CangRang: Cangkang Kerang Hijau Sebagai Peredam Pencemaran Limbah Industri Perairan

Oleh: Miranda Inas Pencemaran limbah industri di perairan merupakan salah satu masalah yang telah lama terjadi. Masalah ini kerap diperbincangkan dan […]

blank

Oleh: Miranda Inas

Pencemaran limbah industri di perairan merupakan salah satu masalah yang telah lama terjadi. Masalah ini kerap diperbincangkan dan menajadi sorotan di kalangan masyarakat. Pencemaran limbah air merupakan pencemaran yang merusak ekosistem pada perairan yang terjadi karena tercampur oleh zat-zat kimia maupun zat yang berbahaya. Air yang telah tercemar tentunya dapat membahayakan makhluk hidup yang ada didalamnya dan bagi yang menkonsumsi dari makhluk hidup yang tinggal di air yang telah tercemar tentunya akan menimbulkan suatu dampak. Limbah yang membuat perairan ini tercemar dikarenakan masyarakat Indonesia tidak akan lepas dari kegiatan industri itu sendiri. Namun, hingga saat ini permasalahan ini belom dapat terselesaikan secara tuntas dikarenakannya kegiatan industri tersebut akan terus berjalan yang dalam artian tidak akan pernah berhenti. Hanya mengurangi sebagai salah satu solusinya.

Penelitian yang baru baru ini ditemukan pada akhir tahun 2017 oleh siswa SMA Santa Laurensia Alam Sutera, Serpong Utara, Kota Tangerang Selatan mereka menemukan penemuan bahwa limbah atau sampah cangkang kerang hijau ternyata dapat dijadikan sebagai bahan untuk meredam pencemaran lingkungan. Hal yang melatarbelakangi penelitian ini adalah pencemaran limbah di lautan sudah mencapai tingkat yang sangat meresahkan masyarakat. Semakin lama tentunya hal ini dapat memusnahkan ekosistem perairan. Menurutnya pencairan limbah tersebut sangat merugikan bagi para nelayan. Artinya, nelayan merasa dirugikan karena mereka tidak akan mendapatkan tangkapan dari hasil melaut nya. Dibuktikan dari  peristiwa kematian ribuan ikan di pantai Ancol beberapa waktu lalu.[1]

Kerang Hijau (P. viridis) atau dikenal sebagai green mussels adalah binatang lunak (mollusca) yang hidup di laut, bercangkang dua dan berwarna hijau. Kerang hijau termasuk kelas Pelecypoda. Golongan biota yang bertubuh lunak (mollusca). Mempunyai cangkang katup sepasang maka disebut sebagai Bivalvia. Hewan ini disebut juga pelecys yang artinya kapak kecil dan podos yang artinya kaki. Jadi Pelecypoda berarti hewan berkaki pipih seperti mata kapak. Hewan kelas ini mempunyai insang berlapis-lapis sering disebut Lamelli branchiate (Sa’adah, 2010).[2]

Kerang hijau merupakan hewan yang dapat diolah menjadi makanan. Banyak orang yang memakan kerang hanya dagingnya saja, setelah itu cangkangnya dibuang begitu saja yang pada akhirnya hanya akan menjadi limbah ataupu sampah. Di dalam cangkang kerang itu sebenarnya mengandung zat yang dapat meminimalisir kontaminasi limbah di perairan, sehingga dengan eksperimen itu kadar logam di perairan dapat dinetralisir. Penelitian yang ditemukan oleh siswa  SMA Santa Laurensia Alam Sutera, Serpong Utara, Kota Tangerang Selatan mereka lakukan uji coba ke dalam perairan seperti laut dan sungai.

Hasil dalam penelitian ini adalah limbah atau sampah cangkang kerang hijau sebagai bahan baku alternatif untuk menurunkan pencemaran limbah industri perairan dikarenakan partikel dari padatan cangkang kerang akan mengendap ke dalam air. Setelah partikel dari padatan cangkang kerang mengendap ke dalam air maka terjadi proses netralisasi limbah. Netralisasi limbah merupakan  Seiring netralisasi limbah tersebut maka air yang tadinya tercemar akan menjadi jernih.[1] Para peneliti berharap dengan diaplikasikannya limbah cangkang kerang tersebut pada perairan maka sedikit demi sedikit dapat mengurangi pencemaran limbah industri di perairan dikarenakan cangkang kerang dapat digunakan sebagai bahan penyerap pencemaran pada air yang sudah tercemari.

 

Referensi

[1] HMTK Kinetika. 2018. Siswi SMA Kurangi Pencemaran Laut dengan Cangkang Kerang. Diakses dari: http://kinetika.hmtk.undip.ac.id/2018/01/26/siswi-sma-kurangi-pencemaran-laut-dengan-cangkang-kerang/ pada tanggal 20 Mei 2018

[2] Diakses dari : http://repository.unimus.ac.id/388/3/13.%20BAB%20II.pdf pada tanggal 20 Mei 2018

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Yuk Gabung di Komunitas Warung Sains Teknologi!

Ingin terus meningkatkan wawasan Anda terkait perkembangan dunia Sains dan Teknologi? Gabung dengan saluran WhatsApp Warung Sains Teknologi!

Yuk Gabung!

Di saluran tersebut, Anda akan mendapatkan update terkini Sains dan Teknologi, webinar bermanfaat terkait Sains dan Teknologi, dan berbagai informasi menarik lainnya.