planet ini ternyata menyimpan arsip alami tentang peristiwa-peristiwa kosmik yang terjadi miliaran tahun lalu.
Hasil penelitian terbaru dari misi NASA InSight, sebuah wahana antariksa yang ditempatkan di permukaan Mars untuk mendeteksi getaran seismik (gempa) mengungkap sesuatu yang mengejutkan. Instrumen sensitif yang dibawa misi ini merekam bahwa bagian dalam Mars masih menyimpan jejak tabrakan raksasa yang terjadi di masa awal pembentukan tata surya, sekitar 4,5 miliar tahun lalu.
Tabrakan kosmik seperti ini merupakan peristiwa umum pada masa muda tata surya, ketika planet-planet baru terbentuk dan sering saling berbenturan dengan asteroid atau benda langit lain. Jejak yang tersisa di interior Mars menjadi bukti nyata bahwa planet ini pernah mengalami masa penuh kekerasan, dan hingga kini, bekas peristiwa tersebut masih bisa “dibaca” oleh para ilmuwan.
Misi InSight: Mendengar Detak Jantung Mars
Berbeda dengan rover yang biasanya menjelajahi permukaan Mars sambil mengambil foto dan sampel batuan, misi NASA InSight punya tugas khusus: ia dilengkapi dengan sebuah seismometer super sensitif. Alat ini dirancang untuk mendeteksi getaran halus di permukaan Mars yang dikenal dengan istilah marsquake, yaitu gempa yang terjadi di planet merah tersebut.
Selama beberapa tahun beroperasi, InSight berhasil mencatat lebih dari seribu peristiwa getaran. Menariknya, sebagian besar getaran ini tidak hanya berasal dari aktivitas internal Mars, tetapi juga dari hantaman meteorit yang menabrak permukaannya. Setiap kali meteorit menghantam, gelombang kejutnya merambat ke dalam planet dan ditangkap oleh seismometer InSight.
Bagi para ilmuwan, data ini sangat berharga. Cara kerjanya bisa dianalogikan seperti USG pada tubuh manusia. Dengan USG, dokter tidak perlu membedah tubuh untuk melihat organ di dalam; cukup menggunakan gelombang suara yang memantul, lalu membentuk gambaran struktur organ. Prinsip serupa dipakai pada InSight: gelombang gempa yang merambat di dalam Mars dipelajari untuk mengetahui lapisan-lapisan penyusunnya, seperti kerak, mantel, hingga inti.
Dengan teknologi ini, kita bisa mendapatkan peta internal Mars tanpa harus melakukan pengeboran fisik ribuan kilometer, sesuatu yang secara teknis hampir mustahil dilakukan dengan teknologi saat ini.
Baca juga artikel tentang: Misi Proba-3: Gerhana Matahari Buatan Pertama di Dunia oleh Badan Antariksa Eropa (ESA)
Apa yang Ditemukan?
Dari hasil analisis data seismik yang dikumpulkan misi InSight, para ilmuwan menemukan bahwa bagian dalam Mars ternyata memiliki struktur yang berbeda dengan Bumi. Jika mantel Bumi relatif homogen dan halus karena terus-menerus diaduk oleh aktivitas tektonik dan magma, maka mantel Mars justru penuh dengan “benjolan” besar berupa bongkahan batuan padat.
Bongkahan ini tidak main-main ukurannya. Beberapa di antaranya bisa mencapai diameter hingga 4 kilometer, setara dengan ukuran sebuah gunung kecil di Bumi. Lebih menarik lagi, bongkahan tersebut tersebar di berbagai kedalaman interior Mars, seakan menjadi “fosil geologis” yang terjebak di sana sejak miliaran tahun lalu.
Para peneliti menduga bahwa bongkahan itu sebenarnya adalah sisa-sisa benda langit asing, seperti asteroid besar, yang pernah menghantam Mars di masa awal tata surya. Setelah tabrakan dahsyat itu, sebagian materialnya tidak hanya membentuk kawah di permukaan, tetapi juga tertanam dan tenggelam ke dalam mantel Mars. Karena planet ini tidak memiliki aktivitas geologi seaktif Bumi (misalnya pergerakan lempeng tektonik), sisa tabrakan tersebut tetap terawetkan hingga sekarang, seolah menjadi rekaman sejarah kosmik di dalam perut planet merah.
Mengapa Jejaknya Masih Ada?
Di Bumi, aktivitas lempeng tektonik, gunung berapi, dan siklus mantel membuat catatan geologi lama “dihapus” secara berkala. Namun Mars tidak memiliki mesin daur ulang geologi ini. Hasilnya, jejak tabrakan raksasa tetap terawetkan selama miliaran tahun, seolah Mars adalah “kapsul waktu” tata surya awal.
Tabrakan Raksasa di Awal Tata Surya
Para ilmuwan percaya bahwa bongkahan ini berasal dari tabrakan besar di awal pembentukan tata surya, saat planet masih sering bertubrukan dengan protoplanet dan asteroid raksasa. Salah satu tabrakan semacam ini diperkirakan mencairkan sebagian besar interior Mars, menciptakan samudra magma, lalu meninggalkan fragmen-fragmen keras yang membeku di dalam mantel.
Kenapa Ini Penting?
- Membaca sejarah kosmik: Mars memberi kita petunjuk langsung tentang fase kekerasan pembentukan planet berbatu.
- Model pembentukan Bumi: Dengan memahami bagaimana tabrakan membentuk Mars, kita juga belajar bagaimana Bumi terbentuk—termasuk tabrakan besar yang melahirkan Bulan.
- Metode baru eksplorasi: Seismologi planet seperti ini membuka jalan untuk mempelajari struktur dalam planet lain tanpa perlu misi pengeboran.
Ringkasan dalam Tabel
| Aspek | Temuan |
|---|---|
| Sumber data | Seismometer misi InSight (NASA) |
| Jumlah sinyal | >1.000 marsquake |
| Temuan utama | Bongkahan batuan keras (sisa tabrakan) di mantel Mars |
| Umur peristiwa | Sekitar 4,5 miliar tahun lalu |
| Keunikan Mars | Tidak ada lempeng tektonik → jejak kuno tetap terawetkan |
| Makna ilmiah | Arsip alami sejarah awal tata surya |
Jika Bumi adalah buku yang selalu ditulis ulang oleh tektonik dan erosi, maka Mars adalah manuskrip tua yang masih menyimpan noda tinta asli dari zaman purba. Jejak tabrakan raksasa di dalam perutnya memberi kita kesempatan langka untuk memahami masa lalu tata surya, saat kekacauan dan tumbukan adalah hal yang biasa.
Baca juga artikel tentang: Galatea: Satelit Alami Terbesar Keempat Di Neptunus
REFERENSI:
Carpineti, Alfredo. 2025. Mars’s Interior Still Has Evidence Of Ancient Impact, Dead NASA Mission Tells Us. IFLScience: https://www.iflscience.com/marss-interior-still-has-evidence-of-ancient-impact-dead-nasa-mission-tells-us-80596 diakses pada tanggal 1 September 2025.
Charalambous, Constantinos dkk. 2025. Seismic evidence for a highly heterogeneous martian mantle. Science 389 (6763), 899-903.
Haas, George J. 2025. The Great Architects of Mars: Evidence for the Lost Civilizations on the Red Planet. Simon and Schuster.

