Menyingkap Rahasia Aktivitas Vulkanik di Satelit Planet Jupiter

Kita telah tahu bahwa aktivitas vulkanik merujuk pada proses terjadinya erupsi dari gunung berapi atau titik panas di permukaan bumi […]

Kita telah tahu bahwa aktivitas vulkanik merujuk pada proses terjadinya erupsi dari gunung berapi atau titik panas di permukaan bumi dan menyebabkan keluarnya lava, abu vulkanik, gas, dan material panas lainnya dari kepundan vulkanik ke permukaan bumi. Aktivitas vulkanik terjadi karena adanya tekanan dalam yang disebabkan oleh penumpukan magma di bawah kerak bumi. Magma ini terbentuk ketika batuan di bawah permukaan bumi meleleh. Saat tekanan dalam meningkat dan tak tertahankan, magma akan mencapai permukaan melalui saluran vulkanik secara eksplosif atau melalui aliran lava.

Proses erupsi vulkanik dapat bervariasi dari letusan yang kuat dan merusak hingga erupsi yang lebih tenang dan menghasilkan aliran lava. Aktivitas vulkanik juga dapat menyebabkan fenomena seperti letusan bahan-bahan piroklastik (misalnya abu vulkanik), pembentukan kaldera (rongga besar akibat kegagalan struktural), pelepasan gas melalui ventilasi fumarol atau sumur hidrotermal, serta gempa vulkanik.

Aktivitas vulkanik memiliki dampak yang signifikan pada lingkungan sekitarnya. Erupsi vulkanik dapat menghasilkan aliran lava yang dapat meluluhlantakkan daerah di sekitarnya. Abu vulkanik dapat tersebar luas dan mengganggu penerbangan, mengganggu cuaca, dan mempengaruhi kualitas udara. Gas vulkanik yang dilepaskan juga dapat menjadi bahaya kesehatan bagi manusia dan hewan.

Namun, aktivitas vulkanik juga memiliki aspek positif. Permetalan di lahar vulkanik menyediakan tanah yang sangat subur bagi pertanian. Proses erupsi juga dapat membentuk pulau-pulau baru dan menciptakan inovasi geologi yang penting.

Pemahaman tentang aktivitas vulkanik adalah kunci dalam mengelola risiko dan melindungi masyarakat yang berada di lingkungan vulkanik aktif. Dengan mempelajari pola dan tanda-tanda prakiraan erupsi, para ilmuwan dapat memberikan peringatan dini dan bantuan yang diperlukan bagi komunitas yang terdampak oleh erupsi vulkanik.

Apakah aktivitas vulkanik juga bisa terjadi di planet lain selain Bumi?

Jawabannya adalah “iya”

Vulkanisme telah diamati di berbagai planet dan satelit di Tata Surya kita, seperti Jupiter’s Moon Io, Mars, Venus, dan Bulan di sekitar planet Saturnus, Enceladus. Planet atau bulan dengan aktivitas vulkanik menunjukkan bahwa mereka memiliki aktivitas geologis yang signifikan di permukaannya dan masih memiliki aktivitas mendalam seperti pencairan atau pengaliran material yang terkait dengan magma di bawah permukaannya. Contohnya, Io di sekitar Jupiter memiliki banyak gunung berapi aktif yang mengeluarkan material vulkanik di permukaannya. Mars juga memiliki petunjuk aktivitas geologis yang mengindikasikan adanya erupsi vulkanik di masa lalu. Venus memiliki gunung berapi dengan lalu lintas lava yang luas. Fenomena ini menunjukkan bahwa bahkan di luar Bumi, geologi planet dan satelit bisa melibatkan aktivitas vulkanik yang mempengaruhi evolusi dan kondisi permukaan.

Akhir-akhir ini NASA dikabarkan akan menyelidiki sumber aktivitas vulkanik di satelit Planet Jupiter, Io. Penyelidikan ini merupakan rangkaian dari misi Juno yang merupakan penelitian NASA untuk Jupiter. Hal ini diungkapkan Kepala Investigator NASA untuk misi Juno, Scott J. Bolton. Ia menjelaskan bahwa misi Juno akan melepas wahana untuk melakukan penerbangan terdekat ke satelit planet Jupiter, Io. Penerbangan ini menjadi penerbangan wahana ruang angkasa terdekat dengan satelit planet Jupiter Io selama lebih dari 20 tahun.

“Dengan dua kali penerbangan jarak dekat yang kami lakukan pada bulan Desember dan Februari, Juno akan menyelidiki sumber aktivitas vulkanik besar-besaran di satelit planet Jupiter, Io. Apakah terdapat lautan magma di bawah keraknya, dan pentingnya gaya pasang surut dari Jupiter, yang tanpa henti menekan bulan yang tersiksa ini,” kata Bolton dalam sebuah publikasi resmi NASA.

Wahana NASA tersebut nantinya akan mengambil jarak 1.500 km dari permukaan Io. Dengan jarak tersebut, NASA berharap instrumen yang dibawa wahana ruang angkasa misi Juno dapat menghasilkan sejumlah data. Misi mendekati Io dalam jarak yang cukup dekat ini nantinya akan dilakukan dua kali pada 30 Desember 2023 dan 3 Februari 2024. Sebelumnya, wahana tersebut berada di jarak 11.000 km dari permukaan Io. Dari jarak itu NASA memperoleh hasil penginderaan awal Io. Terdapat gambaran mengenai bagian kutub utara dan selatan dari Io. Selain itu, wahana milik misi Juno juga mendapat gambaran mengenai satelit-satelit es milik planet Jupiter seperti Ganymede dan Europa.

Saat ini, misi Juno sudah memasuki tahun ketiga dan bertujuan untuk menyelidiki asal-usul planet Jupiter. Misi ini berfokus pada penjelajahan sistem cincin Jupiter yang di dalamnya terdapat beberapa satelit planet tersebut dan unsur gas termasuk Io. Dalam misi Juno, NASA memiliki kamera yang dapat mengambil penginderaan inframerah bernama Junocam yang dilengkapi teknologi Jovian Infrared Auroral Mapper (JIRAM). Penginderaan dengan JIRAM mengumpulkan berbagai tanda panas di permukaan Jupiter. Wahana ruang angkasa NASA dalam misi ini akan membawa tiga Junocam yang aktif selama wahana terbang melintasi Io. Junocam dirancang beroperasi hingga delapan kali terbang melintasi Jupiter. Manajer Misi Juno, Ed Hirst memprediksi bahwa penerbangan ke Io merupakan lingkungan dengan radiasi paling berat di tata surya. Ia juga mengungkapkan bahwa timnya dalam misi Juno akan mencari solusi yang dapat meminimalisir kerusakan pada Junocam akibat radiasi tersebut.

“Efek kumulatif dari semua radiasi tersebut mulai terlihat pada JunoCam dalam beberapa orbit terakhir. Tim teknik kami telah berupaya mencari solusi untuk mengurangi kerusakan akibat radiasi dan menjaga agar pencitraan tetap berjalan,” ungkapnya.

REFERENSI:

  1. Glossary – Phreatomagmatic eruption”USGS: Volcano Hazard Program. U.S. Geological Survey.
  2. Houghton, Bruce; White, James D. L.; Van Eaton, Alexa R. (2015-01-01). Sigurdsson, Haraldur, ed. The Encyclopedia of Volcanoes (Second Edition) (dalam bahasa Inggris). Amsterdam: Academic Press. hlm. 538. doi:10.1016/b978-0-12-385938-9.00030-4ISBN 978-0-12-385938-9.
  3. “Glossary – Phreatic eruption”USGS:Volcano Hazard Program. U.S. Geological Survey. 2015-12-23.
  4. Summerfield, Michael A. (2014-05-12). Global Geomorphology (dalam bahasa Inggris). Routledge. hlm. 113. ISBN 978-1-317-88511-5.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top