Kaya dalam Tangisan Petani

Pertanian saat ini sepertinya sedang berada di persimpangan jalan. Sektor pertanian sebagai penunjang kehidupan mayoritas masyarakat memerlukan pertumbuhan ekonomi yang […]

blank

Pertanian saat ini sepertinya sedang berada di persimpangan jalan. Sektor pertanian sebagai penunjang kehidupan mayoritas masyarakat memerlukan pertumbuhan ekonomi yang kokoh dan pesat. Tak bisa dinyana, sektor pertanian perlu menjadi salah satu komponen utama dalam program dan strategi pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan. Di masa lampau, pertanian telah mencapai hasil yang baik dan memberikan kontribusi penting dalam pertumbuhan ekonomi, termasuk menciptakan lapangan pekerjaan dan pengurangan kemiskinan secara drastis.

Hal ini dicapai dengan memusatkan perhatian pada komoditi perkebunan seperti karet dan lada, disertai komoditi pangan, Padi. Akan tetapi, dengan adanya penurunan tajam dalam hasil produktifitas panen dan harga jual dari hampir seluruh jenis komoditi perkebunan, ditambah mayoritas petani yang bekerja di pertanian sebagian besar hampir kehilangan lahan produktif, aktifitas pertanian kehilangan potensi untuk menciptakan tambahan lapangan pekerjaan dan peningkatan penghasilan,

Bahkan setahun belakangan, pebisnis hitam sudah melirik dan memanfaatkan ketidakawasan pemerintah terhadap petani. Petani yang sangat membutuhkan pupuk, pestisida, dan benih/bibit sebagai instrumen dasar produksi dijadikan sebuah celah meraup untung. Jika dulu, sebelum tahun 1990an kita sangat jarang mendengar beredarnya pupuk palsu, pestisida palsu, dan bahkan bibit palsu. Namun, saat ini kita dengan sangat mudah mendapatkan informasi kejahatan-kejahatan yang dilakukan untuk membenamkan petani ke dalam lubang kelam bernama kemiskinan.

Melihat ini semua, kita sebagai generasi penerus bangsa yang lahir dan tumbuh besar dari nafkah pertanian selayaknya lah mulai berpeduli diri. Pertanian mungkin akan semakin terpinggirkan, karena sektor ini memiliki resiko kegagalan besar, margin keuntungan kecil, dan bahkan dianggap sebagai sektor pekerjaan generasi berpendidikan rendah. Apa yang harus diupayakan untuk memoles sektor ekonomi berbasis pertanian ini?

Partisipasi Petani Muda
Ketika sewaktu kecil ditanyakan pada kita mengenai cita-cita setelah besar, maka tidak akan ditemukan jawaban menjadi petani. Generasi muda akan menancapkan cita-cita berkecimpung dalam dunia perbankan, teknologi, dan bahkan mungkin sebagai pegawai pemerintah (PNS). Sudah ada krisis kepercayaan diri pada generasi terkini untuk mengakui pertanian sebagai salah satu sektor pekerjaan yang menjanjikan. Sebuah sektor pekerjaan yang memberikan kesempatan yang sangat luar biasa untuk menjadi pemilik, bukan pekerja.

Mengenai perubahan ini, dalam suatu kesempatan perjalanan dari Yogyakarta menujuk Jakarta menggunakan kereta api, penulis sempat bercerita dengan wisatawan asal India. Haddik, pemuda berumur 20 tahun. Dia menanyakan apa aktivitas saya, saya jawab “ I am graduate student at Bogor Agricultural University. Dan dia, dengan percaya diri mengatakan bahwa “ I am a Farmer, and I have a Farm” sambil menunjukkan video dalam handponenya. Kejadian ini seperti menampar muka saya sebagai anak petani karena mereka dengan bangganya mengatakan profesi petani. Kepercayaan diri sebagai petani inilah yang harus kita tumbuhkan pada generasi muda kita sedini mungkin.

Untuk menumbuhkan itu, kita perlu membangun karakter generasi muda untuk dipersiapkan menjadi petani muda. Kita perlu meningkatkan kepercayaan, karakter (jujur, bertanggung jawab, disiplin), kompetensi baik pendidikan formal maupun informal, koneksi (untuk meningkatkan karier, jaringan bisnis, teknologi, dan informasi), kepedulian, dan kontribusi baik pada diri sendiri maupun keluarga. Setelah karakter ini terbangun, maka yang harus dipersiapkan agar pemuda tidak meninggalkan pedesaan adalah industrialisasi pedesaan. Industrialisasi pedesaan dapat dilakukan dengan; Insentif (subsidi pupuk, benih/bibit, stabilitas harga), Investasi baik dari luar maupun domestik, Infrasruktur (sarana transportasi, energi, komunikasi, dan pendidikan), Inovasi (industri pertanian harus inovatif dibidang teknologi informasi), Industri dalam rangka menghasilkan produk akhir bukan produk setengah jadi untuk meningkatkan nilai tambah dan margin keuntungan, dan terakhir adalah hadirnya Institusi yang berpihak kepada petani.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Yuk Gabung di Komunitas Warung Sains Teknologi!

Ingin terus meningkatkan wawasan Anda terkait perkembangan dunia Sains dan Teknologi? Gabung dengan saluran WhatsApp Warung Sains Teknologi!

Yuk Gabung!

Di saluran tersebut, Anda akan mendapatkan update terkini Sains dan Teknologi, webinar bermanfaat terkait Sains dan Teknologi, dan berbagai informasi menarik lainnya.