Era Disrupsi, sebenarnya bukanlah era yang berdiri sendiri. Era disrupsi hanyalah fase ke-3 dari 6 Fase Exponential Shock. Mari kita nikmati sejenak ulasannya agar bisa tahu bagaimana cara menyikapi era disrupsi.
Pengertian Era Disrupsi
Era disrupsi merujuk pada periode di mana perubahan cepat dan signifikan terjadi dalam berbagai aspek kehidupan, terutama disebabkan oleh perkembangan teknologi. Disrupsi dapat terjadi di berbagai bidang, seperti ekonomi, industri, pendidikan, dan masyarakat secara umum. Istilah ini sering digunakan untuk menggambarkan pergeseran besar dalam cara orang bekerja, berinteraksi, dan menjalani kehidupan sehari-hari.
Beberapa faktor utama yang berkontribusi pada era disrupsi melibatkan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, kecerdasan buatan, otomatisasi, analisis data besar (big data), dan inovasi dalam berbagai industri. Perubahan ini dapat menciptakan peluang baru, tetapi juga dapat menimbulkan tantangan dan ketidakpastian. Perusahaan, pemerintah, dan individu perlu beradaptasi dengan cepat untuk tetap relevan dan kompetitif dalam era disrupsi ini.
Beberapa contoh dari era disrupsi termasuk transformasi digital di berbagai sektor industri, perubahan model bisnis berkat platform online, perkembangan e-commerce, dan kemajuan dalam bidang seperti transportasi otonom dan kecerdasan buatan. Perubahan-perubahan ini dapat memiliki dampak mendalam pada pekerjaan, pasar tenaga kerja, dan cara kita berinteraksi dengan teknologi sehari-hari.
Exponential Growth
Intinya, setiap Industri yg disentuh teknologi informasi, (dan sekarang hampir semua kena sentuhan mautnya) akan mengalami 6 fase transformasi, yg disebut Peter Diamandis: “6D’s of Exponential Growth”
1. Digitalization
Transformasi dari analog menjadi Digital. Misal: Kodak menemukan Foto Digital. Atau Musik, Film, Buku, dll dijadikan bentuk digital MP3, MP4, PDF, dll)
2. Deception
Kodak tertipu karena dikira ini teknologi amatir yang tidak bakal bisa menggantikan keindahan dan ketajaman foto manual, karena saat itu resolusinya masih 0,1 Mega Pixel).
3. Disruption
Diluar kendali Kodak, tiap 18 bulan, ketajaman foto digital naik 2x lipat secara eksponensial. Dan pada saat ketajamannya mencapai 2 Mega Pixel, kualitasnya sudah sama dengan foto analog. Saat itulah Kodak mulai terdisrupsi. Fase inilah yg bikin kehebohan disana sini, karena di fase ini, Gojek mendisrupt perusahaan taksi , AirBnB mendisrupt Hotel, dll. Terjadi kepanikan masal karena dipikir dunia (minimal bisnis kita) akan runtuh.
4. Dematerialization
Semua produk digital akhirnya tidak perlu wadah “material” karena tiba-tiba semua bisa disimpan di Cloud yg siap diunduh kapanpun dan dimanapun. Jadi silahkan dibuang semua hardisk yg beirisi koleksi foto digital Anda. Upload saja ke Google Drive yang gratis penyimpanannya, kapanpun, dimanapun, pake alat apapun yang kompatibel, jika anda perlu foto itu tinggal download)
5. Demonetization
Begitu semua tidak dalam wadah material, maka harganya makin lama makin turun. Dan satu saat bisa sangat murah dan terjangkau buat semua. Begitu buku sudah di .Pdf kan, harganya nyaris Nol. Silahkan saja ke koleksi 300 juta buku gratis di: ‪www.pdfdrive.net.‬ Sekarang semua Musik, foto, buku, film, serial tv sudah dibikin versi digitalnya, yg kita masih diminta bayar, tapi ini makin lama makin murah, karena tidak ada lagi “biaya cetak”.
6. Democratization
Pada puncaknya, semua produk akan menjadi murah dan tersedia buat semua orang. Anda telah merasakan sebagian, Video call gratis, HP Murah, Belajar & Baca Buku melalui pdf gratis, Nonton Film dan dengar musik gratis, dll. Inilah fase Abundance for All: Keberlimpahan buat semua.
Maka mestinya, era disruption itu tidak perlu ditakuti atau bikin panik, hanya perlu dipahami bahwa ini bagian dari revolusi kemajuan peradaban yg makin lama akan makin cepat dan mengarah pada perbaikan buat semua. The greatest good for the greatest number of people. Kalau dalam revolusi ada korban-korban yg bergelimpangan karena tidak cukup paham dan tanggap, itu hal yg biasa. Nanti juga mereka akan belajar.
Menyambut Era Disrupsi
Nah anda perlu belajar apa untuk menyiapkan diri dengan penuh optimisme untuk menyambut dan berperan besar di era “exponential abundance” ini?
1. Sadarilah Exponential Technology yg dalam 100 tahun terakhir tetap ajeg bergerak secara exponential, tidak akan melambat apapun yg terjadi pada dunia. Tidak peduli ada resesi tahun 1930-an, ada 2 kali perang Dunia dimana puluhan juta orang terbunuh, ada jatuh bangunnya ekonomi dunia, Kemajuan teknologi tidak melambat sedikitpun. Jadi ini bukan trend sesaat, tapi perubahan fundamental yg berkelanjutan.
2. Pahamilah dampak-dampaknya pada anda, keluarga anda, dan perusahaan anda. Kalau anda Walikota, gubernur dan presiden, pimpinlah birokrasi dan rakyat anda untuk siap melakukan transformasi besar-besaran. Tapi peliharalah semangat optimisme, kerjasama dan abundance mind-set, bukan kekalutan, persaingan dan scarcity mind-set.
3. Milikilah skill untuk menjawab tantangan dan kesempatan besar ini dengan belajar dan segera mempraktikkan dalam diri dan bisnis anda: “Exponential Technologies, Exponential Organization, Blue Ocean Shift” dan Tools-tools untuk menjadi pemain utama yang ikut mengarahkan masa depan umat manusia*.
4. Juga milikilah paradigma Holistic Person, dimana selain mengembangkan faktor inteletual dan fisik (yang peran manusia bakal diambil alih robot & komputer), kita perlu akselerasi pengembangan kecerdasan spiritual, emosi & sosial (peran-peran dimana robot+komputer masih kalah jauh, bahkan tidak bakal bisa menandingi manusia)
Catatan: Iya, anda di era “exponential shock” ini punya kesempatan untuk punya pengaruh global (pada seluruh umat manusia), bukan hanya satu kampung atau satu perusahaan atau satu kota. Anda tidak perlu jadi presiden atau sekjen PBB untuk itu. Saat ini setiap orang, dengan “Amplifier” yg namanya Media Social, dengan strategi yang tepat, bisa berteriak yg didengar secara viral oleh jutaan, puluhan juta, bahkan Milyaran manusia.
What an amazing time to live, right? Jadi hadapilah era disrupsi bukan dengan takut dan juga kemaruk, tapi hadapilah dengan semangat dan siap belajar.
Referensi:
- “The Innovator’s Dilemma” oleh Clayton M. Christensen
- Buku ini membahas konsep disrupsi dan bagaimana perusahaan yang sudah mapan dapat terkena dampaknya ketika teknologi baru muncul.
- “The Fourth Industrial Revolution” oleh Klaus Schwab
- Klaus Schwab, pendiri Forum Ekonomi Dunia, membahas dampak revolusi industri keempat yang didorong oleh teknologi seperti kecerdasan buatan, robotika, dan internet hal-hal (IoT).
- “Thank You for Being Late” oleh Thomas L. Friedman
- Friedman menjelajahi dampak globalisasi, perubahan teknologi, dan percepatan perubahan dalam dunia modern.
- “Zero to One” oleh Peter Thiel dan Blake Masters
- Buku ini mengeksplorasi ide-ide inovatif dan bagaimana menciptakan nilai di era disrupsi.
- “The Second Machine Age” oleh Erik Brynjolfsson dan Andrew McAfee
- Penulis membahas dampak teknologi dan kecerdasan buatan pada ekonomi dan masyarakat.
- “The Age of Cryptocurrency” oleh Paul Vigna dan Michael J. Casey
- Mengenai perkembangan mata uang kripto dan teknologi blockchain, yang merupakan bagian dari disrupsi di sektor keuangan.
- “Machine, Platform, Crowd” oleh Andrew McAfee dan Erik Brynjolfsson
- Buku ini membahas bagaimana teknologi komputasi awan, kecerdasan buatan, dan kerja bersama dapat mengubah cara bisnis dijalankan.
- “The Industries of the Future” oleh Alec Ross
- Ross merinci perkembangan yang akan membentuk ekonomi di masa depan, termasuk disrupsi dalam bidang-bidang seperti kesehatan, keuangan, dan energi.
- “Sapiens: A Brief History of Humankind” oleh Yuval Noah Harari
- Meskipun bukan secara khusus membahas disrupsi teknologi, buku ini memberikan pandangan yang luas tentang sejarah manusia dan bagaimana perubahan besar-besaran telah membentuk masyarakat kita.