eFishery adalah perusahaan rintisan (startup) asal Indonesia yang berfokus pada inovasi di sektor akuakultur, khususnya budidaya ikan dan udang. Berdiri pada tahun 2013 oleh Gibran Huzaifah, eFishery telah berkembang menjadi salah satu pemain utama dalam industri teknologi perikanan di Asia.
- Sejarah dan Latar Belakang
- Produk dan Layanan
- Pencapaian, Dampak, dan Prinsip Keberlanjutan
- Tantangan, Strategi Pengembangan, dan Masa Depan eFishery
- Akuakultur: Pilar Keberlanjutan Lingkungan, Ekonomi, dan Sosial
- Keberlanjutan Lingkungan
- Keberlanjutan Ekonomi
- Keberlanjutan Sosial
- Sinergi dan Tantangan Antarpilar
- Referensi
Sejarah dan Latar Belakang
Gibran Huzaifah, lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB), memulai eFishery dengan tujuan mengatasi tantangan dalam budidaya ikan, terutama terkait efisiensi pemberian pakan. Berawal dari pengalaman pribadi dalam budidaya lele, Gibran menyadari bahwa biaya pakan merupakan komponen terbesar dalam operasional budidaya ikan yang bisa mencapai 50-80% dari total biaya. Hal ini mendorongnya untuk mengembangkan solusi teknologi yang dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas para pembudidaya.
Produk dan Layanan
Produk unggulan eFishery adalah eFeeder, alat pemberi pakan otomatis yang memanfaatkan teknologi Internet of Things (IoT). Rancangan dari eFeeder bertujuan untuk mendistribusikan pakan secara efisien, mengurangi pemborosan, dan meningkatkan pertumbuhan ikan serta udang. Pengendalian alat ini dapat melalui aplikasi ponsel pintar, memungkinkan pembudidaya mengatur jadwal dan jumlah pemberian pakan sesuai kebutuhan.
Selain eFeeder, eFishery menawarkan berbagai layanan lain, termasuk:
- eFisheryKu: Aplikasi yang menyediakan akses bagi pembudidaya untuk membeli pakan, mendapatkan informasi harga pasar, dan mengajukan pembiayaan.
- Kabayan (Kasih, Bayar Nanti): Program pembiayaan yang memungkinkan pembudidaya membeli pakan tanpa harus membayar di muka, dengan pembayaran dilakukan setelah panen.
- eFarm: Platform yang menyediakan informasi lengkap mengenai operasional tambak udang, membantu pembudidaya dalam memantau dan mengelola tambak secara efisien.
Pencapaian, Dampak, dan Prinsip Keberlanjutan
Sejak berdiri, eFishery telah mencapai berbagai pencapaian signifikan. Pada awal tahun 2022, perusahaan ini berhasil mengumpulkan pendanaan Seri C sebesar US$90 juta, yang dipimpin oleh Temasek, SoftBank Vision Fund 2, dan Sequoia Capital India. Pemanfaatan dari pendanaan ini untuk memperluas operasional dan ekspansi ke pasar internasional, termasuk Thailand, India, dan Cina.
Dari segi dampak, eFishery telah membantu ribuan pembudidaya di Indonesia meningkatkan produktivitas dan pendapatan mereka. Dengan memanfaatkan teknologi eFeeder, pembudidaya dapat menghemat biaya pakan hingga 25% dan meningkatkan efisiensi pemberian pakan sebesar 30%. Selain itu, program Kabayan telah menyalurkan lebih dari Rp70 miliar dalam bentuk pembiayaan kepada pembudidaya, memberikan akses permodalan yang sebelumnya sulit terjangkau.
eFishery berkomitmen untuk menciptakan ekosistem akuakultur yang berkelanjutan dan adil. Perusahaan ini fokus pada intensifikasi akuakultur yang berkelanjutan secara ekologis, memastikan bahwa penerapan praktik budidaya tidak hanya menguntungkan secara ekonomi tetapi juga ramah lingkungan.
Tantangan, Strategi Pengembangan, dan Masa Depan eFishery
Meskipun menghadapi tantangan dalam mengadopsi teknologi di kalangan pembudidaya tradisional, eFishery berhasil membangun kepercayaan melalui pendekatan komunitas dan edukasi. Strategi seperti skema sewa alat dan program pelatihan bagi pembudidaya telah membantu meningkatkan adopsi teknologi eFishery di berbagai daerah.

Sumber: bloombergtechnoz.com
Dengan visi untuk bermitra dengan satu juta pembudidaya, eFishery terus berinovasi dan memperluas layanannya. Ekspansi ke pasar internasional dan pengembangan produk baru menjadi fokus utama perusahaan dalam upaya menciptakan dampak yang lebih luas di industri akuakultur global.
Akuakultur: Pilar Keberlanjutan Lingkungan, Ekonomi, dan Sosial
Akuakultur telah berkembang pesat sebagai salah satu teknologi utama dalam produksi pangan global. Berasal dari kebutuhan akan sumber protein yang berkelanjutan, akuakultur kini menyuplai lebih dari separuh konsumsi makanan laut dunia, melampaui hasil tangkapan ikan liar. Namun, sektor ini tidak lepas dari tantangan lingkungan, ekonomi, dan sosial. Berdasarkan kajian yang menggunakan indikator kinerja akuakultur (Aquaculture Performance Indicators atau API), pendekatan yang holistik dapat membantu mengatasi tantangan ini dengan memastikan keberlanjutan dalam tiga pilar utama: lingkungan, ekonomi, dan sosial​.
Keberlanjutan Lingkungan
Keberlanjutan lingkungan merupakan salah satu isu utama dalam akuakultur. Aktivitas akuakultur, seperti tambak udang atau keramba jaring apung, sering dikritik karena menyebabkan kerusakan habitat, pencemaran air, dan penggunaan pakan berbasis ikan liar. Meskipun demikian, beberapa praktik akuakultur menunjukkan hasil yang positif. Misalnya, budidaya kerang memberikan manfaat lingkungan dengan menyerap nutrisi berlebih dari air dan menyediakan habitat alami bagi biota lain. Berbeda dengan spesies lain, kerang tidak memerlukan pakan tambahan, sehingga mengurangi jejak lingkungan. Namun, sistem akuakultur lainnya, seperti budidaya ikan mas di kolam tradisional, memerlukan perhatian lebih karena potensi polusi yang lebih tinggi​.
Keberlanjutan Ekonomi
Dari perspektif ekonomi, akuakultur memiliki potensi besar untuk meningkatkan pendapatan lokal dan mendorong pertumbuhan ekonomi, khususnya di negara berkembang. Produksi akuakultur telah menjadi pendorong utama ekspor makanan laut, memberikan kontribusi signifikan terhadap PDB banyak negara. Namun, terdapat tantangan dalam distribusi keuntungan. Sistem akuakultur berskala besar sering kali didominasi oleh investasi asing, yang dapat mengurangi manfaat ekonomi bagi komunitas lokal. Di sisi lain, teknologi modern seperti budidaya salmon dengan sistem tertutup telah meningkatkan efisiensi dan profitabilitas dengan mengurangi biaya produksi dan risiko lingkungan​.
Keberlanjutan Sosial
Dampak sosial dari akuakultur sangat beragam, tergantung pada lokasi dan jenis sistem produksi. Akuakultur sering kali meningkatkan kesempatan kerja di daerah pedesaan, mengurangi kesenjangan ekonomi, dan meningkatkan ketahanan pangan lokal. Namun, beberapa praktik, seperti budidaya intensif untuk pasar ekspor, menimbulkan kritik karena kurangnya keterlibatan masyarakat lokal. Kontrak pertanian yang tidak adil dan eksploitasi tenaga kerja di sektor pendukung akuakultur juga menjadi perhatian. Meski demikian, data menunjukkan bahwa akuakultur domestik di negara-negara berkembang cenderung lebih berdampak positif pada akses pangan lokal daripada akuakultur yang berorientasi ekspor​.
Sinergi dan Tantangan Antarpilar
Penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya, pilar lingkungan, ekonomi, dan sosial dapat bersinergi, menciptakan sistem akuakultur yang berkelanjutan. Namun, terdapat variasi kinerja antar sistem. Sistem budidaya intensif dengan teknologi tinggi cenderung lebih efisien secara ekonomi, tetapi dapat mengorbankan aspek sosial jika tidak beriringan dengan pengaturan yang baik. Di sisi lain, sistem yang ramah lingkungan seperti budidaya kerang dapat memberikan manfaat ekosistem, tetapi menghadapi tantangan ekonomi karena fluktuasi pasar dan risiko lingkungan​.
Akuakultur memiliki potensi besar untuk menjadi solusi keberlanjutan dalam produksi pangan global. Namun, keberhasilannya tergantung pada penerapan kebijakan yang mendukung pengelolaan lingkungan, distribusi ekonomi yang adil, dan perlindungan hak-hak sosial masyarakat lokal. Dengan pendekatan berbasis data seperti API, pengembangan akuakultur dapat lebih terarah dan berkelanjutan di masa depan
Referensi
Efishery. 2023. Diakses pada 21 Desember 2024 dari https://efishery.com/id/
Andriani, Dewi. 2020. Kisah Sukses eFishery: Berawal dari Ternak Lele Hingga Bangun Perusahaan Pakan. Diakses pada 21 Desember 2024 dari https://entrepreneur.bisnis.com/read/20200715/265/1266447/kisah-sukses-efishery-berawal-dari-ternak-lele-hingga-bangun-perusahaan-pakan
Asih, R. W. 2021. Mengenal Startup eFishery, Platform Teknologi Akuakultur yang Baru Luncurkan Aplikasi Baru. Diakses pada 21 Desember 2024 dari https://teknologi.bisnis.com/read/20210902/266/1437304/mengenal-startup-efishery-platform-teknologi-akuakultur-yang-baru-luncurkan-aplikasi-baru
Robbani, M. M. 2023. Strategi Pengembangan Bisnis eFishery, Meningkatkan Produktivitas Petani Ikan Lewat Teknologi. Diakses pada 21 Desember 2024 dari https://ukmindonesia.id/baca-deskripsi-posts/strategi-pengembangan-bisnis-efishery-meningkatkan-produktivitas-petani-ikan-lewat-teknologi
Setyowati, Desi. 2022. Usaha Keras CEO eFishery Pertama Kali Perkenalkan Layanan ke Petambak. Diakses pada 21 Desember 2024 dari https://katadata.co.id/digital/startup/626773aa685a0/usaha-keras-ceo-efishery-pertama-kali-perkenalkan-layanan-ke-petambak
Sabran, F. W. dan Rusfian, E. Z. 2023. Penggunaan Internet of Things pada eFishery untuk
keberlanjutan Akuakultur di Indonesia. Diakses pada 21 Desember 2024 dari https://j-innovative.org/index.php/Innovative/article/download/1359/994/1848
Taryn, et al. 2024. Environmental, economic, and social sustainability in aquaculture: the aquaculture performance indicators. Diakses pada 21 Desember 2024 dari https://www.nature.com/articles/s41467-024-49556-8