Mengenal Asam Hidroksi Dan Senyawa Turunannya

Asam hidroksi adalah senyawa yang secara umum kita temukan dalam kosmetik maupun formulasi terapetik yang memiliki berbagai benefit untuk kulit […]

blank

Asam hidroksi adalah senyawa yang secara umum kita temukan dalam kosmetik maupun formulasi terapetik yang memiliki berbagai benefit untuk kulit kita. Senyawa ini memiliki peranan penting dalam formulasi kosmetik dan aplikasi di bidang dermatologi. Efeknya berupa pencegahan efek photoaging, jerawat, ichthyosis, rosasea, gangguan pigmentasi dan psoriasis. Secara khusus artikel ini akan membahas pada asam Alfa-hidroksi (AHA), asam Beta-hidroksi (BHA), asam polihidroksi (PHA) dan asam bionic pada efek penggunaan jangka panjang dan paparannya terhadap cahaya matahari.

Formulasi kosmetik yang berisi asam hidroksi (hydroxy acid) secara luas sebenarnya dapat digunakan untuk mengatasi berbagai jenis kulit. Range konsentrasi penggunaan adalah sekitar 2 sampai 70% . Senyawa-senyawa ini diklasifikasikan menjadi berbagai macam tipe. Berikut ini adalah tipe senyawanya.

Asam Alfa Hidroksi

blank
Gambar 1. Asam Glikolat dan Asam Laktat

Asam Alfa Hidroksi (AHA = Alpha Hydroxy Acid) adalah asam karboksilat dengan satu gugus hidroksil pada posisi alfa. Salah satu contoh sederhananya adalah glycolic acid dengan nama kimia asam hidroksi asetat dan asam laktat yang secara biologis aktif untuk eksfoliasi kulit dan sebagai anti-aging.

Mekanisme kerja AHA yaitu bersifat sebagai senyawa khelat yang mengikat ion kalsium yang memiliki peranan penting pada adhesi sel cutaneous. Berkurangnya ion kalsium pada epidermis akan menyebabkan hilangnya kalsium di canderin (sambungan antar sel) pada desmosome. Hal ini menyebabkan ikatan antar sel akan hilang dan terjadi eksfoliasi. Selain itu, berkurangnya kalsium dapat memicu pertumbuhan sel baru dan diferensiasi sel sehingga penggunaan kronis harus diperhatikan.

Secara khusus, asam glikolat tidak hanya memicu sintesis kolagen tapi juga memicu terjadinya degradasi dan sintesis kolagen melalui keratynocite release cytokine (IL-1). Dari mekanisme ini asam glikolat memiliki sifat sebagai recovery untuk kulit yang rusak karena cahaya.

Pada asam laktat sendiri, konsentrasi yang digunakan umumnya berkisar 1,5 -5 %. Efek dari asam laktat ini bergantung dari konsentrasi (concentration-depent) dalam meningkatkan peristiwa apoptosis sel. Penggunakan asam laktat dapat meningkatkan sekresi VEGF (Vascular Endothelial Growth Factor) sehingga agent ini memiliki efek sebagai photoaging.

Poly Hydroxy Acid

blank
Gambar 2. Asam Laktobionat
blank
Gambar 3. Gluconolactone

PHA (Poly Hydroxy Acid) atau asam polihidroksi adalah generasi baru dari AHA yang memiliki dua atau lebih gugus hidroksil. Secara alami gugus hidroksinya ada pada posisi alfa. Yang lazim ditemui yaitu PHBA (Poly Hydroxy Bionic Acid) memiliki respon yang sama dengan AHA. Namun, daya iritasinya lebih rendah dengan efek antiaging dan skin smooting yang lebih baik daripada AHA dengan efek sebagai humektan dan moisturizer.

PHA yang dipasarkan hingga hari ini adalah gluconolactone dengan sifat absorpsi UV rendah untuk mengurangi sunburn, memiliki sifat chelating dan antioksidan.

Beta Hydroxy Acid

blank
Gambar 4. Asam Malat
blank
Gambar 5. Asam Tropat dan Asam Sitrat

BHA (Beta Hydroxy Acid) adalah nama karboksilat dengan satu gugus hidroksil pada posisi beta. Dikenal juga sebagai asam beta hidroksi butanoat. Contoh BHA yaitu tropic acid (asam 2-fenil-3-hidroksipropanoat). Asam malat dan asam sitrat masuk dalam kategori ini yang secara luas digunakan sebagai antioksidan.

Asam Salisilat

blank
Gambar 6. Asam Salisilat

Asam salisilat dan turunannya, gugus hidroksil dan karboksil yang melekat pada cincin benzene memiliki sifat asam. Berbeda dengan AHA, BHA dan PHA yang cenderung netral. Sifat asam salisilat yang larut lemak ini membuatnya mudah diaplikasikan untuk kulit yang berminyak.

Dengan konsentrasi 2-4% untuk terapi keratolitik seperti celluses, keratosis, jerawat dan photoaging. Asam salisilat sendiri memiliki sifat photoprotectif. Selain itu, ia juga memiliki sifat antibakteri dengan mekanisme downregulasi transkripsi pada fibrinogen, fibronektin, alfa hemolisin virulence factor yang berguna untuk replikasi bakteri dalam host.

Turunan asam salisilat seperti beta-lipohidroksi acid (beta-LHA) yang memiliki 8 rantai karbon yang terikat cincin benzene membuatnya lebih lipofil daripada asam salisilat . Ia dapat digunakan sebagai exfoliant untuk treatment acne dan photoaging, antifungi dan anti-comedogenic. Dengan sifat rendah iritasi dibanding glycolic acid.

Catatan Untuk Keamanan Penggunaan

Produk-produk yang mengandung asam hidroksi untuk kulit yang mengalami paparan cahaya matahari. Aplikasi topical dari glycolic acid dapat meningkatkan sensitifitas kulit yang dilihat dari Solar Simulated Radiation (SSR). Biomarker yang digunakan dalam percobaan ini adalah eritema, cyclobutane pirimidine dimer dan sunburn cell (apoptosis keratinosit).

Dimana hasil akhir dari percobaan tersebut menyatakan bahwa penggunaan 10% glycolic acid dapat meningkatkan sensitifitas SSR dan 2% penggunaan asam salisilat tidak. Dalam mengurangi iritasi kulit direkomendasikan konsentrasi AHA <10% dengan pH >3,5 disertai penggunaan sun protection.

blank
Tabel 1. Informasi Keamanan

Mengapa kulit lebih sensitive terhadap cahaya?

Perlu diingat bahwa stratum korneum memerankan peranan penting dalam photoprotection dan sifat senyawa asam hidroksi sendiri adalah pengeksfoliasi kulit yang mana bagian yang terkikis ini memiliki peran dalam melindungi cahaya.

Sumber:

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Yuk Gabung di Komunitas Warung Sains Teknologi!

Ingin terus meningkatkan wawasan Anda terkait perkembangan dunia Sains dan Teknologi? Gabung dengan saluran WhatsApp Warung Sains Teknologi!

Yuk Gabung!

Di saluran tersebut, Anda akan mendapatkan update terkini Sains dan Teknologi, webinar bermanfaat terkait Sains dan Teknologi, dan berbagai informasi menarik lainnya.