Orang-orang yang selamat dari bencana nuklir Chernobyl telah lama hidup dengan rasa takut dan dihantui berbagai pertanyaan mengerikan: “Apakah paparan radiasi dapat menyebabkan sel sperma dan sel ovum mengalami mutasi?” “Apakah nanti anak dan cucu akan terkena penyakit genetik akibat orang tuanya terkena paparan radiasi?“.
Banyak orang berpikir jika seseorang telah terkena paparan radiasi nuklir, maka “pasti” memiliki efek pada generasi berikutnya (anak dan cucunya). Tetapi temuan baru dari penelitian yang dipimpin oleh ahli imunologi bernama Dimitry Bazyka, direktur jenderal Pusat Penelitian Nasional untuk Pengobatan Radiasi di Kyiv, Ukraina harus menghilangkan ketakutan tersebut. Berdasarkan penelitian terhadap lebih dari 200 korban Chernobyl dan anak-anak mereka, tim peneliti tidak menemukan bukti efek transgenerasi (pewarisan sifat kepada anak) akibat paparan radiasi nuklir. Penelitian ini dipublikasikan di jurnal Science pada 22 April 2021 dengan judul “Lack of transgenerational effects of ionizing radiation exposure from the Chernobyl accident”.
Penelitian ini menjawab ketidakpastian utama seputar dampak kesehatan dari kecelakaan nuklir terburuk di dunia (bencana nuklir Chernobyl) yang peringatan 35 tahunnya berlangsung pada hari Senin 26 April 2021. Penelitian ini juga memberikan kabar yang membahagiakan kepada para pengungsi dari daerah yang terkontaminasi kecelakaan nuklir Fukushima Jepang tahun 2011.
Ledakan Reaktor Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Chernobyl No. 4 di Ukraina pada tanggal 26 April 1986 dan kebakaran yang terjadi telah melepaskan sejumlah kontaminan radioaktif ke sebagian besar wilayah Eropa. Dua pekerja pabrik tewas dalam ledakan itu dan 28 petugas pemadam kebakaran tewas karena keracunan radiasi akut.
Kekhawatiran tentang mutasi de novo (jenis mutasi yang terjadi pada sel kelamin yang dapat diturunkan pada anak atau yang terjadi pada saat pembuahan) telah membayangi. Orang tua normal dan sehat biasanya mewariskan 50 hingga 100 mutasi de novo ke anak-anak mereka. Satu-satunya faktor risiko yang terbukti lebih banyak menghasilkan mutasi de novo adalah usia ayah, bahwa semakin tua usianya maka semakin besar frekuensi terjadinya mutasi de novo dalam spermanya.
Meskipun mutasi de novo tidak selalu berbahaya, beberapa penelitian telah mengkaitkan mutasi tersebut dengan autisme dan gangguan tumbuh kembang lainnya. Penelitian pada hewan telah melaporkan bahwa tikus yang terkena radiasi memiliki frekuensi terjadinya mutasi de novo yang lebih besar daripada tikus yang tidak terpapar. Tetapi penelitian sebelumnya belum memberikan jawaban yang jelas tentang apakah radiasi menyebabkan kerusakan permanen pada DNA sel kelamin manusia (sperma dan ovum) dan apakah mutasi tersebut dapat diturunkan.
Kembali membahas paper yang terbit di jurnal Science, sekitar 8 tahun yang lalu Dimitry Bazyka dan timnya “berburu” mutasi de novo pada orang tua yang terpapar radiasi dan anak-anak mereka. Tim tersebut melacak keluarga di mana kepala keluarga (ayah) terlibat dalam operasi pembersihan berbahaya dari reruntuhan reaktor Chernobyl atau salah satu atau kedua orang tua telah dievakuasi beberapa jam setelah kecelakaan dari permukiman terdekat seperti Pripyat. Pripyat adalah lokasi yang menjadi tempat tinggal mayoritas pekerja PLTN Chernobyl.
Bekerja sama dengan Broad Institute, tim Dimitry Bazyka mengurutkan genom 105 pasangan orang tua dan 130 anak yang lahir antara 1987 dan 2002 dengan metode Whole Genome Sequencing (WGS). WGS adalah teknik komprehensif yang digunakan dalam proses pengurutan sekuens DNA menjadi suatu gambaran genom utuh (whole genome sequence) dengan menggunakan teknologi Next Generation Sequencing (NGS). Dari hasil WGS, didapatkan jumlah mutasi de novo tidak lebih besar dari yang terjadi pada manusia sehat pada umumnya bahkan pada anak dari pekerja yang terpapar dosis radiasi tertinggi. Selanjutnya, tim peneliti berharap dapat melacak lebih banyak orang yang lahir setelah terjadinya bencana nuklir Chernobyl yakni pada 1987 dan 1988 serta semua anak-anaknya.
Tidak adanya efek transgenerasi dan mutasi de novo yang berlebih menawarkan secercah harapan kepada para korban bencana nuklir seperti yang terjadi di Chernobyl atau di Fukushima,. Setidaknya anak-anak korban bencana nuklir harus lebih sehat dibandingkan orang tua mereka.
Referensi:
- M. Yeager, et al. 2021. Lack of transgenerational effects of ionizing radiation exposure from the Chernobyl accident. Science DOI: 10.1126/science.abg2365.
- https://www.sciencemag.org/news/2021/04/no-excess-mutations-children-chernobyl-survivors-new-study-finds diakses 26 April 2021.