Lelehan dari Pulau Terbesar di Dunia Lepaskan Berton-Ton Gas Metana ke Udara

Gas metana (CH4) adalah gas rumah kaca ketiga terbanyak di atsmosfer setelah uap air dan karbon dioksida (CO2), tapi meski […]

blank
blank
Gambar 1. Peta Pulau Greenland, Pulau Terbesar di Dunia (Sumber: geology.com)

Gas metana (CH4) adalah gas rumah kaca ketiga terbanyak di atsmosfer setelah uap air dan karbon dioksida (CO2), tapi meski ada dalam konsentrasi yang lebih sedikit dibandingkan CO2, metana jauh lebih berbahaya, 20-28 kali lebih kuat dibandingkan CO2 dalam menyebabkan pemanasan global.

Karena jumlahnya yang lebih sedikit, gas metana hanya menyebabkan sekitar 28 persen dari pemanasan global yang disebabkan CO2. Namun demikian, gas metana tidak seharusnya diabaikan, meski trennya sejak awal tahun 1990-an terus melambat. Sebagian besar metana bumi berasal dari mikroorganisme yang mengubah bahan organik menjadi CH4 dengan ketiadaan oksigen (anaerob), sebagian besar terdapat dilahan gambut dan lahan pertanian, misalnya di perut sapi dan sawah. Sisanya berasal dari bahan bakar fosil.

Tapi belum lama ini sebuah studi terbaru mengungkap pelepasan berton-ton gas metana ke atmosfer yang seharusnya dapat menjadi perhatian dunia. Berton-ton gas metana tersebut berasal dari pelelehan lapisan es Greenland, pulau terbesar di dunia yang beberapa tahun terakhir terus mengalami kenaikan temperatur akibat pemanasan global.

blank
Gambar 2. Grafik Penyebab Pemanasan Global, grafik dari berbagai kekuatan yang mempengaruhi iklim, metana CH4, tepat di atas CO2. (Sumber: kepticalscience.com)

Hasil penelitian dari tim peneliti internasional yang dipimpin oleh Universitas Bristol dan telah dipublikasikan di Jurnal Nature pada tanggal 2 Januari 2019 itu cukup mengejutkan karena selama ini lapisan es diabaikan sebagai sumber gas metana global.

Para peneliti dengan menggunakan sensor baru mengukur metana dalam limpasan air lelehan secara real time, mereka mengamati bahwa metana terus dikirimkan dari bawah es. Untuk melakukan penelitian tersebut, para peneliti berkemah selama 3 bulan di dekat lapisan es Greenland, mengambil sampel air lelehan yang mengalir selama musim panas.

Mereka menghitung bahwa setidaknya enam ton metana terbawa ke lokasi mereka melakukan pengukuran dari satu bagian lapisan es saja. Jumlah tersebut kira-kira setara dengan metana yang dilepaskan dari sekitar 100 ekor sapi melalui kotorannya.

blank
Gambar 3. Gletser Leverett dan aliran proglasial di Greenland, Lokasi Penelitian Dilakukan (Sumber: Nature.com)

Profesor Jemma Wadham, Direktur Bristol Cabot Institute for the Environment, yang memimpin penelitian tersebut mengatakan bahwa temuan utama mereka adalah banyak metana yang dihasilkan di bawah lapisan besar es Greenland, mengalir cepat melalui sungai-sungai besar di sana sebelum dapat teroksidasi menjadi CO2. Padahal jika dapat teroksidasi menjadi CO2, maka itu dapat mengurangi potensi pemanasan global.

Beberapa metana telah terdeteksi sebelumnya di inti es Greenland dan di Danau Subglasial -Danau yang terbentuk oleh alam- Antartika. Tapi ini adalah pertama kalinya air lelehan es selama musim semi dan musim panas di lapisan es besar seperti di Greenland dilaporkan terus menerus menghamburkan metana ke udara.

Penulis utama, Guillaume Lamarche-Gagnon, dari Bristol’s School of Geographical Sciences mengatakan bahwa hal yang mengejutkan dari penelitian tersebut adalah fakta bahwa mereka menemukan bukti nyata tentang sistem mikroba subglasial yang tersebar luas.

blank
Gambar 4. Lanskap Pulau Greenland. (Sumber: Sporcle.com)

“Kami tahu bahwa mikroba penghasil metana kemungkinan besar adalah penting. Di lingkungan subglasial, seberapa penting dan meluasnya mereka benar-benar dapat diperdebatkan. Sekarang kita dengan jelas melihat bahwa mikroorganisme aktif, yang hidup di bawah kilometer es, tidak hanya bertahan hidup, tetapi juga berdampak pada bagian lain dari sistem Bumi. untuk hidup di habitat yang terisolasi ini,” jelasnya.

Studi terbaru ini menunjukan bahwa lapisan es yang menyimpan cadangan besar karbon, air, mikroorganisme dan sangat sedikit oksigen itu menjadi kondisi ideal menghasilkan gas metana yang kemudian dapat melepaskan gas metana ke atmosfer.

Para peneliti mengatakan penyebab utama mencairnya lapisan es Greenland terjadi karena pemanasan global dan meningkatkan suhu permukaan laut. Pemanasan global tersebut mencairkan lapisan es Greenland dan membuatnya melepaskan berton-ton gas metana yang membuat bumi menjadi semakin panas. Para peneliti mengimbau perlu pengurangan emisi rumah kaca agar tidak memperburuk kondisi tersebut.

Kemudian, kata peneliti, mengingat Antartika (Kutub selatan) yang memiliki massa es terbesar di bumi yang artinya memiliki simpanan metana yang lebih besar dari Greenland, para peneliti mengatakan temuan mereka menjadi alasan agar dunia mengalihkan perhatian ke selatan demi masa depan bumi.

Referensi
[1] Lamarche-Gagnon, Guillaume. Wadham, Jemma L. Lollar, Barbara Sherwood. Arndt, Sandra. Fietzek, Peer. Beaton, Alexander D. Tedstone, Andrew J. Telling, Jon. Bagshaw, Elizabeth A. Hawkings, Jon R. Kohler, Tyler J. Zarsky, Jakub D. Mowlem, Matthew C. Anesio, Alexandre M. Stibal, Marek. 2019. Greenland melt drives continuous export of methane from the ice-sheet bed. Jurnal Nature, DOI: 10.1038/s41586-018-0800-0
[2] University of Bristol. 2019. Melting ice sheets release tons of methane into the atmosphere. Diakses dari www.sciencedaily.com/releases/2019/01/190103110300.htm pada 31 Januari 2019
[3] Cook, Jhon. 2016. What is methane’s contribution to global warming?. Diakses dari https://www.skepticalscience.com/methane-and-global-warming.htm pada 31 Januari 2019

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *