Indonesia merupakan negara pemilik sumber daya yang sangat besar. Baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia, keduanya berpotensi menjadi sumber kekuatan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi jika dimanfaatkan secara optimal. Dengan jumlah penduduk hampir 280 juta jiwa serta potensi populasi usia muda dengan jumlah sekitar setengah dari total penduduk, Indonesia diindikasi mampu mengoptimalkan diri menjadi negara besar dengan penekanan pada kekuatan sumber daya manusia dan penciptaan lapangan kerja yang berdaya saing.
Namun, menurut Widiyanti (1987:131), negara berkembang termasuk Indonesia masih memiliki masalah terkait kualitas sumber daya manusia. Hal tersebut menjadi hambatan dalam upaya pembangunan ekonomi nasional. Fakta juga menunjukkan bahwa hanya sedikit negara berkembang yang mampu bertumbuh secara pesat, sekalipun negara tersebut telah diberi bantuan teknis atau pinjaman dari pihak luar, jika tidak didukung dengan kualitas tenaga kerja yang mumpuni.
Data Pengangguran Terdidik
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Agustus 2017, sebanyak 128,06 juta penduduk Indonesia merupakan angkatan kerja dengan tingkat pengangguran relatif terhadap total tenaga kerja sebesar 5.5%. Adapun pengangguran absolut pada tahun 2017 sebesar 7%. Dari data tersebut sekitar 1,9 juta orang di antaranya adalah mereka yang menyandang predikat lulusan SMU, 1,6 juta orang adalah lulusan SMK dan 619 ribu ialah lulusan universitas atau sarjana. Bahkan, pada Februari 2018 pengangguran untuk lulusan sarjana mengalami peningkatan menjadi 789 ribu orang.
M. Rosyid Hidayat (2014) menyoroti tingginya tingkat pengangguran sarjana di Indonesia dengan simpulan bahwa tingginya jumlah pengangguran sarjana disebabkan oleh keterampilan yang rendah dan ketidaksiapan mental untuk memasuki dunia kerja. Selain itu, pengangguran juga disebabkan oleh kurangnya jumlah lapangan pekerjaan padat karya yang menyerap tenaga kerja.
Penyebab Meningkatnya Pengangguran Terdidik
Sejatinya gelar sarjana tidak otomatis membuka jalan meraih pekerjaan. Peningkatan jumlah pengangguran terdidik atau intelektual di Indonesia dinilai oleh dua faktor. Pertama, kompetensi mahasiswa yang kurang. Kedua, jumlah lapangan pekerjaan yang menyediakan. kompetensi sesuai pendidikan tenaga kerja tidak terlalu banyak. Di sisi lain, tenaga kerja kurang melakukan inovasi untuk melangkah. Banyak calon tenaga kerja yang hanya terpaku pada pekerjaan sektor formal, misal di kantoran dan mendapat gaji yang besar. Padahal, banyak sektor yang dapat digali dan berpotensi menjadi sumber lapangan pekerjaan.
Hubungan Pengangguran dan Kematangan Karier
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Azhar (2006) banyaknya jumlah pengangguran terdidik merupakan indikator ketidakmatangan karier di Indonesia. Lebih lanjut, fakta lapangan juga menunjukkan bahwa 52,8% dari responden pada objek yaitu mahasiswa Universitas Padjajaran berada pada kategori belum matang untuk menghadapi dunia kerja. Sementara itu, sisanya yaitu sebanyak 47,2% telah berada pada taraf matang. Sejalan dengan hal tersebut, perlu dilakukan solusi yang memberikan tawaran kegiatan berjenjang yang dapat mengakselerasi kematangan untuk anak-anak, remaja, hingga dewasa.
Macam kegiatan Non-Formal Project Movement diantaranya:
- Kegiatan beginner
Kegiatan yang diadakan untuk anak kategori taman kanak-kanak atau sekolah dasar dengan rentang usia 5 – 12 tahun. Kegiatan ini menekankan pada hiburan dengan menanamkan karakter pada anak. Kegiatan yang telah diselenggarakan di antaranya Cooking Class, Gemar Menabung, dan kegiatan lainnya.
- Kegiatan intermediate
Kegiatan ini dikhususkan untuk anak SMP hingga SMA dengan usia 12 – 18 tahun. Kegiatan mulai difokuskan untuk menemukan passion yang diinginkan. Real output dari tujuan ini adalah kegiatan Edutrip for Teen, yang mengemas jalan-jalan santai sambil belajar untuk mengenali potensi diri.
- Kegiatan advance
Kegiatan ini merupakan kegiatan yang diperuntukkan bagi mereka yang telah sukses dengan passion-nya. Agenda yang diselenggarakan berupa diskusi, focus group discussion, dan berbagai kegiatan lain yang membantu tim untuk memperbarui ide dan menemukan solusi kreatif lain untuk kesuksesan proyek sekaligus menumbuhkan jiwa wirausaha dengan kelas yang dapat memicu penciptaan lapangan kerja baru, seperti kelas memasak, kelas kecantikan, kelas kerajinan, dan yang lainnya.
Proses dalam mendampingi setiap jenjang umur dalam perkembangannya diharapkan mampu menjadi motivasi bagi setiap calon angkatan kerja untuk menemukan passion atau bakat dalam dirinya, dengan wadah perkumpulan positif yang akan lahir pemikiran dan perencanaan yang baik pula.
Akhirnya, permasalahan pengangguran di Indonesia menjadi hal yang harus secepatnya ditangani. Bukan melulu solusi datang dari atas untuk mengawal, melainkan ada kalanya gerakan dari bawah diharapkan mampu memberikan stimulus untuk perbaikan.
Referensi
Azhar. 2006. Gambaran Kematangan Karier pada Mahasiswa Universitas Padjajaran.
Badan Pusat Statistik. 2017. Tingkat Pengangguran Terbuka. https://www.bps.go.id/pressrelease/2017/11/06/1377/agustus-2017–tingkat-pengangguran-terbuka–tpt–sebesar-5-50-persen.html. Diakses pada 19 Agustus 2018
Hidayat, M. Rosyad. 2014. Analisis Tingginya Pengangguran Sarjana di Indonesia.
Widiyanti. Analisis Pengangguran di Yogyakaarta. e-journal.uajy.ac.id/1593/2/1SOS02324.pdf.
Hidayat, M. Rosyad. 2014. Analisis Tingginya Pengangguran Sarjana di Indonesia