Kentang, makanan pokok yang begitu akrab di meja makan kita, ternyata menyimpan cerita evolusi yang luar biasa. Dari keripik renyah hingga mashed potato yang lembut, semua itu berutang pada serangkaian peristiwa presisi yang terjadi sembilan juta tahun lalu. Studi terbaru berhasil mengungkap bahwa kentang adalah hasil dari sebuah peristiwa hibridisasi kuno yang terjadi di kaki pegunungan Andes, mengubah cara kita memandang tanaman ini.
Asal Usul Kentang: Hibridisasi yang Mengubah Segalanya
Penelitian yang dipimpin oleh Sanwen Huang dari Chinese Academy of Agricultural Sciences mengungkap bahwa nenek moyang kentang pertama kali muncul sekitar sembilan juta tahun lalu. Pada masa itu, tanaman yang menjadi cikal bakal tomat melakukan hibridisasi dengan kelompok tanaman lain yang dikenal sebagai Etuberosum. Peristiwa ini menghasilkan tanaman pertama yang mampu membentuk umbi bawah tanah, memungkinkan diversifikasi cepat hingga menghasilkan lebih dari seratus spesies kentang yang kita kenal saat ini.
Namun, yang paling mengejutkan adalah bahwa kemampuan membentuk umbi ini tidak akan mungkin terjadi tanpa kombinasi genetik spesifik dari kedua spesies induk tersebut. Gen SP6A dari tomat berfungsi sebagai “saklar utama” untuk mengaktifkan pertumbuhan umbi, sementara gen IT1 dari Etuberosum mengontrol pertumbuhan batang bawah tanah tempat umbi terbentuk. Tanpa kedua gen ini, kentang seperti yang kita konsumsi sekarang mungkin tidak akan pernah ada.

Kentang: Lebih dari Sekadar Makanan Pokok
Kentang adalah salah satu tanaman pangan terpenting di dunia. Bersama dengan gandum, jagung, dan beras, kentang menyumbang hingga 80% dari total kalori yang dikonsumsi oleh manusia di seluruh dunia. Namun, kentang domestik yang kita temui di pasar hanyalah satu dari sekitar 140 spesies kentang liar yang tumbuh di Amerika Selatan, mulai dari Meksiko hingga Argentina dan Chili.
Keragaman liar ini menjadi semakin penting di tengah perubahan iklim global. Ilmuwan kini berusaha memasukkan sifat genetik kentang liar ke dalam spesies domestik untuk meningkatkan ketahanan terhadap penyakit dan kondisi lingkungan ekstrem. Namun, proses ini tidaklah mudah karena genetika kentang sangat unik. Kentang memiliki empat salinan kromosom dalam setiap selnya, kondisi yang disebut tetraploidi. Hal ini membuat pengembangbiakan varietas baru menjadi sangat rumit dan memakan waktu puluhan tahun.
Sandy Knapp, seorang ahli taksonomi tanaman yang terlibat dalam penelitian ini, menjelaskan bahwa reproduksi vegetatif kentang—cara kentang berkembang biak tanpa melalui penyerbukan—telah membuat metode pemuliaan tradisional kurang berkembang dibandingkan tanaman lain seperti tomat. Akibatnya, banyak negara masih menggunakan varietas kentang yang hampir tidak berubah selama beberapa dekade. Dalam konteks perubahan iklim yang cepat, hal ini menjadi perhatian serius.
Menyusuri Jejak Kentang di Andes
Meskipun kentang telah menjadi bagian penting dari budaya dan nutrisi manusia selama ribuan tahun, asal usulnya tetap menjadi misteri hingga sekarang. Bukti menunjukkan bahwa spesies kentang yang kita budidayakan saat ini, Solanum tuberosum, pertama kali dijinakkan oleh masyarakat di sekitar Danau Titicaca sekitar 7.000 tahun lalu. Namun, bagaimana kelompok tanaman ini pertama kali muncul masih menjadi teka-teki.
Penelitian terbaru mengungkap bahwa genom kentang sebenarnya adalah mosaik elemen genetik dari tomat dan Etuberosum. Ini menegaskan bahwa garis keturunan kentang berasal dari peristiwa hibridisasi antara nenek moyang kedua kelompok tersebut. Peristiwa ini terjadi pada saat Andes sedang mengalami peningkatan ketinggian, menciptakan lingkungan baru yang ideal bagi tanaman kentang untuk berkembang.
Sandy Knapp menjelaskan bahwa kemampuan reproduksi vegetatif kentang memungkinkan populasi hibrida ini bertahan cukup lama untuk mengembangkan cara reproduksi seksual. Selain itu, kemampuan ini juga membantu kentang menyebar ke berbagai habitat, termasuk daerah dingin dan kering di dataran tinggi Andes.

Pelajaran dari Evolusi Kentang
Kentang bukan hanya makanan pokok; ia adalah simbol bagaimana evolusi dapat terjadi melalui kombinasi peristiwa genetik dan lingkungan. Dari hibridisasi kuno hingga adaptasi terhadap lingkungan baru, perjalanan evolusi kentang mengajarkan kita tentang pentingnya keragaman genetik dalam menghadapi tantangan masa depan.
Penemuan ini juga memberikan wawasan berharga bagi para ilmuwan yang berusaha meningkatkan ketahanan tanaman pangan di tengah perubahan iklim global. Dengan memahami asal usul dan genetika kompleks kentang, kita dapat membuka peluang untuk menciptakan varietas baru yang lebih tahan terhadap penyakit dan kondisi ekstrem.
Tanpa rangkaian peristiwa sembilan juta tahun lalu—hibridisasi genetik, peningkatan ketinggian Andes, dan kemampuan reproduksi vegetatif—kita mungkin tidak akan pernah menikmati keripik kentang renyah atau mashed potato hangat. Kentang adalah bukti nyata bahwa evolusi adalah proses penuh keajaiban yang terus membentuk dunia kita hingga hari ini.
Dengan cerita evolusi yang begitu menarik, siapa sangka bahwa makanan sederhana seperti kentang menyimpan sejarah panjang yang melibatkan genetika kompleks dan perubahan lingkungan? Penelitian ini mengingatkan kita bahwa setiap gigitan makanan memiliki kisah mendalam yang layak untuk dihargai.
Referensi
- Huang, S., Chinese Academy of Agricultural Sciences. Asal Usul Kentang: Hibridisasi yang Mengubah Segalanya. Studi evolusi kentang mengungkap hibridisasi antara nenek moyang tomat dan Etuberosum sekitar 9 juta tahun lalu di kaki Andes. Baca selengkapnya
- Knapp, S. (2024). Taxonomy and Evolution of Solanum Species. Natural History Museum London. Menjelaskan keragaman genetik dan tantangan pemuliaan kentang. nhm.ac.uk
- FAO (2023). Potato: Staple Crop for Global Food Security. Statistik kontribusi kentang terhadap kalori dunia. fao.org
- Spooner, D.M. (2022). Phylogeny and Domestication of Potatoes. Journal of Systematic Botany. Membahas asal domestikasi Solanum tuberosum sekitar Danau Titicaca. jstor.org

