Obat golongan kortikosteroid seperti prednison, deksametason, atau metilprednisolon adalah obat antiinflamasi yang sangat ampuh untuk mengatasi berbagai kondisi medis — mulai dari asma, lupus, radang sendi, hingga reaksi alergi berat. Tapi di balik keampuhannya, penggunaan jangka panjang kortikosteroid bisa menimbulkan efek samping serius, seperti:
- Osteoporosis
- Hiperglikemia (kadar gula tinggi)
- Penipisan otot
- Gangguan tidur
- Retensi cairan dan tekanan darah tinggi
Kabar baiknya, berbagai nutrisi terbukti secara ilmiah dapat membantu mengurangi efek samping tersebut. Berikut adalah daftar 7 nutrisi penting yang direkomendasikan dalam praktik farmasi klinis untuk pasien pengguna kortikosteroid. Untuk artikel lainnya yang berkaitan dengan farmasi, Anda dapat mengunjungi tautan pafisalore.org.
1. Kalsium: Melindungi Tulang dari Osteoporosis
Kortikosteroid meningkatkan ekskresi kalsium urin dan menghambat absorpsi kalsium di usus, sehingga menyebabkan keropos tulang.
📌 Rekomendasi:
- Dosis: 1000–1500 mg kalsium per hari (termasuk dari makanan dan suplemen)
- Sumber: susu rendah lemak, yoghurt, keju, brokoli, suplemen kalsium karbonat/sitrat
Catatan farmasis: Kalsium sebaiknya diberikan dalam dosis terbagi untuk meningkatkan absorpsi, dan jangan dikonsumsi bersamaan dengan antibiotik tetrasiklin atau kuinolon karena dapat menurunkan efektivitas antibiotik.
📚 Referensi: American College of Rheumatology (2017) – Glucocorticoid-induced osteoporosis guidelines.
2. Vitamin D: Sahabat Setia Kalsium
Tanpa vitamin D yang cukup, tubuh tidak bisa menyerap kalsium secara optimal. Kortikosteroid juga menghambat sintesis vitamin D aktif di ginjal.
📌 Rekomendasi:
- 800–2000 IU vitamin D3 per hari (bisa lebih tinggi pada defisiensi)
- Sumber: paparan sinar matahari pagi, ikan berlemak, kuning telur, suplemen vitamin D3
Catatan farmasis: Perlu monitoring kadar kalsium dan vitamin D bila pasien menggunakan suplemen jangka panjang.
📚 Referensi: Holick, M.F. (2007). Vitamin D deficiency.
3. Protein: Pencegah Wasting Otot
Kortikosteroid dapat menyebabkan katabolisme protein — yaitu pemecahan otot — yang memicu kelemahan dan penurunan massa otot (steroid-induced myopathy).
📌 Rekomendasi:
- 1,2–1,5 g/kg berat badan/hari (khususnya pada pasien kronis)
- Sumber: dada ayam, ikan, tahu, tempe, telur, Greek yogurt
Tips farmasis: Pasien dengan nafsu makan rendah bisa diberikan suplemen protein cair atau bubuk sebagai pendukung.
📚 Referensi: Schakman et al. (2013). Glucocorticoid-induced skeletal muscle atrophy.
4. Kalium: Penyeimbang Retensi Natrium
Kortikosteroid menyebabkan retensi natrium dan ekskresi kalium berlebihan, yang bisa menyebabkan:
- Hipertensi
- Kelemahan otot
- Gangguan irama jantung
📌 Rekomendasi:
- 3500–4700 mg kalium per hari
- Sumber: pisang, alpukat, kentang, tomat, bayam, kacang-kacangan
Catatan farmasis: Hindari suplemen kalium sembarangan. Pemantauan kadar elektrolit penting, terutama jika pasien juga menggunakan diuretik.
📚 Referensi: Sturtevant, J. M. (2001). Corticosteroids and electrolyte balance.
5. Omega-3: Anti-inflamasi Tambahan
Konsumsi jangka panjang kortikosteroid bisa memicu inflamasi kronis tingkat rendah. Omega-3 dari ikan dan biji-bijian mengandung EPA dan DHA yang bersifat antiinflamasi alami.
📌 Rekomendasi:
- 1000–2000 mg EPA/DHA per hari
- Sumber: ikan salmon, sarden, chia seed, flaxseed, suplemen minyak ikan
Tips farmasis: Pastikan pasien tidak alergi seafood. Konsumsi bersama makanan untuk menghindari mual.
📚 Referensi: Calder, P. C. (2017). Omega-3 fatty acids and inflammatory processes.
6. Serat Larut: Kontrol Gula Darah
Kortikosteroid meningkatkan glukoneogenesis dan resistensi insulin, sehingga pasien berisiko mengalami hiperglikemiabahkan diabetes steroid.
📌 Rekomendasi:
- 25–30 gram serat per hari
- Sumber: apel, oat, alpukat, brokoli, chia seed
Serat larut membantu memperlambat penyerapan glukosa dan menjaga stabilitas gula darah.
Tips farmasis: Konseling pasien tentang indeks glikemik makanan juga penting untuk pemantauan jangka panjang.
📚 Referensi: American Diabetes Association (ADA), Nutrition Guidelines, 2022.
7. Antioksidan (Vitamin C dan E): Pelindung Sel dari Stres Oksidatif
Kortikosteroid dapat memicu stres oksidatif, yang berperan dalam kerusakan sel endotel, otot, dan tulang.
📌 Rekomendasi:
- Vitamin C: 500–1000 mg/hari
- Vitamin E: 200–400 IU/hari
- Sumber: jeruk, stroberi, kacang almond, minyak zaitun
Catatan farmasis: Hindari vitamin E dosis tinggi pada pasien yang juga memakai antikoagulan, karena bisa meningkatkan risiko perdarahan.
📚 Referensi: Rodrigo et al. (2013). Antioxidant therapy and corticosteroid side effects.
Peran Farmasis dalam Terapi Nutrisi Pendukung
Farmasis klinis memiliki peran penting dalam:
- Mengkaji risiko efek samping steroid jangka panjang
- Merekomendasikan suplemen pendukung yang legal, aman, dan sesuai dosis
- Melakukan edukasi diet harian bagi pasien dengan kondisi kronis (misalnya lupus, asma berat, atau rheumatoid arthritis)
Contoh konseling farmasis:
“Ibu, karena ibu menggunakan prednison jangka panjang, disarankan untuk mengonsumsi kalsium dan vitamin D harian, serta memperbanyak makanan tinggi kalium dan serat agar tulang tetap sehat dan tekanan darah stabil.”
Kesimpulan
Penggunaan kortikosteroid memang efektif dalam mengatasi banyak penyakit, tetapi juga berisiko menimbulkan efek samping metabolik dan struktural jika digunakan jangka panjang. Dengan dukungan nutrisi yang tepat, risiko tersebut bisa ditekan secara signifikan.
Ringkasan 7 Nutrisi Penurun Efek Samping Kortikosteroid:
- Kalsium – mencegah osteoporosis
- Vitamin D – bantu absorpsi kalsium
- Protein – cegah penyusutan otot
- Kalium – lawan retensi natrium
- Omega-3 – kurangi inflamasi
- Serat larut – kontrol gula darah
- Antioksidan – lawan stres oksidatif
Dengan dukungan farmasis, pasien dapat menjalani terapi steroid dengan lebih aman, lebih sehat, dan lebih optimal.
Daftar Pustaka
- American College of Rheumatology. (2017). Guideline for the prevention and treatment of glucocorticoid-induced osteoporosis.
- Holick, M. F. (2007). Vitamin D deficiency. New England Journal of Medicine, 357(3), 266–281.
- Schakman, O., et al. (2013). Mechanisms of muscle atrophy induced by glucocorticoids. Hormone Research in Paediatrics, 79(1), 3–10.
- Sturtevant, J. M. (2001). Corticosteroids and electrolyte balance. American Journal of Health-System Pharmacy, 58(17), 1627–1633.
- Calder, P. C. (2017). Omega-3 fatty acids and inflammatory processes. Nutrients, 9(9), 1046.
- American Diabetes Association. (2022). Standards of Medical Care in Diabetes.
- Rodrigo, R., et al. (2013). Corticosteroids and oxidative stress: Clinical implications. Medical Hypotheses, 80(4), 517–522.

