Sampai saat ini sudah banyak penelitian yang dilakukan untuk melihat dampak negatif sinar tampak atau visible light terhadap kulit. Dari beberapa jurnal penelitian, sinar tampak atau visible light ternyata memberikan beberapa dampak negatif terhadap kulit, antara lain pigmentasi, eritema, penuaan kulit, melasma, solar urtikaria, erythropoietic protoporphyria (EPP), mengganggu regenerasi kulit pada malam hari, bahkan kerusakan DNA (artikel selengkapnya dapat dibaca di sini). Hal yang perlu diketahui terkait beberapa studi tersebut adalah bahwa dampak negatif yang disebabkan oleh sinar tampak bergantung pada intensitas dan dosis paparannya.
Pada awalnya, dengan adanya banyak penelitian yang menunjukkan bahwa sinar tampak memiliki dampak negatif bagi kesehatan mata (artikel selengkapnya dapat dibaca di sini), kini beberapa merek dagang gadget dilengkapi dengan fitur blue light filter untuk menyaring blue light atau sinar biru sehingga dapat mengurangi paparannya terhadap mata. Kemudian dengan adanya perkembangan studi terkait dampak negatif blue light terhadap kulit, filter ini juga bisa juga digunakan untuk mengurangi paparan blue light dari gadget terhadap kulit dan meminimalisasi dampak negatifnya.
Lantas, bagaimana dengan dengan paparan sinar tampak yang bersumber dari matahari? Seperti yang sudah ditulis pada artikel sebelumnya, persentase sinar tampak, yaitu sekitar 50% dari total penyusun sinar matahari dan lapisan ozon hanya dapat memfilter gelombang UVC.1 Menurut beberapa penelitian, sinar tampak yang ada pada sinar matahari juga berkontribusi dalam pembentukan radikal bebas pada kulit sebesar 33%.2 Selain itu, UV protection organik dan tabir surya spektrum luas yang mengandung SPF tidak dapat melindungi kulit dari sinar tampak.3 Oleh karena itu, selain membutuhkan UV protection, manusia juga membutuhkan visible light protection untuk melindungi kulit dari paparan sinar tampak.
Apa Saja Bahan yang dapat Memproteksi Sinar Tampak pada Kulit?
Saat ini, visible light protection belum terlalu marak di pasaran seperti UV protection. Untuk mendapatkan produk yang mengandung visible light protection tidaklah semudah mendapatkan UV protection, karena hanya beberapa merek dagang saja yang sudah mengembangkan tabir surya yang juga bisa memproteksi kulit dari sinar tampak. Namun, sampai saat ini sudah banyak penelitian terkait visible light protection. Berikut adalah beberapa bahan yang dapat melindungi kulit dari paparan sinar tampak.
1. Oksida Besi
Oksida besi ini bukan termasuk filter UV anorganik, namun memiliki efek perlindungan yang sangat baik terhadap sinar tampak dan UVA. Oksida besi tampaknya efektif dalam menyerap sinar tampak. Oleh karenanya, oksida besi sangat dianjurkan digunakan sebagai langkah preventif untuk mencegah dan mengobati hiperpigmentasi. Kabar baiknya adalah oksida besi yang ditambahkan ke dalam tabir surya akan menghasilkan warna yang bagus sebagai kosmetik.3-5 Penelitian terkait oksida besi beberapa diantaranya dilakukan oleh Bissonnete et al. dan Boukari et al.
Bissonnete et al. melakukan penelitian dengan tujuan untuk menentukan sensitivitas tabir surya yang mengandung bahan anorganik terhadap blue light dan diinduksi menggunakan asam levulinat. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tidak semua bahan anorganik memiliki perlindungan yang sama terhadap blue light dan bahan yang paling baik dalam melindungi kulit dari sinar tampak adalah oksida besi. Selain itu, dari penelitian ini juga didapatkan informasi bahwa SPF tidak dapat digunakan sebagai visible light protection.3,6
Sedangkan, Boukari et al. melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengevaluasi sifat proteksi dari tabir surya yang melindungi kulit dari UVA/UVB dan sinar tampak terhadap melasma, kemudian dibandingkan dengan tabir surya yang hanya melindungi kulit dari gelombang UVA/UVB saja. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tabir surya yang mengandung oksida besi dapat mengurangi melasma pada kulit.7
2. Titanium Dioksida dan Seng Oksida
Kemampuan proteksi titanium dioksida dan seng oksida sebagai tabir surya dipengaruhi oleh ukuran partikelnya. Apabila partikelnya berukuran sekitar 10-50 nm, maka tabir surya dapat memberikan perlindungan sebagian besar terhadap UVB, sedangkan apabila partikelnya berukuran lebih besar, yaitu sekitar 100 nm, maka tabir surya dapat memberikan perlindungan terhadap UVA dan UVB.3–5
Titanium dioksida dan seng oksida dapat berguna sebagai visible protection apabila ukuran partikelnya lebih besar lagi, yaitu sekitar 200 nm atau lebih. Namun, ketika ukurannya sangat besar, hal tersebut akan membuat warnanya tampak putih saat diaplikasikan pada kulit, karena adanya hamburan foton sinar tampak oleh kedua logam oksida tersebut. Hal tersebut membuatnya kurang menarik secara kosmetik. Sehingga untuk menghasilkan warna yang baik pada kulit, sebagian besar tabir surya mengandung titanium dioksida dan seng oksida dengan ukuran partikel yang kecil, yaitu sekitar 10-50 nm, namun kemampuannya dalam memproteksi sinar tampak menjadi berkurang atau bahkan tidak ada. Hal tersebut disebabkan oleh sedikitnya jumlah hamburan foton sinar tampak.3–5
3. Ekstrak Polypodium leucotomos (PLE) dan Fenilen Bifenfenritriazin (TriAsorB)
Ekstrak Polypodium leucotomos (PLE) dikenal memiliki sifat antioksidan, photoprotective, chemoprotective, antiinflamasi, dan imunomodulator yang dapat memberikan perlindungan terhadap kulit dari dampak negatif sinar tampak. Oleh karenanya, Mohammad et al. melakukan penelitian untuk menentukan efektivitas PLE dalam memproteksi sinar tampak yang diuji kepada beberapa orang dengan tipe kulit Fitzpatrick IV-VI. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah PLE merupakan salah satu cara tradisional yang dapat digunakan untuk mengurangi dampak negatif sinar tampak terkait pigmentasi dan juga diketahui memiliki potensi untuk menurunkan stres oksidatif dan inflamasi.8
Bacqueville et al. juga melakukan penelitian terkait fenilen bifenfenritriazin (TriAsorB) sebagai bahan terbaru untuk memproteksi kulit dari sinar tampak. TriAsorB diketahui memiliki spektrum penyerapan yang luas pada rentang gelombang UVA dan UVB. Kemudian hasil penelitian Bacqueville et al. menunjukkan bahwa TriAsorB ternyata dapat memberikan proteksi terhadap sinar tampak dan infrared (IR), sehingga TriAsorB dapat dikatakan sebagai filter sinar matahari yang lengkap.9
4. Antioksidan
Seperti yang telah ditulis di artikel sebelumnya, bahwa sinar tampak dapat memicu terjadinya stres oksidatif yang dapat merusak komponen pada sel dan memicu sel untuk merusak dirinya sendiri. Salah satu efeknya yang terlihat adalah penuaan dini pada kulit.10,11 Hal ini disebabkan karena adanya ROS (Reactive Oxygen Species) yang merupakan senyawa pengoksidasi turunan oksigen dan bersifat sangat reaktif karena terdiri atas kelompok radikal bebas. Antioksidan berperan sebagai penetralisir sifat reaktif dari senyawa radikal bebas dengan cara mendonorkan elektron kepada senyawa radikal sehingga dapat mencegah penarikan elektron dari senyawa non-radikal lainnya, sehingga reaksi berantainya dapat terhenti.11
Liebel et al. dalam penelitiannya menunjukkan bahwa penggunaan tabir surya UVA/UVB yang ditambah antioksidan dapat mengurangi pembentukan dan pelepasan ROS, MMP (Matriks Metalloproteinase), dan sitokin proinflamasi.12 Sehingga, menurutnya antioksidan mungkin memberikan perlindungan terhadap sinar tampak.10
Zubair et al. dalam penelitiannya juga menguji pengaruh antioksidan dengan persentase sebanyak 2% pada beberapa orang dengan tipe kulit Fitzpatrick IV-VI yang kemudian dipapar oleh sinar tampak dan UVA1 (<2%). Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah bagian yang diberi antioksidan menunjukkan pigmentasi yang lebih sedikit setelah dipapar sinar tersebut dibandingkan dengan bagian yang tidak diproteksi oleh antioksidan.3
Ekstrak Feverfew (Tanacetum parthenium), Ekstrak Kedelai (Glycine soja), dan Gamma Tocopherol
Kombinasi antioksidan yang terdiri dari ekstrak feverfew (Tanacetum parthenium), ekstrak kedelai (Glycine soja), dan gamma tocopherol yang ditambahkan ke dalam tabir surya UVA/UVB menghasilkan efek yang baik sebagai filter sinar tampak bagi kulit. Kombinasi ini menghasilkan pengurangan efek negatif sinar tampak yang signifikan terhadap kulit, salah satunya adalah mengurangi terbentuknya ROS, sitokin proinflamasi, dan MMP. Bahkan, penelitian terkait efek positif kombinasi antioksidan tersebut tanpa penambahan tabir surya menunjukkan penurunan terbentuknya radikal bebas sebesar 54% di kulit manusia.9
Apigenin (API) dan Beta-Karoten (BTC)
Selain itu, apigenin (API), chrysin (CRI) dan beta-karoten (BTC) diketahui memiliki potensi sebagai fotoproteksi karena dapat menetralkan reaksi berantai radikal bebas dan meminimalisasi stres oksidatif yang diakibatkan oleh gelombang UV. Kemudian penelitian selanjutnya adalah fotoaktivasi DMMB (dimetilmetilen biru) oleh sinar tampak yang menghasilkan oksigen singlet dan menyebabkan oksidasi membran lipid.13
Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa API dan BTC memiliki potensi untuk menurunkan terbentuknya oksigen singlet yang sangat reaktif dan memberikan perlindungan yang baik terhadap sinar tampak. Namun, BTC memiliki kemampuan yang lebih rendah dibanding API dalam memproteksi terhadap sinar tampak. Sedangkan, CRI pada konsentrasi 6,8 μg.mL memberikan efek yang sama dengan API dengan konsentrasi 6,8 μg.mL, namun pada konsentrasi yang lebih tinggi dari 6,8 μg.mL, CRI justru menyebabkan penurunan kelangsungan hidup sel yang disebabkan oleh efek prooksidan. Hal ini menunjukkan bahwa CRI memiliki efek fototoksik. Sedangkan API dan BTC aman digunakan. API bersifat fotostabil, non-fotoreaktif, dan non-fototoksik dan BTC terkenal dengan sifat perlindungannya.13
Tujuan penambahan antioksidan ke dalam tabir surya adalah untuk memperluas proteksinya agar mencapai rentang panjang gelombang UVA dan sinar tampak. Penelitian ini juga berkontribusi penting bagi pengembangan sektor perawatan kulit untuk melindungi kulit dari pengaruh buruk sinar matahari.13
Kesimpulan
Saat ini tabir surya yang diproduksi untuk memproteksi kulit dari sinar tampak belum semarak tabir surya yang diproduksi untuk melindungi kulit dari sinar UV, namun saat ini sudah banyak penelitian terkait bahan-bahan yang memiliki potensi untuk memproteksi kulit dari sinar tampak. Beberapa di antaranya adalah oksida besi, titanium dioksida, seng oksida, ekstrak Polypodium leucotomos (PLE), fenilen bifenfenritriazin (TriAsorB), dan senyawa yang memiliki potensi sebagai antioksidan, seperti ekstrak feverfew (Tanacetum parthenium), ekstrak kedelai (Glycine soja), dan gamma tocopherol, apigenin (API), dan chrysin (CRI). Harapan ke depannya adalah tabir surya yang diproduksi tidak hanya dapat memproteksi kulit dari sinar UV, tapi juga bisa memproteksi kulit dari sinar tampak, karena sinar tampak pun berperan dalam memberi dampak negatif terhadap kulit.
Referensi
- Krutmann, J., Bouloc, A., Sore, G., Bernard, B. A. & Passeron, T. The skin aging exposome. J. Dermatol. Sci. 85, 152–161 (2017).
- Wells, S. Do You Really Need A Sunscreen With Blue Light Protection? Gizmodo (2019).
- Cohen, L. et al. Cutaneous Interaction with Visible Light: What Do We Know. J. Am. Acad. Dermatol. (2020) doi:10.1016/j.jaad.2020.03.115.
- Kullavanijaya, P. & Lim, H. W. Photoprotection. J. Am. Acad. Dermatol. 52, 937–958 (2005).
- Pinnell, S. R., Fairhurst, D., Gillies, R., Mitchnick, M. A. & Kollias, N. Microfine zinc oxide is a superior sunscreen ingredient to microfine titanium dioxide. Dermatologic Surg. 26, 309–314 (2000).
- Bissonnette, R., Nigen, S., Bolduc, C., Méry, S. & Nocera, T. Protection afforded by sunscreens containing inorganic sunscreening agents against blue light sensitivity induced by aminolevulinic acid. Dermatologic Surg. 34, 1469–1476 (2008).
- Boukari, F. et al. Prevention of melasma relapses with sunscreen combining protection against UV and short wavelengths of visible light: A prospective randomized comparative trial. J. Am. Acad. Dermatol. 72, 189-190.e1 (2015).
- Mohammad, T. F. et al. Oral Polypodium Leucotomos Extract and Its Impact on Visible Light-Induced Pigmentation in Human Subjects. J. Drugs Dermatol. 18, 1198–1203 (2019).
- Narla, S., Kohli, I., Hamzavi, I. H. & Lim, H. W. Visible light in photodermatology. Photochem. Photobiol. Sci. 19, 99–104 (2020).
- Liebel, F., Kaur, S., Ruvolo, E., Kollias, N. & Southall, M. D. Irradiation of skin with visible light induces reactive oxygen species and matrix-degrading enzymes. J. Invest. Dermatol. 132, 1901–1907 (2012).
- Nanda, M. Apa itu Antioksidan dan Kenapa Penting Bagi Tubuh Kita? Hellosehat.com (2020).
- Terrani, I., Bircher, A. J. & Scherer Hofmeier, K. Solar urticaria induced by visible light: successful treatment with omalizumab. Clin. Exp. Dermatol. 41, 890–892 (2016).
- Freitas, J. V., Junqueira, H. C., Martins, W. K., Baptista, M. S. & Gaspar, L. R. Antioxidant role on the protection of melanocytes against visible light-induced photodamage. Free Radic. Biol. Med. 131, 399–407 (2019).
- https://www.freeimages.com/search/blue-light diakses pada tanggal 30 Juni 2020.
- https://www.freepik.com/premium-photo/sunblock-beach-sun-protection-selective-focus_5314006.htm diakses pada tanggal 30 Juni 2020.
- https://www.freepik.com/premium-photo/titanium-dioxide-powder-cosmetic_4961002.htm#page=1&query=titanium%20dioxide&position=2 diakses pada tanggal 30 Juni 2020.
- https://id.pinterest.com/pin/448037862906009462/ diakses pada tanggal 30 Juni 2020.
- https://www.freepik.com/free-photos-vectors/feverfew diakses pada tanggal 30 Juni 2020.
Suka menulis dan tertarik dengan ilmu kimia (terlebih kimia organik) dan astronomi. Apabila ada kesalahan atau kekurangan dalam tulisan yang saya buat, mohon untuk dikoreksi atau berikan saya masukan, karena saya juga masih dalam proses belajar. Dan apabila ingin menghubungi lebih lanjut, silakan mengirimkan email ke adzkiafasha22@gmail.com