Inovasi Pendidikan Melalui Penggunaan Socio-Scientific Issues Pada Bahan Ajar Sains

Ditulis Oleh Diana Ayu Rostikawati Hasil penelitian menunjukkan bahwa literasi sains siswa Indonesia masih di bawah rata-rata dan secara umum […]

Ditulis Oleh Diana Ayu Rostikawati

Hasil penelitian menunjukkan bahwa literasi sains siswa Indonesia masih di bawah rata-rata dan secara umum berada pada tahapan terendah. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa pengukuran mutu hasil pembelajaran sains siswa yang dilakukan secara internasional (Toharudin, Hendrawati & Rustaman, 2011). Dengan melihat kenyataan tersebut, maka diperlukan inovasi dalam pendidikan guna membenahi dan meningkatkan kualitas pendidikan khususnya dalam bidang sains. Adapun pada tahun 2016 telah dilakukan suatu penelitian yang berkaitan dengan inovasi pendidikan yakni melalui penggunaan Sosio-Scientific Issues (SSI) pada bahan ajar sains. Sebelum lebih lanjut menjelaskan proses dan hasil penelitian yang telah dilakukan, terlebih dahulu kita pahami mengenai SSI.

Socio-Scientific Issues (SSI) adalah isu-isu kontroversial kontemporer yang timbul akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (Ozden, 2015). Pembelajaran dengan menggunakan SSI merupakan pembelajaran yang menampilkan isu-isu sosial kontroversial yang berkaitan dengan sains (Zeidler et al., 2005). SSI sangat potensial jika digunakan sebagai dasar pembelajaran sains di sekolah. Penggunaan SSI dapat dijadikan penghubung permasalahan nyata di masyarakat dan landasan oleh siswa dalam mengeksplorasi konten sains. Tahapan pembelajaran berbasis SSI yang dikembangkan melalui Socio Critical and Problem Oriented Lesson Plan oleh Eilks et al. (dalam Marks & Eilks, 2009; Marks et al., 2014)  terdiri dari, 1) pendekatan dan analisis masalah, 2) klarifikasi masalah melalui kegiatan praktikum, 3) melanjutkan isu permasalahan sosial, 4) diskusi dan evaluasi, dan 5) metarefleksi. Dengan SSI yang diterapkan dalam pembelajaran sains diharapkan dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna.

Dalam penelitian ini materi Zat Aditif Makanan merupakan materi ajar yang nantinya akan menggunakan SSI sebagai dasar dalam proses pembelajaran Materi ini dipilih karena penggunaan zat aditif yang tidak sewajarnya akhir-akhir ini telah menjadi sorotan masyarakat umum dan muncul sebagai Socio-Scientific Issues kontroversial yang ramai dibicarakan.

Adapun urutan bahan ajar yang disesuaikan dengan tahapan pembelajaran SSI pada penelitian yang telah dilakukan oleh Rostikawati, D.A. adalah sebagai berikut:

1. Pendekatan dan Analisis Masalah

Pada tahap ini di dalam bahan ajar disajikan isu-isu yang terkait dengan materi yang akan dipelajari yaitu materi zat aditif makanan dari media otentik yakni artikel pemberitaan online yang diperoleh dari suatu website terpercaya.

2. Klarifikasi Masalah Melalui Kegiatan Praktikum

Tahapan ini akan memotivasi siswa untuk melakukan pengamatan secara langsung melalui kegiatan praktikum yang berkaitan dengan isu penggunaan bahan/zat berbahaya pada makanan yang sebelumnya diberikan dalam bahan ajar. Berikut gambaran dari tahapan ini,

3. Melanjutkan Isu Permasalahan Sosial

Setelah siswa melakukan kegiatan praktikum, pada setiap sub bab dalam bahan ajar diberikan isu-isu sosial lainnya yang masih berkaitan dengan materi zat aditif makanan, kemudian setelah isu ditampilkan siswa diberikan pertanyaan yang dapat menstimulus siswa untuk berani mengungkapkan setiap permasalahan yang ada pada setiap isu sosial yang diberikan.

4. Diskusi dan Evaluasi

Pada bagian diskusi dan evaluasi, disajikan suatu pertanyaan dan kegiatan dalam bahan ajar yang ditujukan untuk meningkatkan keberanian siswa dalam mengungkapkan pendapatnya serta melatih siswa untuk membuat keputusan terkait solusi alternatif yang akan dilakukan untuk mengatasi permasalahan dari  isu-isu sosial yang diberikan pada sub bab sebelumnya. Berikut gambaran dari tahapan ini,

5. Metarefleksi

Pada bagian ini disajikan kolom refleksi diri yang bertujuan untuk meminta siswa berpikir ke belakang (merefleksikan) dan menyimpulkan seluruh proses pembelajaran zat aditif makanan yang telah diterima. Berikut gambaran dari tahapan ini,

Selain kelima tahapan di atas, bahan ajar juga dilengkapi dengan daftar bacaan tambahan yaitu bagian-bagian yang terkait seperti pengetahuan tambahan atau informasi yang akan menunjang wawasan siswa terhadap materi zat aditif makanan. Selain hal tersebut, adanya daftar bacaan tambahan dalam bahan ajar ditujukan untuk menarik minat siswa agar termotivasi untuk mempelajari materi zat aditif makanan. Daftar bacaan tambahan yang dimaksud diantaranya, Kolom “Tahukah Kamu?”, “Info Sains”, “Untuk Diingat !!!” , “Internet Explore” dan  “Mari Kita Renungkan”.

Bahan ajar yang telah dihasilkan, kemudian di validasi atau di beri penilaian oleh para ahli berdasarkan beberapa kriteria diantaranya kelayakan isi, kelayakan penyajian, kebahasaan, dan  kegrafikaan. Hasil penilaian menunjukkan bahan ajar memiliki kriteria sangat sesuai, sehingga dapat dikatakan layak dan memenuhi syarat untuk digunakan sebagai bahan ajar dalam proses pembelajaran sains di sekolah menengah pertama.

Pada tahapan terakhir, bahan ajar yang telah dinyatakan layak digunakan dalam pembelajaran kemudian diujicobakan pada siswa. Hasil uji coba dalam pembelajaran menunjukkan penggunaan bahan ajar dengan konteks SSI pada materi zat aditif makanan dapat meningkatkan literasi sains siswa. Selain hal tersebut, siswa juga memberikan tanggapan yang positif terkait bahan ajar yang dikembangkan. Umumnya siswa sudah memahami isi bahan ajar dan menyatakan bahan ajar dengan konteks SSI pada materi zat aditif makanan sudah memenuhi harapan belajar siswa.

Hasil inovasi pendidikan melalui penggunaan Socio-Scientific Issues pada bahan ajar zat aditif makanan menunjukkan hal yang positif, ini artinya penelitian serupa perlu dikembangkan pada materi-materi sains lainnya, hal tersebut dikarenakan masih banyak materi sains yang berkaitan erat dan muncul sebagai isu sosial dalam masyarakat serta kehidupan sehari-hari.

REFERENSI

  • Marks, R. & Eilks, I. (2009). Promoting scientific literacy using a sociocritical and problem-oriented approach to chemistry teaching concept, examples, experiences. International Journal of Environmental & Science Education, 4(3), 231-245. Retrieved from www.acarindex.com/…/acarindex-1423903855
  • Marks, R., Stuckey, M., Belova, N. & Eilks, I. (2014). The societal dimension in german science education-from tradition toward selected cases and recent developments. Eurasia Journal of Mathematics, Science, & Technology Education, 10(4), 285-296. Retrieved from http://www.ejmste.com/
  • Ozden, M. (2015). Prospective elementary school teachers’ views about socioscientific issues: A concurrent parallel design study. International Electronic Journal of Elementary Education, 7(3), 333-354. Retrieved from files.eric.ed.gov/fulltext/EJ1068052.pdf
  • Rostikawati, D.A (2016). Rekonstruksi bahan ajar dengan konteks Socio-Scientific Issues pada materi zat aditif makanan untuk meningkatkan literasi sains siswa. Tesis, tidak dipublikasikan. Universitas Pendidikan Indonesia.
  • Toharudin, U., Hendrawati, S. & Rustaman, A. (2011). Membangun literasi sains peserta didik. Cetakan pertama. Bandung: Humaniora.
  • Zeidler, D.L., Sadler, T.D., Simmons, M.L. & Howes, E.V. (2005). Beyond STS: A research-based framework for socioscientific issues education. Science Education, 89(1), 357-377. Retrieved from faculty.education.ufl.edu/tsadler/BeyondSTS.pdf

1 thought on “Inovasi Pendidikan Melalui Penggunaan Socio-Scientific Issues Pada Bahan Ajar Sains”

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top