Ditulis oleh Slamet Fauzi
Sadarkah kita bahwa Indonesia saat ini telah terancam akan mengalami polusi udara yang mencemaskan ? hal itu tentunya telah kita rasakan bagaimana udara yang saat ini telah terjadi fluktuasi yang tidak beraturan. Suhu yang lebih tinggi dibandingkan 10-15 tahun yang lalu merupakan salah satu indikator bahwa tingkat polusi udara di indonesia semakin mengkhawatirkan.
Polusi udara yang diatas ambang normal rentan menyebabkan terjadinya Climate Change, akibatnya cuaca tidak dapat lagi diprediksi secara akurat dan unpredictable. Penyebab terjadinya polusi udara diakibatkan oleh adanya beberapa faktor dan kegiatan manusia di bumi, seperti kendaraan bermotor, hasil pembakaran bahan bakar dari kegiatan industri pabrik yang keluar dari cerobong asap, kebakaran hutan, dan lain sebagainya (Utina, 2009).
Pada beberapa daerah perkotaan di Indonesia, kendaraan bermotor menghasilkan 85% polutan dari seluruh pencemar udara. Beberapa daerah yang tinggi akan lalu lintas mengindikasikan bahwa tingkat pencemaran sudah melampaui ambang batas yang ditetapkan dalam PP nomor 41 tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara. Kementarian Lingkungan Hidup (Martuti, 2013) menyebutkan bahwa polusi udara dari kendaraan bermotor bensin menyumbang 70% karbon monoksida (CO), 100% plumbum (Pb), 60 % hidrokarbon (HC), dan 60% oksida nitrogen.
Peningkatan kepadatan lalu lintas akibat volume kendaraan yang semakin bertambah menyebabkan udara tercemar. Hal ini dapat menimbulkan berbagai permasalahan diantaranya pemanasan global akibat efek rumah kaca, cuaca yang tidak menentu dan ekstrim, berkurangnya suplai oksigen, dan mempercepat kerusakan lapisan bumi, dan mengurangi angka harapan hidup.
Selain itu, menyebabkan gangguan kesehatan pada organ tubuh seperti paru-paru, pembuluh darah, dan menyebabkan iritasi pada mata dan kulit (Soedomo, 2001). Banyaknya kendaraan bermotor juga menimbulkan kebisingan akibat suara mesin atau klakson. Hal ini dapat mengganggu kenyamanan dan pendengaran. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menyediakan udara bersih dengan menanam tanaman hias yang berfungsi menyerap bahan pencemar akibat polusi udara kendaraan bermotor.
Oleh karena itu, diperlukan suatu cara yang lebih efektif dalam menurunkan polusi udara dan kebisingan dan bisa berjangka panjang dengan Aplikasi Smart Vertical Garden Dinding. Aplikasi tersebut adalah sistem pertamanan yang memanfaatkan potensi ketinggian dan lahan sempit semaksimal mungkin dalam bidang tegak lurus yang diaplikasikan pada dinding bangunan bertingkat dalam waktu yang relatif lama.
Menurut Widiastuti dkk (2014), menyatakan bahwa aplikasi taman secara vertikal mampu menurunkan suhu rumah tinggal sebesar 2°C sampai 3°C dan meningkatkan kelembaban udara 10% sampai 20% sehingga menciptakan udara yang bersih dan asri. Aplikasi Smart Vertical Garden Dinding dapat di aplikasikan di berbagai bangunan bertingkat seperti : Hotel, Super Market, Rumah sakit dan lain-lain dengan harapan dapat menekan suhu, kebisingan akibat kendaraan bermotor, polusi udara dan lain-lain.
Berdasarkan gambar diatas, bahwa Metode implementasi Aplikasi Smart Vertical Garden Dinding yaitu dapat diimplementasikan dengan menumbuhkan tanaman pada pagar, carport, dan bangunan bertingkat seperti dinding rumah, dinding bangunan kantor di perkotaan, dinding hotel, dan pusat perbelanjaan. Wong et al. (2010), telah melakukan penelitian tentang variasi vertical greenery system (vertical garden) pada dinding di Hort Park- Singapura dengan tinggi dinding 8 m, lebar 4 m, dan tebal 0,3 m dengan hasil menunjukkan bahwa vertical garden mampu mengurangi temperatur thermal (potential thermal) sebesar 11,58°C di permukaan dinding gedung.
Kelebihan (Smart Vertical Garden Dinding) tidak hanya pada lokasi saja, namun sebagai penyuplai oksigen di tengah-tengah kota sekaligus mampu menghambat radiasi matahari dan membuat udara sekitarnya terasa lebih sejuk. Selain itu, kelebihan Smart Vertical Garden Dinding yaitu mampu menghasilkan gas kaya akan oksigen sebagai upaya pemenuhan kebutuhan oksigen makhluk disekitarnya, memiliki kemampuan mengurangi radiasi sinar matahari dan mampu melembabkan suhu udara di sekitar tanaman sehingga dapat mengurangi suhu yang ekstrim dan udara akan terasa lebih sejuk, mampu menyaring dan menyerap udara yang tercemar akibat asap kendaraan maupun debu-debu jalan raya, mampu meredam kebisingan 68 dB, menambah molekul O2 (Yeh, 2012) sehingga dapat membuat suasana kondusif dan tidak terlalu ramai, dan dapat dilakukan dengan dinding seadanya tanpa harus menggunakan tanah dan tempat yang cukup luas sehingga dapat menimalisir kebutuhan lahan untuk pengaplikasian.
Tanaman yang digunakan pada Aplikasi Smart Vertical Garden Dinding yaitu taiwan beauty (Cuphea hyssophylla), kingkip (Serissa foetida), Sanseviera trifasciata yang dikombinasikan dengan lili paris (Chlorophytum comosum) dan bromelia (Bromelia sp.). Taiwan beauty (Cuphea hyssophylla) merupakan jenis tanaman herba yang mampu mereduksi polusi NOx sebesar 48,50%- 65,20% pada volume kerimbunan daun dengan volume ruang 0,25%. Tanaman tersebut mudah beradaptasi dan tahan terhadap serangan hama pengganggu tanaman (Petani Muda Bogor, 2010). Penerapan Aplikasi Smart Vertical Garden Dinding selain dapat bermanfaat dari segi lingkungan, juga bermanfaat dari segi ekonomi dan sosial.
Oleh karena itu, dengan adanya Aplikasi Smart Vertical Garden Dinding mampu menciptakan udara menjadi lebih bersih dan sehat, terutama di kota-kota besar indonesia dengan tingkat polusi udara yang tinggi, seperti Jakarta, Bekasi, Depok, dan kota lain. Harapan saya ke depan adalah semakin berkembangnya ‘’ Aplikasi Smart Vertical Garden Dinding Untuk Indonesia Menuju Go Green Air ’’.
DAFTAR PUSTAKA
- Martuti, K. 2013. Peranan tanaman terhadap pencemaran udara di jalan protokol kota Semarang. Biosantifika 5 (1): 42.
- Peraturan pemerintah republik indonesia nomor 41 tahun 1999. Pengendalian pencemaran udara di indonesia.
- Petani Muda Bogor. 2018. Penerapan tanaman hias pada lahan vertikal pekarangan. Penebar Swadaya.
- Soedomo, Moestikahadi. 2001. Pencemaran Udara. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
- Utina, R. 2009. Pemanasan Global: Dampak dan Upaya Meminimalisasinya. Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo.
- Widiastuti, R., E. Prianto dan W. S. Budi. 2014. Kenyamanan Termal Bangunan dengan Vertical Garden Berdasarkan Standar Kenyamanan Mom & Wieseborn. Riptek, 8 (1) : 1-12.
- Wong.N.H., Tan, A.Y.K., Chen,Y., Sekar, K., Tan, P.Y., Chan, D., Chiang, K. Dan Wong, C., 2010. Thermal evaluation of vertical greenery systems for building walls. Journal Building and Environment. 45(3): 663-672.
- Yeh, Y. P. 2012. Green Wall- The Creative Solution in Response to the Urban Heat island Effect. Bandung: Republika.