Perang yang memanas di tanah Palestina ternyata tidak hanya menimbulkan korban jiwa, namun juga korban lingkungan. Ya, tanpa menjadi sorotan, terjadinya perang secara otomatis akan menimbulkan kerusakan lingkungan. Berbagai strategi perang yang menggunakan senjata tentu akan menimbulkan kerusakan; baik senjata secara fisik, kimia, maupun biologi. Selanjutnya, apa saja dampak perang bagi lingkungan di Palestina?
Mengutip website Human Rights Watch1, tentara Israel terbukti telah menggunakan Fosfor Putih sebagai senjata mutakhir andalannya dalam perang. Senjata ini jelas sudah menghancurkan lingkungan di Palestina. Fosfor putih merupakan senjata fisika yang menjadikan zat kimia sebagai bahan utamanya (zat fosfor). Senjata ini termasuk dalam senjata fisika karena cara kerjanya dalam “menyerang” menghasilkan efek panas dan api; bukan mengandalkan efek toksisitas kimianya. Zat ini mudah terbakar jika bereaksi dengan oksigen, sehingga reaksi kimia dari fosfor putih akan menghasilkan panas sebesar 815oC. Efek panas yang mengejutkan, bukan?
Si Putih Penyebab Kehancuran
Gambar 1. Infografis tentang Fosfor Putih
Sumber: https://tirto.id/bom-fosfor-si-putih-yang-mematikan-cp6F
Fosfor putih berperan dalam menghasilkan cahaya dan asap tebal yang kemudian bermanfaat sebagai tabir asap sehingga pergerakan pasukan tentara tidak terlihat. Bahkan, senjata ini dapat mengaburkan optik inframerah dan sistem pelacakan senjata, sehingga dapat menjadi tameng pasukan dari senjata berpemandu, seperti rudal anti-tank. Sayangnya, dengan efek panas yang dihasilkan, fosfor putih dapat menimbulkan luka bakar parah bagi siapapun yang terkena. Kebakaran akibat senjata ini juga dapat menghancurkan bangunan dan properti sipil, merusak tanaman, dan merusak ekosistem lingkungan.
Senjata yang Menyebabkan “Cacat”
Masih mengutip dari website yang sama, selain menimbulkan luka bakar pada fisik luar, dampak hebat dari senjata fisika ini bisa sampai ke tulang, sehingga kemungkinan menyebabkan infeksi. Meskipun hanya 10% dari bagian tubuhnya terpapar zat ini, seseorang dapat mengalami gangguan kesehatan fatal. Bahkan paparannya dapat mengakibatkan kerusakan sistem pernapasan dan kegagalan organ. Mengenaskannya lagi, dampak paparan fosforus putih ini bersifat jangka panjang sekalipun sudah mengalami pengobatan. Senjata ini menyebabkan pengencangan otot dan jaringan lain yang dapat menghambat mobilitas. Tak berhenti sampai situ, orang yang terkena senjata ini kemungkinan besar mengalami trauma karena mengalami rasa sakit yang luar biasa. Oleh karena itu, dampak merugikan yang luar biasa dari senjata fosfor putih menyebabkan adanya larangan dari CWC (Chemical Weapons Convention) untuk menggunakan zat ini sebagai senjata perang2.
Tidak Berhenti Pada Cacat Manusia, Perang Merugikan Lingkungan
Akibat serangan pada Mei 2021 di Gaza, Palestina, terdata dalam laporan CEOBS bahwa terjadi kerusakan pada 290 instalasi pengelolaan perairan, di mana 109 saluran berkaitan dengan pengelolaan air limbah3. Hal ini berisiko menyebabkan pencemaran lingkungan fatal berkepanjangan, yakni kontaminasi sumber air bersih dan timbulnya penyebaran penyakit dari banyaknya kerusakan instalasi pengelolaan air limbah (IPAL) tersebut. PBB mengestimasikan kerusakan ini berdampak pada lebih dari kehidupan 1 juta masyarakat. Selain itu, konflik jangka panjang yang menyebabkan banyaknya kerusakan IPAL diprediksi akan meningkatkan risiko penyakit menular yang tidak dapat teratasi oleh antibiotik pada umumnya.
Gambar 2. Kerusakan saluran air di Gaza
Sumber: https://ceobs.org/reverberating-civilian-and-environmental-harm-from-explosive-weapons-use-in-gaza/
Mengutip tulisan pada website Greeneration Foundation berjudul Dampak Perang Palestina Israel4, selain pencemaran sumber air, masih banyak dampak perang yang merugikan lingkungan. Kebakaran di mana-mana pada saat perang tentu menghasilkan emisi karbon yang luar biasa. Emisi tersebut tentu menghasilkan gas rumah kaca sehingga memperburuk krisis iklim. Akhirnya, kondisi bumi akan terus mengalami “pemanasan” jika perang terus berlangsung. Tak berhenti di situ, eksploitasi sumber daya alam untuk keperluan perang kemudian menyebabkan alih fungsi lahan yang mengakibatkan ketidakstabilan ekosistem: hilangnya sumber pangan, rusaknya kualitas tanah, dan terganggunya keanekaragaman hayati flora dan fauna. Belum lagi, perang pasti akan menimbulkan masalah sampah besar-besaran yang dapat menjadi sumber penyakit dan kontaminasi bagi lingkungan.
Hentikan Perang, Wujudkan Kestabilan Ekosistem Dunia
Di mana pun dan kapan pun, perang akan terus menimbulkan kerusakan yang mengganggu kestabilan ekosistem dunia. Melalui gerakannya, Majelis Umum PBB telah mendeklarasikan 6 November sebagai Hari Internasional Mencegah Eksploitasi Lingkungan Hidup dalam Perang dan Konflik Bersenjata5. Sehingga pada dasarnya, dunia memberikan tekanan agar setiap negara dapat menjaga kedamaian, karena konflik dan eksploitasi sumber daya alam merupakan dua hal yang saling berkaitan dan dapat merusak keseimbangan kehidupan. Fenomena perang juga akan merusak terwujudnya SDG yang diusung dunia untuk dapat terwujud di tahun 2030. Berpedoman pada dasar negara Pancasila, Indonesia juga menjunjung tinggi nilai kemanusiaan yang adil dan beradab. Sehingga jelas bahwa Indonesia menolak segala bentuk peperangan yang merusak nilai ini.
REFERENSI
- Human Rights Watch. 2023. Tanya Jawab soal Penggunaan Fosfor Putih oleh Israel di Gaza dan Lebanon. Diakses dari https://www.hrw.org/id/news/2023/10/19/questions-and-answers-israels-use-white-phosphorus-gaza-and-lebanon
- Warstek Media. 2023. Mengapa Penggunaan Bom Fosfor Dilarang dalam Peperangan: Kemanusiaan dan Lingkungan Hidup. Diakses dari https://warstek.com/bom-fosfor/
- Conflict and Environment Observatory. 2022. Reverberating civilian and environmental harm from explosive weapons use in Gaza. Diakses dari https://ceobs.org/reverberating-civilian-and-environmental-harm-from-explosive-weapons-use-in-gaza/
- Greeneration Foundation. 2023. Dampak Perang Palestina Israel. Diakses dari https://greeneration.org/publication/green-info/dampak-perang-palestina-israel/
- Unites Nations. 2023. Hari Internasional untuk Mencegah Eksploitasi Lingkungan dalam Perang dan Konflik Bersenjata – 6 November. Diakses dari https://indonesia.un.org/id/251483-hari-internasional-untuk-mencegah-eksploitasi-lingkungan-dalam-perang-dan-konflik-bersenjata
Alumni departemen kesehatan lingkungan Universitas Indonesia. Tertarik pada dunia menulis artikel ilmiah poluler dan diskusi isu mengenai lingkungan dan kesehatan.
Ya Allah, ya Tuhan, semoga perang segera usai dan umat manusia dalam kondisi damai selalu.