Oleh: Heni Marta Diana Matita Putti
Tak dapat dipungkiri bahwa sesuatu yang instan menjadi pilihan bagi mayoritas umat manusia di masa yang moderen ini. Berbagai pilihan alternatif yang lebih cepat dan mudah akan menjadi prioritas utama bagi kebanyak orang. Dan yang paling penting adalah canggihnya teknologi-teknologi yang ada pada masa kini mampu memenuhi keinginan manusia dalam memenuhi kebutuhan secara instan. Pada akhirnya munculnya keinginan manusia untuk mendapatkan hal instan ternyata mendorong manusia lainnya untuk memenuhi keinginan tersebut melalui kecanggihan teknologi.
Sama halnya Keberadaan GO-JEK yang muncul karena dorongan untuk memenuhi keinginan manusia agar tidak perlu menghabiskan waktu yang lama mencari tukang ojek maupun taksi. Karena pada dasarnya untuk menggunakan jasa ojek, mayoritas penumpang harus menghabiskan waktu untuk berjalan terlebih dahulu mencari pangkalan ojek begitu pula dengan taksi. Hadirnya aplikasi GO-JEK ini ternyata membawa dampak sosial dan ekonomi bagi beberapa pihak.
Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) telah melakukan penelitian terkait dampak GO-JEK terhadap perekonomian Indonesia. Pada akhir tahun 2017, LD FEB UI menjalankan riset megenai dampak sosial dan ekonomi baik secara langsung maupun tidak langsung yang dihasilkan oleh GO-JEK pada perekonomian Indonesia. Hasil riset membuktikan bahwa GO-JEK menyumbangkan 9,9 triliun rupiah terhadap perekonomian nasional. Penelitian yang melibatkan lebih dari 7.500 resonden tersebut mewakili populasi mitra pengemudi, UMKM (mitra usaha mikro, kecil, dan menengah), dan konsumen yang berada di 9 wilayah yaitu Bandung, Bali, Balikpapan, Jabotabek, DIY Yogyakarta, Makasar, Medan, Palembang, Surabaya. Responden tersebut merupakan mitra dan konsumen yang aktif dalam 1 bulan terakhir.
Gambar 1. (a) Persentase hasil pendapat konsumen terhadap keberadaan GO-JEK baik
(b) Persentase hasil jpendapat konsumen terhadap kebijakan larangan untuk GO-JEK beroperasi
Melalui penelitian tersebut membuktikan bahwa aplikasi GO-JEK memiliki dampak sosial ekonomi yang signifikan bagi perekonomian Indonesia. Berdasarkan hasil peneliian, 89% konsumen mengatakan bahwa GO-JEK telah memberikan dampak yang agak baik sampai dengan sangat baik bagi masyarakat secara umum. Disamping itu sebanyak 78% konsumen berpendapat bahwa jika GO-JEK berhenti beroperasi, maka pemberhentian tersebut membawa dampak agak buruk sampai dengan sangat buruk bagi masyarakat. Hasil pendapat oleh para konsumen tersebut membuktikan bahwa dengan hadirnya aplikasi GO-JEK sangat membantu dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Dan konsumen akan merasakan kesulitann untuk memenuhi salah satu kebutuhannya jika muncul kebijakan terkait larangan bagi GO-JEK beroperasi. Disamping itu, penelitian juga membuktikan bahwa hadirnya GO-JEK mampu mengurangi tekanan pengangguran yang selama ini melanda Indonesia dengan cara memperluas kesempatan kerja. 77% pengemudi adalah masyarakat berusia produktif yaitu 20‒39 tahun, 75% adalah lulusan SMA dan 15% adalah lulusan perguruan tinggi.
Gambar 2. Persentase penghasilan dan pengeluaran mitra pengemudi
Melalui penelitian yang telah dilakukan, GO-JEK mampun meningkatkan penghasilan dan pengeluaran mitra pengemudi serta kesejahteraan keluarga mitra pengemudi. Rata-rata pendapatan mitira pengemudi meninkat sebesar 44% sejak mereka bergabung menjadi pengemudi GO-JEK. Dan disamping itu, para pengemudi GO-JEK ini memiliki rata-rata pengeluaran yang meningkat sebesar 32% sejak mereka menjadi pengemudi. Menurut hasil penelitian, pendapatan rata-rata mitra pengemudi penuh waktu adalah sebesar Rp 3,48 juta perbulan dan secara tidak langsung hal tersebut secara tidak langsung membuktikan bahwa rata-rata penghasilan pengemudi lebih tinggi dari rata-rata UMK di 9 wilayah survey. Peningkatan pendapatan yang lebih tinggi dari pada peningkatan pengeluaran menyatakan bahwa menjadi pengemudi GO-JEK menjadi suatu hal yang menguntungkan. Hal ini juga dapat menjadi alasan banyaknya peralihan profesi masyarakat yang semula menjadi ojek pangkalan beralih menjadi ojek online yang berbasis aplikasi. Dalam hal ini menunjukan bahwa GO-JEK telah memberikan solusi bagi masyarakat dengan memberikan kemudahan bagi para pengemudinya.
Gambar 3. Persentase tingkat kepuasan mitra pengemudi
Melalui profesi yang ditawarkan oleh perusahaan digital ini yaitu pengemudi GO-JEK, banyak masyarakat yang merasa puas terhadap penghasilan yang didapatkan. Hal tersebut dibuktikan melalui persentase kepuasan pengemudi pada gambar di atas. Ternyata bukan hanya peningkatan terhadap pendapatan para pengemudi, kualitas hidup pengemudi 80% lebih baik setelah bergabung menjadi mitra pengemudi GO-JEK. Tak hanya bagi pengemudi, hal yang sama pun dirasakan oleh mitra UMKM yang terkena imbas dari keberadaan aplikasi GO-JEK.
Gambar 4. Volume transaksi setelah menjadi mitra UMKM
Faktanya adalah setelah menjadi mitra UMKM dengan GO-JEK, 56% mitra UMKM mengalamin peningkatan volumen transaksi sebesar lebih dari 10%. Dampak yang dapat dikatakan baik untuk para mitra menjadi salah satu peluang bagi mereka untuk meningkatkan omzetnya. Mitra UKKM dapat beroperasi dengan lebih efisien dan mendapatkan pangsa pasar yang lebih besar. Terkait hal tersebut, maka layanan GO-JEK yang telah membuka akses pasar, mendorong penggunaan teknologi dan meningkatkan aset usaha.
Gambar 5. Persentase presepsi posisi mitra UMKM sebagai mitra GO-JEK
Hasil penelitian juga membuktikan bahwa 94% mitra UMKM merasa bahwa GO-JEK memberlakukan mereka secara setara sampai diuntungkan. Mereka juga merasa dihargai dan diberlakukan dengan adil oleh GO-JEK. Perlakuan yang menguntungkan ini membawa dampak sosial yang baik bagi para mitra UMKM dalam menekuni usaha masing-masing. Meningkatnya volume transaksi mitra UMKM yang menggunakan jasa GO-JEK maka meningkat pula konsumen GO-JEK.
Gambar 6. Persentase usia konsumen
Berbicara mengenai konsumen, GO-JEK juga memberikan dampak tersendiri bagi para konsumen. 55% pengguna layanan GO-JEK sebagai konsumen berusia 20‒29 tahun. Usia tersebut merupakan usia konsumen yang paling banyak menggunakan jasa GO-JEK. Disamping itu, usia paling sedikit pengguna jasa GO-JEK sebagai konsumen yaitu usia 50 tahun ke atas. Sebagai penyedia jasa ojek berbasis aplikasi, GO-JEK menyediakan banyak layanan. Tak hanya jasa antar-jemput orang, namun GO-JEK juga menyediakan banyak layanan. Ada 8 layanan yang di analisis dalam penelitian ini yaitu GO-RIDE, GO-FOOD, GO-CAR, GO-SEND, GO-POINTS, GO-PULSA, GO-BLUEBIRD dan GO-PAY(Uang Elektronik).
Gambar 7. Persentase jumlah layanan yang pernah digunakan
Berdasarkan hasil penelitian, ternyata layanan paling banyak digunakan oleh konsumen adalah GO-RIDE yaitu sebesar 85.80%. GO-RIDE merupakan salah satu layanan oleh GO-JEK untuk mengantar jemput orang dengan menggunakan moda transportasi berupa motor. Layanan paling banyak kedua yang digunakan oleh konsumen bukanlah layanan antar-jemput menggunakan mobil, melainkan layanan GO-FOOD. GO-FOOD merupakan layanan yang digunakan para konsumen untuk membeli makanan maupun minuman melalui jasa GO-JEK yang dipesan menggunakan suatu aplikasi GO-JEK. Sebesar 73.20% konsumen menggunakan jasa tersebut baik untuk konsumsi pribadi maupun konsumsi keluarga. Hampir 90% penguna GO-FOOD memesan makanan/minuman dari rumah makan yang merupakan usaha rumahan atau UMKM. Diperkirakan terdapat Rp. 1,7 triliun per tahun yang masuk ke ekonomi nasional dari penghasilan mitra UMKM GO-FOOD.
Gambar 8. Persentase kepuasan konsumen terhadap layanan, keamanan dan perasaan nyaman
Dalam hal penggunaan jasa GO-JEK mayoritas konsumen merasa puas dengan layanan yang diberika pihak GO-JEK. Sama halnya dengan layanan, mayoritas konsumenpun merasa terjamin keamanannya ketika menggunakan jasa ojek online berbasis aplikasi ini. Secara umum, sebagai konsumen, perasaan nyaman banyak dirasakan mayoritas konsumen. Beberapa hal tersebut dapat menunjukan bahwa keberadaan GO-JEK sangat berdampak positif bagi para konsumen.
Referensi
[1] Wisana, ewa G. K dkk. 2017. Dampak Gojek Terhadap Perekonomian Indonesia. Diambil dari http://ldfebui.org/wp-content/uploads/2018/03/Dampak-Gojek-Bagi-Perekonomian-Indonesia.pdf di akses pada tanggal 5 mei 2018.
[2] Hendrastomo, Grendi., Januarti, Nur Endaj., Pinasti, V. Indah Sri., Aulia, Mirza., Firman, Astri Testiningtyas., Hidayat, Taufiq Tri. 2016. Dilema Sosial Ojek Online (GOJEK). Diambil dari http://staffnew.uny.ac.id/upload/198901062014042001/penelitian/Laporan%20Penelitian%20Dilema%20Sosial%20Ojek%20Online%20Gojek.pdf diakses pada 23 mei 2018.
[3] LD FEB UI. 2018. Hasil Riset LD FEB UI: GO-JEK Sumbang 9,9 Triliun Rupiah Per Tahun Ke Perekonomian Nasional. Diambil dari http://ldfebui.org/wp-content/uploads/2018/03/Berita-Pers-Hasil-Survey-LD-FEB-UI.pdf di akses pada tanggal 23 mei 2018.