Banjir bandang yang melanda sebuah daerah tidak hanya memindahkan air dalam jumlah besar, tetapi juga berperan seperti alat gali raksasa. Arus deras membawa pergi lumpur, pasir, dan tanah yang biasanya menutupi lapisan batuan lebih tua. Akibatnya, batuan yang sudah terkubur jutaan tahun bisa tersingkap kembali ke permukaan.
Di Travis County, Texas, peristiwa ini membuka lapisan batu kapur kuno yang ternyata menyimpan jejak kaki dinosaurus dari Zaman Kapur Awal, sekitar 115 juta tahun lalu. Jejak ini tergolong ichnofosil, yaitu fosil yang bukan berupa sisa tubuh, melainkan rekaman aktivitas organisme di masa lalu.
Fenomena ini adalah contoh nyata bagaimana proses geomorfik. Seperti erosi, pemindahan, dan pengendapan material, dapat mengungkap “arsip” geologi tanpa perlu sekop atau bor.
- Latar Geologi: Formasi Glen Rose – Pantai Purba yang Membatu
- Ilmu Jejak (Ichnologi): Mengapa Bisa Bertahan?
- 4) Siapa Pemilik Tapak?
- Dari Lapangan ke Laboratorium: Dokumentasi dan Pemetaan 3D
- Taphonomi Jejak: Membaca Cerita dari Bentuk Tapak
- Nilai Ilmiah: Tiga Lapisan Signifikansi
- Pelestarian: Menggabungkan Ilmu dan Lapangan
- Tanya Jawab Ilmiah Singkat
- Intisari Sains: Pelajaran dari Jejak Purba

Latar Geologi: Formasi Glen Rose – Pantai Purba yang Membatu
Jejak kaki tersebut ditemukan di Formasi Glen Rose, yaitu lapisan batu kapur dan serpih yang terbentuk di lingkungan pesisir dangkal dan laguna purba pada Era Mesozoikum.
Ciri khas batuan ini antara lain:
- Retakan kering yang terbentuk ketika lumpur mengering.
- Riak gelombang (ripple) yang membatu.
- Lapisan tipis khas endapan perairan dangkal.

Jejak dinosaurus bisa bertahan karena proses yang disebut penguburan cepat (rapid burial). Saat lumpur kaya kalsium karbonat terinjak dinosaurus, cetakan jejaknya langsung tertutup lapisan sedimen baru. Seiring waktu, proses diagenesis yaitu perubahan sedimen menjadi batu, mengawetkan cetakan tersebut selama jutaan tahun.
Ilmu Jejak (Ichnologi): Mengapa Bisa Bertahan?
Dalam cabang paleontologi yang disebut ichnologi, jejak kaki dikategorikan sebagai fosil perilaku. Artinya, yang diawetkan bukan bagian tubuh hewan, melainkan bukti aktivitas seperti berjalan, berlari, atau mencari makan.
Agar jejak ini bisa bertahan jutaan tahun, beberapa kondisi harus terpenuhi:
- Tekstur lumpur yang tepat: cukup lembek untuk membentuk cetakan, tetapi tidak terlalu cair sehingga jejaknya runtuh.
- Penguburan cepat: melindungi cetakan dari gelombang, arus, atau pijakan hewan lain.
- Penguatan oleh mineral: kalsium karbonat dalam lumpur bertindak seperti “semen” alami yang mengeraskan cetakan menjadi batu.
Hasilnya adalah jejak tridaktil (berjari tiga) berukuran sekitar 45–50 cm yang tercetak jelas di permukaan batu kapur.
4) Siapa Pemilik Tapak?
Mengidentifikasi pemilik jejak dilakukan dengan menganalisis:
- Ukuran dan bentuk tapak (morfometri).
- Sudut antar-jari.
- Panjang langkah (stride) untuk memperkirakan kecepatan.
- Lingkungan geologi tempat jejak ditemukan.
Berdasarkan umur batuan Glen Rose dan bentuk jejak:
- Jejak tridaktil besar kemungkinan berasal dari theropoda pemakan daging, kandidat terkuatnya adalah Acrocanthosaurus, dinosaurus bipedal setinggi hampir 10 meter.
- Jejak bulat besar yang membentuk jalur paralel sering dikaitkan dengan sauropoda pemakan tumbuhan, dan di Texas spesies yang dikenal adalah Paluxysaurus.
Catatan penting: dalam ichnologi, biasanya yang bisa diidentifikasi adalah kelompok atau tipe dinosaurus, bukan spesies pastinya—kecuali ada bukti tambahan berupa fosil tulang di lapisan yang sama.
Baca juga artikel tentang:
Dari Lapangan ke Laboratorium: Dokumentasi dan Pemetaan 3D
Dalam penelitian modern, ilmuwan berusaha meminimalkan kontak fisik langsung dengan situs bersejarah agar tidak merusak fosil atau jejak yang rapuh. Oleh karena itu, mereka menggunakan metode dokumentasi canggih, seperti:
- Fotogrametri dan pemindaian 3D: Teknik ini memotret objek dari berbagai sudut lalu menggabungkannya menjadi model digital tiga dimensi beresolusi tinggi, akurat hingga hitungan milimeter.
- GNSS/GPS diferensial: Sistem penentuan posisi yang lebih presisi dibanding GPS biasa. Alat ini menempatkan lokasi jejak dengan koordinat sangat akurat sehingga bisa dipantau jangka panjang.
- Analisis tekstur dan bentuk mikro: Melalui pengukuran sudut dinding jejak, kedalaman pusat pijakan, dan detail lainnya, peneliti dapat memperkirakan arah gerak hewan, berat relatif tubuhnya, bahkan kondisi lumpur saat diinjak jutaan tahun lalu.
Dengan teknologi ini, tercipta digital twin—salinan digital yang tetap “hidup” dan bisa diteliti kembali walau jejak aslinya perlahan aus oleh cuaca.
Taphonomi Jejak: Membaca Cerita dari Bentuk Tapak
Taphonomi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana sisa-sisa makhluk hidup atau aktivitasnya terawetkan. Pada jejak dinosaurus, ilmuwan memperhatikan:
- Kedalaman jejak: Cetakan yang lebih dalam dapat mengindikasikan lumpur lebih lunak atau hewan yang lebih berat.
- Asimetri atau “slip” di ujung jari: Bisa menunjukkan hewan sedang bergerak cepat atau melangkah di permukaan licin.
- Pola lintasan (trackway): Jalur sejajar dapat menandakan gerakan berkelompok, lintasan yang saling menyilang menunjukkan area bersama, sedangkan jalur panjang satu arah bisa menjadi bukti jalur migrasi.
Dari gabungan petunjuk ini, ilmuwan dapat merekonstruksi perilaku hewan: apakah seekor theropoda sedang mengendap untuk berburu, berjalan santai, atau justru berlari mengejar mangsa; serta apakah sauropoda sedang bermigrasi dalam kawanan.
Nilai Ilmiah: Tiga Lapisan Signifikansi
Jejak dinosaurus memiliki nilai ilmiah berlapis, di antaranya:
- Ekologi purba: Menyediakan “foto gerak” ekosistem Kapur Awal, memperlihatkan siapa yang hidup di sana, kapan, dan bagaimana interaksi antarspesies terjadi.
- Paleogeografi: Mengonfirmasi bahwa Texas tengah dulu merupakan pesisir dangkal tropis, sesuai dengan bukti fosil laut dari periode yang sama.
- Edukasi publik: Situs seperti ini menghubungkan daya tarik populer dinosaurus dengan metode ilmiah yang sistematis, memicu minat belajar sains.
Pelestarian: Menggabungkan Ilmu dan Lapangan
Banjir memang dapat membuka jejak baru, tetapi juga bisa merusaknya dengan cepat. Beberapa langkah yang disarankan peneliti:
- Menghindari penggunaan alat berat di atas panel jejak.
- Membuat jalur sementara seperti boardwalk untuk meminimalkan kontak langsung.
- Melakukan dokumentasi cepat (foto ortomosaik, pemindaian 3D) sebelum detail hilang akibat erosi.
- Melibatkan kerja sama antara pemilik lahan, komunitas lokal, pemerintah, dan akademisi untuk melindungi situs, mengatur akses, dan menyediakan papan informasi ilmiah.
Tanya Jawab Ilmiah Singkat
- Apakah benar berusia 115 juta tahun?
Ya. Penentuan umur didasarkan pada korelasi stratigrafi Formasi Glen Rose (Zaman Kapur Awal), diperkuat oleh fosil penunjuk umur di lapisan yang sama. - Bisakah jejak dipindahkan ke museum?
Bisa, tetapi sangat berisiko merusak atau kehilangan konteksnya. Solusi modern adalah membuat cetakan fisik atau model 3D untuk pameran. - Mengapa baru terlihat saat banjir?
Karena selama puluhan hingga ratusan tahun, jejak ini tertutup tanah dan vegetasi. Erosi akibat banjir bertindak seperti “membuka halaman buku” yang lama tertutup.
Intisari Sains: Pelajaran dari Jejak Purba
- Proses alam seperti banjir dan erosi berperan sebagai “mesin waktu” yang membuka arsip Bumi.
- Ichnologi memberi informasi perilaku hewan purba yang tidak dapat kita ketahui dari fosil tulang saja.
- Teknologi dokumentasi non-destruktif memungkinkan fosil tetap dipelajari tanpa merusak situs.
- Kolaborasi antar pihak penting untuk menjaga warisan geologi agar bisa dinikmati generasi mendatang.
Jejak dinosaurus di Travis County bukan sekadar cetakan kaki raksasa di batu. Ia adalah dokumen sejarah alam yang merekam langkah, berat, kecepatan, dan interaksi penghuni Bumi 115 juta tahun silam. Banjir memang bencana bagi manusia, namun bagi sains, ia kadang menjadi “penyunting” yang membantu kita membaca kembali bab-bab lama dari buku besar geologi.
Baca juga artikel tentang:
REFERENSI:
Louallen, Doc. 2025. Dinosaur footprints from 115 million years ago found after Texas flood. ABC News: https://www.google.com/amp/s/abcnews.go.com/amp/US/dinosaur-footprints-115-million-years-ago-found-after/story%3fid=124483825 diakses pada tanggal 18 Agustus 2025.
Scotese, Christopher R dkk. 2025. The Cretaceous world: plate tectonics, palaeogeography and palaeoclimate. Geological Society, London, Special Publications 544 (1), 31-202.
Zink, Robert M. 2025. Noah’s Ark: a saga of science denial. Evolution: Education and Outreach 18 (1), 5.