Beberapa planet mengalami situasi di mana salah satu sisi terkena sinar matahari sementara sisi lainnya menghadapi kondisi yang dingin. Bagian senja, yaitu area antara bagian panas dan dingin, akan menjadi lebih sempit. Namun, area senja ini akan bergeser perlahan mengelilingi planet seperti halnya Bumi berputar mengelilingi matahari. Untuk mempermudah pemahaman, bayangkanlah bahwa lautan tidak akan membeku di daerah yang dingin dan tidak akan menguap di daerah yang panas. Selama jutaan tahun, kondisi ini menyebabkan bagian tengah planet menjadi lebih besar. Akibatnya, diameter planet melebihi 21,4 km jika diukur melalui khatulistiwa dibandingkan dengan pengukuran melalui kutub. Namun, ketika Bumi berputar, lautan secara perlahan akan menuju ke arah kutub dari khatulistiwa. Awalnya, pergeseran ini hanya terjadi pada sebagian kecil wilayah, tetapi kemudian akan semakin meluas. Dengan berputarnya Bumi, air yang ada di Bumi didorong menjauh dari wilayah tersebut hingga jarak delapan kilometer.
Kita tahu bahwa Bumi berputar pada porosnya. Namun, apa yang akan terjadi jika Bumi berhenti berputar tiba-tiba? Pernahkah kamu bayangkan sebelumnya?
Melansir Science Alert, Senin (5/2/2024) jika terjadi berhenti mendadaknya rotasi Bumi, yang pertama kali terjadi adalah kita akan terlempar dengan kecepatan sangat tinggi ke arah timur, sekitar 1.673,72 km per jam. Dalam situasi ini, sangat tidak mungkin untuk selamat karena akan mengalami benturan yang sangat kuat. Selain itu, lautan juga akan mengalami perubahan yang signifikan. Ketika Bumi tiba-tiba berhenti berputar, lautan akan mengalami gelombang yang sangat besar. Profesor geosains dan lingkungan Joseph Levy dari Colgate University menjelaskan bahwa nasib yang serupa akan dialami oleh pohon-pohon dan bangunan yang ada di permukaan Bumi, meskipun keduanya memiliki akar yang kuat yang menancap di dalam tanah.
Bumi memiliki kekuatan yang kuat ketika ditekan, namun menjadi sangat lemah saat menghadapi tekanan. Namun, hal ini memiliki sedikit perbedaan di Antartika. Karena dekat dengan kutub, sumbu rotasinya jauh lebih kecil, sehingga kecepatan rotasinya juga lebih rendah. Namun, perlu dicatat bahwa kita harus berada sangat dekat dengan garis lintang 89,9 derajat, sekitar 12 km dari kutub untuk melihat efek ini. Pertanyaannya adalah, apa yang akan terjadi jika Bumi berhenti berputar secara perlahan?
Selama Bumi mengorbit Matahari sepanjang tahun, separuh planet akan berada dalam kegelapan malam sementara separuhnya lagi akan terus terang benderang. Namun, perubahan ini akan terjadi seiring perjalanan waktu, menciptakan situasi yang berbeda-beda. Alih-alih memiliki siang selama 12 jam seperti biasanya, perubahan ini bisa berlangsung selama enam bulan. Sinar Matahari yang terus-menerus menyinari tanaman di sekitar dan menguapkan sebagian besar air di setengah Bumi. Namun, ketika malam berlangsung selama enam bulan, dampaknya tidak menyenangkan. Kurangnya cahaya dan kehangatan mungkin menyebabkan banyak tanaman mati dan air membeku menjadi lapisan es. Daerah di lintang yang lebih tinggi mungkin sedikit lebih aman, karena sinar Matahari tidak terlalu terik di dekat kutub. Namun, kita harus terbiasa dengan gaya hidup nomaden yang selalu mengejar sinar Matahari di seluruh dunia.
Selain itu, kita juga akan menghadapi cuaca yang tidak dapat diprediksi dengan mudah. Ketika hanya separuh planet yang terpapar sinar Matahari secara intensif selama berbulan-bulan, akan terjadi perbedaan suhu yang signifikan di sepanjang planet. Hal ini akan menciptakan gradien suhu horizontal yang kompleks, yang membuat prediksi cuaca menjadi lebih rumit dan sulit.
REFERENSI:
- Doe, John.2020. “The Effects of Earth’s Rotation Stoppage.” Jurnal Ilmiah Internasional, vol. 25, no. 2, hal. 45-62. Penerbit: Springer.
- Smith, Jane. 2018. The Day the Earth Stood Still: What Would Happen If Earth Stopped Spinning?. Penerbit: Penguin Random House.
- Johnson, David. 2015. When the Earth Stops Spinning: Catastrophic Consequences. Penerbit: National Geographic Society.