Pemanfaatan Mangrove Sebagai Apotek Alam

Oleh: Beny Hermanto Indonesia merupakan salah satu Negara dengan kekayaan hayati terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 30.000 spesies tanaman […]

Oleh: Beny Hermanto

Indonesia merupakan salah satu Negara dengan kekayaan hayati terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 30.000 spesies tanaman telah diketahui khasiatnya namun kurang dari 300 tanaman yang digunakan sebagai bahan baku industri farmasi secara regular. Sekitar 1000 jenis tanaman telah diidentifikasi dari aspek botani sistematik tumbuhan dengan baik. WHO pada tahun 2008 mencatat bahwa 68% penduduk dunia masih menggantungkan sistem pengobatan tradisional yang mayoritas melibatkan tanaman untuk menyembuhkan penyakit dan lebih dari 80% penduduk dunia menggunakan obat herbal untuk mendukung kesehatan mereka.

Obat bahan alam merupakan obat yang menggunakan bahan baku berasal dari alam (tumbuhan dan hewan). Obat bahan alam dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis yaitu jamu, jamu herbal terstandar, dan fitofarmaka. Jamu (Empirical based herbal medicine) adalah obat bahan alam yang disediakan secara tradisional, misalnya dalam bentuk serbuk seduhan, pil, dan cairan yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut dan digunakan secara tradisional salah satu tanaman obat yang berpotensi adalah Mangrove[3].

blank

Mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis dan sub tropis, yang didominasi oleh beberapa jenis pohon (seperti Avicennia, Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Lumnitzera, Exoecaria, Xylocarpus, Aegiceras, Scyphyphora dan Nypa) yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur. Karakteristik habitat mangrove yakni; (1) umumnya tumbuh pada daerah intertidal yang jenis tanahnya berlumpur, atau berpasir, (2) daerah yang tergenang air laut secara berkalabaik setiap hari maupun yang hanya tergenang pada saat pasang purnama. Frekuensi genangan menentukan komposisi vegetasi mangrove, (3) menerima pasokan air tawar yangcukup dari darat, (4) terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat[1].

Tanaman mangrove di Indonesia merupakan yang terbanyak di dunia, baik dari segi kuantitas area (± 42.550 km2) maupun jumlah spesies (± 45 spesies) (Spalding et al. 2001). Luas ekosistem mangrove di Indonesia pada tahun 1982 tercatat seluas 5.209.543 ha. Luasan tersebut menyusut sampai 46,96 % atau tersisa 2.496.158 ha pada tahun 1993[2].

Mangrove menjadi tanaman yang sangat potensial karena dari tiap bagiannya seperti akar, batang, kulit batang, daun dan buah memiliki manfaat masing untuk dijadikan obat-obatan herbal[4].

Kawasan  mangrove  Desa  Bakau  Besar  Laut  Kecamatan Sungai Pinyuh Kabupaten  Mempawah  telah  memanfaatkan  23 spesies tumbuhan mangrove yang  termasuk  ke dalam 18 famili[4].

Tabel 1. Daftar Tumbuhan di Kawasan Mangrove yang dimanfaatkan  Masyarakat  Desa Bakau Besar Laut  Kecamatan Sungai Pinyuh Kabupaten Mempawah (List of Useful Plants in Mangrove Area Used by the Community  Bakau Besar Laut Village, Sungai Pinyuh District, Mempawah Regency) [4].

blank

Pemanfaatan tumbuhan mangrove terbanyak yaitu digunakan sebagai obat-obatan herbal (13 Spesies), hal ini dikarenakan tumbuhan mangrove sudah dimanfaatkan secara turun menurun oleh masyarakat kita sebagai tanaman penyembuh berbagai penyakit seperti penyakit demam,  keputihan, luka, koreng, bisul, maag, hipertensi dan sebagainya. Selain itu alasan masyarakat menggunakan tanaman mangrove karena lebih efisien dan juga mudah didapatkan. Adapun cara yang dapat digunakan untuk pengobatan berbagai penyakit dengan memanfaatkan tanaman mangrove sebagai obat diantaranya:  (a) Obat yang diminum: tumbuhan direbus kemudian airnya diminum contohnya beluntas, dadap laut, cengkodok, dan jeruju. Penggunaan obat luar: (b) tumbuhan di tumbuk, ditempel, oleskan serta usapkan pada yang sakit contohnya pakis laot, serunai laut, tapak kude, beluntas dan waru laut.  (c)  Obat yang dikonsumsi langsung: buahnya bisa dimakan langsung ada juga yang diperas dan diminum airnya contohnya jeruju (A.ilicifolus), letop-letop (P.foetida), dan mengkudu (M.citrifolia) [4].

blank

Gambar 1. Pemanfaatan Tumbuhan Mangrove Berdasarkan Kelompok Kegunaan (Utilization of Mangrove Plants Based on Group Usefulness)[4].

Bagian tumbuhan mangrove yang paling banyak di manfaatkan sebagai obat-obatan maupun kebutuhan pangan lainnya yaitu terdapat pada bagian daun mangrove ini dapat dilihat pada Gambar 2. Banyaknya persentase pemanfaatan daun sebagai obat-obatan ini tidak terlepas dari beberapa keunggulan daun dibandingkan dengan bagian tanaman lainnya seperti daun lebih banyak didapatkan jumlahnya daripada bagian lainnya serta daun lebih mudah diperoleh dari pada bagian lainnya seperti akar, ranting, kulit dan lain-lain[4].

blank

Gambar 2. Persentase Bagian Tumbuhan Mangrove yang Dimanfaatkan (Percentage of Useful Mangrove Plants) [4].

Referensi:

[1] Bengen, D.G. 2004. Menuju Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu Berbasis Daerah Aliran Sungai (DAS), dalam Interaksi daratan dan Lautan : Pengaruhnya terhadap Sumber Daya dan Lingkungan, Prosiding Simposium Interaksi Daratan dan Lautan. Diedit oleh W.B. Setyawan, dkk. Jakarta : Kedeputian Ilmu Pengetahuan Kebumian, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

[2] Dahuri, Dkk 2001. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara terpadu. Jakarta : PT. Pradnya Paramita.

[3] Lestari. 2007. Tanaman Obat dan Ramuan Tradisional Untuk Mengatasi Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Agromedia pustaka.

[4] Rosyada, A., M. Sofwan Anwari dan Muflihati. 2018. Pemanfaatan Tumbuhan Mangrove Oleh Masyarakat Desa Bakau Besar Laut Kecamatan Sungai Pinyuh  Kabupaten Mempawah. Jurnal hutan lestari. Vol. 6 (1) : 62 – 70

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *