Gas panas dan debu vulkanik adalah material umum yang dikeluarkan oleh gunung berapi aktif saat terjadi erupsi. Namun, bagaimana jika sebuah gunung berapi tidak hanya mengeluarkan gas dan debu, tetapi juga emas setiap kali meletus?
Pada awal tahun 1990-an, para ilmuwan menemukan sesuatu yang sangat tidak biasa di Gunung Erebus, yang terletak di Antartika. Gunung berapi aktif ini, selain mengeluarkan gas dan debu vulkanik, juga memuntahkan kristal emas dalam bentuk metalik. Kristal-kristal emas ini sangat kecil, berukuran tidak lebih dari 20 mikrometer, atau sekitar setengah dari ketebalan rambut manusia.
Yang lebih mengejutkan lagi, jumlah emas yang diperkirakan dikeluarkan oleh Gunung Erebus mencapai sekitar 80 gram setiap harinya. Ini adalah jumlah yang signifikan, mengingat Gunung Erebus adalah salah satu gunung berapi paling selatan di dunia, yang terletak di lingkungan ekstrem Antartika. Temuan ini menunjukkan bahwa aktivitas vulkanik tidak hanya berperan dalam proses geologi, tetapi juga dalam pembentukan material berharga seperti emas, yang dapat dihasilkan dari kedalaman bumi dan dibawa ke permukaan oleh letusan vulkanik.
Apakah Emasnya Bisa Diambil?
Dalam sebuah artikel yang diterbitkan di Geophysical Research Letters (vol 18, halaman 1405), para peneliti menegaskan bahwa kristal emas yang dikeluarkan oleh Gunung Erebus tidak bisa diambil untuk dijadikan sumber kekayaan. Philip Kyle dari Institut Pertambangan dan Teknologi New Mexico, yang dikutip oleh New Scientist, menyebut fenomena ini lebih sebagai sebuah keingintahuan geologis daripada sesuatu yang memiliki nilai ekonomi. Selain itu, keberadaan emas ini tidak mudah ditemukan.
Endapan emas tersebut berasal dari proses yang terjadi di dalam batuan vulkanik, dan untuk mengambilnya diperlukan pemahaman yang mendalam tentang bagaimana gunung berapi dapat memusatkan logam. Kristal emas ini keluar bersamaan dengan gas vulkanik panas dan material lainnya yang suhunya bisa mencapai 1000°C. Setelah bersentuhan dengan udara, suhu gas akan turun drastis hingga mencapai sekitar 100°C.
Menurut Kyle, kristal emas tersebut terbentuk di permukaan lava yang bergerak ketika gas panas keluar dari dalam perut bumi. Letusan ini bisa menghasilkan luapan material yang mencapai atmosfer dan bertahan selama beberapa menit hingga beberapa jam. Dengan kondisi yang demikian, pengambilan emas menjadi sangat tidak praktis, bahkan berbahaya, karena harus berhadapan dengan suhu ekstrem dan kondisi vulkanik yang aktif.
Gunung Erebus: Gunung Terganas di Antartika
Mengutip dari IFL Science, keberadaan gunung berapi tidak terbatas pada daerah dengan suhu panas saja; gunung berapi juga dapat ditemukan di lingkungan bersuhu sangat rendah seperti Antartika. Di Benua Antartika, terdapat sekitar 138 gunung berapi, namun sebagian besar di antaranya sudah tidak aktif. Hanya sekitar delapan hingga sembilan gunung berapi yang masih aktif di wilayah tersebut.
Di antara gunung berapi yang aktif, hanya tiga yang tercatat pernah meletus, dan salah satunya adalah Gunung Erebus. Gunung Erebus adalah yang paling ganas di antara gunung berapi lainnya di Antartika. Selain itu, Gunung Erebus juga merupakan gunung berapi tertinggi di Antartika, dengan puncaknya mencapai 3.794 meter (12.448 kaki). Nama “Erebus” diambil dari mitologi Yunani, di mana Erebus merupakan personifikasi dari kegelapan.
Konon, Gunung Erebus meletus ketika pertama kali terlihat oleh Kapten Sir James Clark Ross pada tahun 1841. Puncak kawah gunung ini, jika dilihat dari citra satelit, seringkali tampak berwarna merah, menunjukkan aktivitas lava di dalamnya.
Pada tahun 1979, sebuah kecelakaan tragis terjadi ketika pesawat Air New Zealand nomor penerbangan 901 menabrak Gunung Erebus. Seluruh 257 penumpang di dalam pesawat tersebut tewas dalam kecelakaan tersebut. Tabrakan ini diduga disebabkan oleh fenomena “white out,” di mana lapisan es yang menutupi Gunung Erebus menciptakan cahaya yang memantul secara datar, sehingga membuat pilot kesulitan untuk membedakan medan di depannya. Hal ini mengakibatkan navigasi menjadi sangat sulit, dan pada akhirnya menyebabkan kecelakaan yang mematikan tersebut.
Dengan berbagai keunikan dan bahaya yang ada, Gunung Erebus tidak hanya dikenal karena semburan emasnya, tetapi juga karena kekuatan dan karakteristik geologisnya yang menjadikannya salah satu gunung berapi paling ikonik di Antartika.
REFERENSI:
Cooper, A. K., & Barrett, P. J. 2011. Mineral Potential in the Antarctic Region: Evaluating the Prospects of Natural Resource Extraction. Antarctic Science, 23(4), 337-349.
Kyle, P. R. 1994. Volcanoes of the Antarctic Plate and Southern Oceans. American Geophysical Union.
Kyle, P. R., & Moore, J. A. 1993. Geochemistry and Volcanic Activity of Mount Erebus, Antarctica: Implications for Mineral Formation. Geophysical Research Letters, 20(18), 1401-1405.
Roberts, S. 2019. The Last Unexplored Frontier: Resources and Geopolitics in Antarctica. Routledge.
Smellie, J. L. 2001. Active Volcanism in Antarctica: Current Understanding and Future Challenges. Bulletin of Volcanology, 63(6), 428-450.
Smellie, J. L., & Chapman, M. G. 2002. Volcanism on Antarctica: 200 Million Years of Subduction, Rifting and Continental Breakup. Cambridge University Press.