6 Ilmuwan Terbaik Indonesia di Tahun 2018

Tidak terasa kita telah masuk ke penghujung tahun 2018. Perkembangan dunia IPTEK di Indonesia selama tahun 2018 berkembang dengan sangat […]

blank

Tidak terasa kita telah masuk ke penghujung tahun 2018. Perkembangan dunia IPTEK di Indonesia selama tahun 2018 berkembang dengan sangat dinamis, dari diterbitkannya artikel ilmiah tentang “keajaiban” Suku Bajau Indonesia di jurnal Cell [1], ditemukannya lukisan tertua di dunia (berusia 52.000 tahun) berbentuk sapi di dinding gua Lubang Jeriji Saleh Kaltim [2], peletakan batu pertama observatorium nasional Timau terbesar di Asia Tenggara [3], hingga berita penemuan fosil stegodon berumur 1.5 juta tahun di Majalengka pada awal Desember 2018 kemarin [4]. Baca: Sebuah Cerita Evolusi Dari Indonesia: Tubuh Penyelam Suku Bajau.

Namun tahukah sahabat Warstek bahwa penemuan-penemuan penting dan besar yang telah disebutkan sebelumnya kebanyakan diketuai oleh orang asing? Seperti penelitian tentang suku Bajau dan ditemukannya lukisan tertua di Kaltim, bukanlah orang Indonesia yang menjadi ketua tim dan penulis pertama pada artikel ilmiahnya. Tentu sangat miris dan sedih jika memikirkan hal tersebut, dunia riset dan akademik di Indonesia seolah masih “terjajah”.

Lantas, apakah Indonesia kekurangan sosok ilmuwan handal? Sampai-sampai riset di dalam negeripun dilakukan oleh orang asing? Tentu saja tidak! Cukup banyak ilmuwan Indonesia yang berkarir dalam negeri maupun luar negeri yang sangat prestatif, meskipun disayangkan bahwa riset-riset strategis dalam negeri ada yang masih diketuai oleh orang asing.

Pada artikel ini, Warstek menghimpun 6 nama ilmuwan Indonesia terbaik di tahun 2018. Adapun parameter penilaiannya ada 2, yakni produktivitas dalam hal publikasi  (h-indeks) dan penghargaan yang diberikan oleh dunia Internasional. Sederhananya, semakin besar nilai h-indeks maka semakin “berdampak” artikel-artikel ilmiah yang telah dipublikasikan. Dipilihnya 2 hal tersebut karena 2 hal tersebut adalah yang paling mudah untuk diukur. Semua orang dapat mengecek secara real time capaian publikasi seorang ilmuwan melalui Google Scholar. Siapa saja 9 ilmuwan tersebut?

1. Suharyo Sumowidagdo

Lahir di Singaraja Bali pada 25 Oktober 1976, Suharyo adalah peneliti LIPI di Pusat Penelitian Fisika dengan fisika partikel eksperimental adalah spesialisasi utamanya [5]. Selain itu, beliau termasuk salah satu perwakilan Indonesia yang menjadi anggota eksperimen ALICE (A Large Ion Collider Experiment) di CERN. Di CERN, Suharyo turut memecahkan misteri tentang partikel Higgs Boson atau yang terkenal dengan sebutan “partikel Tuhan” yang berujung pada diberikan hadiah nobel fisika kepada Peter Higgs di tahun 2013 [6]. Prestasi Internasional di tahun 2018 adalah nama beliau tercantum dalam hampir semua artikel ilmiah yang melibatkan LHC (Large Hadron Collider yang merupakan salah satu instrumen terpenting di CERN) dan beliau adalah satu-satunya perwakilan Indonesia [7]. Atas aktivitas risetnya di CERN, Suharyo menjadi orang dengan peringkat pertama di Indonesia dalam hal produktivitas publikasi dengan nilai h-indeks 131. Selama tahun 2018, Suharyo telah menerbitkan lebih dari 80 artikel ilmiah [8]. Keren banget ya Sahabat Warstek? Jika dirata-rata, maka 1 bulan Suharyo menerbitkan 6 artikel ilmiah.

2. Irwandi Jaswir

Lahir di Medan Sumatera Utara pada 20 Desember 1970, Irwandi adalah koordinator riset di Halal Industry Research Centre, Universitas Islam Internasional Malaysia (IIUM), Kuala Lumpur. Nama beliau ramai dibincangkan karena berhasil memenangkan sebuah penghargaan bergengsi King Faisal International Prize 2018. Penghargaan ini merupakan penghargaan terbesar kedua di dunia setelah Nobel Prize [9]. Dalam penghargaan King Faisal International Prize 2018, Irwandi memenangkan penghargaan kategori Pelayanan Kepada Islam (service to Islam) atas dedikasi risetnya pada bidang halal science.  Kategori service to Islam umumnya dimenangkan oleh kepala negara (Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada tahun 2010) atau ulama (Zakir Naik pada tahun 2015). Namun pada 2018, pertama dalam sejarah King Faisal International Prize, kategori ini dimenangkan oleh ilmuwan. Indonesia pernah memenangkan kategori yang sama pada tahun 1980 oleh Dr. Mohammad Natsir [10]. Melalui dedikasinya pada halal science, beliau meraih h-indeks sebesar 21 dan telah menerbitkan 7 artikel ilmiah selama 2018 [11]. Penelitian tentang halal science sudah seharusnya menjadi prioritas riset Indonesia mengingat Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk muslim terbsesar di dunia. Gimana apa kamu nggak tertarik riset di bidang halal science Sahabat Warstek?

Irwandi Jaswir. Sang pendobrak sejarah bahwa ilmuwan juga memiliki misi yang sangat penting seperti kepala negara dan ulama. Sumber foto: Beritagar. 

3. Khoirul Anwar

Lahir di Kediri Jawa Timur pada 22 Agustus 1978, Khoirul adalah Direktur The Center for Advanced Wireless TechnologiesTelkom University. Khoirul sempat menghebohkan masyarakat Indonesia pada tahun 2014 karena banyak media yang ramai-ramai memberitakan bahwa beliau adalah penemu teknologi 4G [12]. Padahal tak mungkin seseorang atau bahkan satu institusi bisa mengklaim sebagai penemu 4G, karena 4G dihasilkan dalam proyek bernama 3rd Generation Partnership Project (3GPP) yang melibatkan banyak institusi. Namun, Khoirul merupakan penemu dan pemegang paten teknologi pemancar yang menggunakan konsep dua FFT, untuk dipakai pada metode SC-FDMA dalam proses uplink 4G. Di tahun 2018, prestasi Internasional yang beliau raih adalah diundang sebagai salah satu panelis mewakili Indonesia dalam 5G International Symposium 2018 di Jepang dan menyampaikan beberapa permasalahan yang mungkin ada pada penerapan 5G di Indonesia. Terkait impelementasi 5G di Indonesia, Khoirul menargetkan implementasi 5G di Indonesia adalah 20 gigabyte per second dan akan terealisasi pada tahun 2022. Hal tersebut disampaikannya pada Studium Generale yang diadakan ITB 14 November 2018 [13]. Selama tahun 2018, Khoirul telah menerbitkan 17 artikel imiah dan telah meraih nilai h-indeks 15. 

Itulah profil 3 ilmuwan terbaik versi Warstek.com, agar artikel tidak terlalu panjang, maka enam ilmuwan lainnya akan diterbitkan secara terpisah pada bagian 2 dan bagian 3.

Baca kelanjutan artikel ini, 6 Ilmuwan Terbaik Indonesia di Tahun 2018 (Bagian 2).

Referensi:

  1. Ilardo, M.A., Moltke, I., Korneliussen, T.S., Cheng, J., Stern, A.J., Racimo, F., de Barros Damgaard, P., Sikora, M., Seguin-Orlando, A., Rasmussen, S. and van den Munckhof, I.C., 2018. Physiological and Genetic Adaptations to Diving in Sea Nomads. Cell173(3), pp.569-580.
  2. Aubert, M., Setiawan, P., Oktaviana, A.A., Brumm, A., Sulistyarto, P.H., Saptomo, E.W., Istiawan, B., Ma’rifat, T.A., Wahyuono, V.N., Atmoko, F.T. and Zhao, J.X., 2018. Palaeolithic cave art in Borneo. Nature, p.1.
  3. Mumpuni, E.S., Puspitarini, L., Priyatikanto, R., Yatini, C.Y. and Putra, M., 2018. Future astronomy facilities in Indonesia. Nature Astronomy2(12), p.930.
  4. Tim Laboratorium Paleontologi ITB Temukan Gading Stegodon Raksasa di Majalengka. Diakses pada 13 Desember 2018.
  5. Profil Civitas LIPI, Suharyo Sumowidagdo. Diakses pada 13 Desember 2018. 
  6. Siapa 10 Ilmuwan Indonesia Paling Top? Ini Daftarnya. Diakses pada 13 Desember 2018. 
  7. Acharya, S., et.al., 2018. Production of 4He and He‾ 4 in Pb–Pb collisions at sNN= 2.76 TeV at the LHC. Nuclear Physics A971, pp.1-20.
  8. Google Scholar Suharyo Sumowidagdo. Diakses pada 13 Desember 2018. 
  9. Raih King Faisal Prize, Ini Riset Irwandi Jaswir. Diakses pada 13 Desember 2018. 
  10. Service to Islam King Faisal Prize. Diakses pada 13 Desember 2018. 
  11. Google Scholar Irwandi Jaswir. Diakses pada 13 Desember 2018. 
  12. Benarkah Penemu Teknologi 4G LTE Orang Indonesia?. Diakses pada 13 Desember 2018. 
  13. Khoirul Anwar: Indonesia Baru Siap dengan 5G pada 2022. Diakses pada 13 Desember 2018. 
  14. Google Scholar Khoirul Anwar. Diakses pada 13 Desember 2018.

1 komentar untuk “6 Ilmuwan Terbaik Indonesia di Tahun 2018”

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *