Pastinya kita sering melihat mendiang Ratu Elizabeth II hadir dalam setiap acara kenegaraan menggunakan perhiasan. Diketahui mendiang Ratu Elizabeth II menyukai perhiasan dari mutiara. Alasannya karena perhiasan mutiara ini sering digunakan oleh ibu dan neneknya dahulu. Bahkan saat pemakaman Ratu Elizabeth II, para anggota keluarga kerajaan menggunakan perhiasan mutiara sebagai simbol kesedihan berduka.

Tahukah kamu, mutiara sebenarnya adalah bentuk dari iritan yang dihasilkan oleh tiram. Mutiara termasuk perhiasaan berharga dilihat dari proses pembentukan dan warnanya yang khas. Bagaimana proses pembentukan mutiara dari tiram? Bagaimana potensi laut Indonesia terhadap mutiara? Apakah kehadiran mikroplastik menjadi sumber masalah? Semua itu dijelaskan dalam artikel berikut:
- Trend Perhiasan Mutiara di Dunia
- Mutiara Lombok Primadona Indonesia
- Mutiara: Iritan yang Berharga dari Tiram
- Ternyata Mutiara hanya Konkresi Karbonat
- Bagaimana jika Iritan itu Mikroplastik?
- Berarti kalau yang masuk mikroplastik gimana?, mikroplastik-kan sekarang banyak ditemukan di lautan, tetap terbentuk gak mutiaranya?
- Referensi
Trend Perhiasan Mutiara di Dunia
Perhiasan mutiara yaitu jenis perhiasan berbahan mineral organik yang dihasilkan oleh tiram sebagai respons terhadap iritasi. Mutiara dikenal karena kilauan alaminya dan daya tarik estetikanya. Mutiara merupakan satu-satunya permata yang dihasilkan dari makhluk hidup. Berbeda dengan beberapa batu permata lainnya yang dihasilkan dari proses tambang. Berbagai jenis mutiara, baik air tawar maupun laut dapat digunakan untuk membuat berbagai perhiasan seperti tiara, kalung, gelang, anting-anting, cincin dan bros. Keaslian mutiara dan kualitasnya dinilai berdasarkan faktor-faktor seperti kilau, bentuk, ukuran, dan terutama ketebalan lapisan nakre.
Mutiara telah digunakan sebagai perhiasan selama lebih dari 6.000 tahun. Perhiasan mutiara sering kali dianggap sebagai simbol keanggunan dan keindahan klasik, dan menjadi pilihan yang populer untuk acara khusus atau sebagai warisan keluarga. Mendiang Ratu Elizabeth II lebih menyukai perhiasan mutiara dan sering dikenakan dalam berbagai acara kenegaraan. Begitu pula, Putri Wales sering dijumpai memakai perhiasan mutiara milik mendiang Putri Diana dan Ratu Elizabeth II. Beberapa artis dunia juga memilih perhiasan mutiara sebagai pelengkap tampilan saat performs maupun menghadiri penghargaan. Oleh karena itu, mutiara dikenal juga sebagai perhiasan lintas zaman.

Keindahan mutiara telah menjadi simbol keanggunan yang mempesona, bahkan telah menarik perhatian manusia selama berabad-abad. Namun, seiring dengan kepopuleran mutiara. Muncul kebutuhan yang lebih besar terhadap mutiara, sehingga perlu dilakukan budidaya. Teknologi budidaya mutiara ditemukan oleh Kokichi Mikimoto (1893), seorang ahli biologi laut dari Jepang. Mikimoto menemukan teknik pertama untuk membudidayakan tiram dan menghasilkan mutiara secara buatan di Pulau Ojima. Metode tersebut dilakukan dengan cara memasukkan nukleus buatan ke dalam tiram dan mengamati dengan seksama proses pembentukan mutiara. Mikimoto terus melakukan eksperimen dan penelitian dalam menghasilkan budidaya mutiara utuh pada tahun 1905. Semenjak itu, nama Mikimoto selalu dikaitkan dengan “Raja Mutiara”.

Mutiara Lombok Primadona Indonesia
Menurut data ITC Trademap 2022, Indonesia merupakan negara eksportir mutiara terbesar keempat di dunia, dengan nilai penjualan mencapai Rp825 miliar. Negara tujuan ekspor utama mutiara Indonesia adalah Jepang (47,6%), Hongkong (31,6%), dan Australia (18,9%). Menurut Asosiasi Budidaya Mutiara Indonesia (Asbumi), Indonesia telah menempati posisi ke-3 perdagangan mutiara di dunia. Adapun, daerah yang menjadi sentra produksi mutiara di Indonesia adalah perairan NTB dengan mutiara laut selatan dari spesies Pinctada maxima. Kemudian juga ada diperairan NTT, Bali, Sulawesi, Maluku dan Papua. Mutiara Lombok adalah salah satu mutiara terbaik di dunia, dan peminatnya selalu meningkat.
Perlu diketahui bahwa dalam proses budidaya mutiara ini menggunakan tiram yang telah berukuran 10 cm. Namun, ditahun 2017. Beberapa perusahaan pembenih mutiara mengalami kesulitan untuk mendapatkan sumber induk di alam. Hal ini tentunya sangat mengkhawatirkan bagi keberlanjutan bisnis mutiara di Indonesia. Agar keberlanjutan bisnis mutiara terus terjaga Pemerintah Indonesia melakukan restocking benih Pinctada maxima di beberapa perairan Indonesia.
Mutiara: Iritan yang Berharga dari Tiram
Mutiara terbentuk dalam tiram laut maupun tiram air tawar sebagai respons terhadap iritasi atau masuknya benda asing ke dalam mantel tiram. Masa pembentukan mutiara dalam tiram adalah selama 18 – 24 bulan. Semakin lama prosesnya maka semakin besar mutiara yang dihasilkan. Mutiara memiliki berbagai warna yaitu putih, merah muda, bronze, hitam, emerald, metal dan lainnya. Hanya saja mutiara yang dihasilkan tidak selalui berbentuk bulat seperti yang kita ketahui. Mutiara terbentuk secara alami umumnya berbentuk lonjong, sehingga diberi nama pearl seperti buah pir.
Adapun proses pembentukan mutiara dapat dijelaskan sebagai berikut:
- Iritasi Awal. Proses dimulai ketika suatu zat asing, seperti pasir, dan debu yang mengandung parasit, masuk ke dalam tiram dan menempel di permukaan lunak. Zat asing tersebut akan mendiami permukaan lunak yang bersifat sangat sensitive atau disebut mantel. Tiram kemudian bereaksi terhadap zat asing ini sebagai suatu iritasi.
- Pembentukan Lapisan Perlindungan. Guna melindungi diri dari iritasi, tiram mulai menghasilkan lapisan tipis yang terdiri dari; zat kapur kalsium (CaCO3) dan protein konkiolin yang disebut nacre atau mother-of-pearl. Lapisan ini dihasilkan oleh sel-sel mantel yang ada di dalam dinding dalam tiram.
- Akkresi Lapisan-lapisan. Seiring waktu, lapisan nacre terus ditambahkan, membentuk lapisan demi lapisan. Proses ini disebut akkresi. Akibat bertambahnya lapisan nacre, mutiara tumbuh dan berkembang di dalam tiram.
- Waktu dan Proses Alami. Proses pembentukan mutiara membutuhkan waktu yang bervariasi tergantung pada berbagai faktor seperti jenis tiram, kondisi lingkungan, dan ukuran mutiara yang diinginkan. Proses ini dapat memakan waktu beberapa bulan hingga beberapa tahun. Setelah mutiara mencapai ukuran yang diinginkan, tiram dapat dipanen untuk mendapatkan mutiara. Proses ini melibatkan pembukaan tiram dan pengambilan mutiara tanpa merusak atau menghancurkan cangkang. Tujuannya agar tiram dapat membentuk mutiara lagi, karena semakin tua usia tiram maka semakin bagus mutiara yang dihasilkan.
Ternyata Mutiara hanya Konkresi Karbonat
Mutiara adalah konkresi berkapur yang terbentuk dari pengendapan mineral (biomineralisasi) secara berlapis-lapis dan membentuk massa yang padat. Mutiara air laut dan mutiara air tawar terbuat dari bahan yang sama yaitu nakre pada tiram. Namun, perbedaan keduanya terletak pada warna yang mengikuti lapisan dalam cangkang tiram. Selain itu juga pada nakre. Mutiara dari air laut memiliki nakre yang tebal, sekitar 0.5-0.6 mm. Hal ini karena perairan laut memiliki kandungan karbonat yang lebih tinggi.

Lapisan pembentuk mutiara disebut sebagai nakre. Nakre terdiri dari serangkaian lapisan konkiolin dan kristal CaCO3 yang berselang-seling. Molekul CaCO3 dalam bentuk kristal yang dikenal sebagai aragonit. Konkiolin merupakan protein kompleks yang berfungsi untuk pengikat nakre dengan iritan. Warna khas mutiara disebabkan oleh rangkaian lapisan nakre. Hal ini disebut sebagai ‘orient’ yaitu efek warna-warni akibat lempengan mutiara yang tumpang tindih.
Bagaimana jika Iritan itu Mikroplastik?
Tiram mutiara termasuk spesies filter feeder yang memakan partikel-partikel organik di laut, seperti plankton dan detritus dengan menyaring air menggunakan insang. Proses ini secara alami memberikan manfaat dalam menjaga lingkungan dan keseimbangan ekosistem laut, misalnya dengan mengendalikan jumlah plankton dan menjaga kualitas air secara alami. Nah saat tiram mutiara memakan plankton, biasanya bersamaan masuknya iritan seperti pasir atau batu kecil. Namun, apakah pasir atau batu kecil tersebut dapat membentuk mutiara?, tentunya tidak. Jika hanya pasir atau batu kecil biasa saja tidak terbentuk mutiara. Mutiara dapat terbentuk jika iritan yang masuk mengandung parasit atau organisme yang memicu menganggu metabolisme tiram.
Berarti kalau yang masuk mikroplastik gimana?, mikroplastik-kan sekarang banyak ditemukan di lautan, tetap terbentuk gak mutiaranya?
Mikroplastik (MPs) merupakan polutan berbahaya yang tersebar luas dan mengancam lingkungan laut. MPs adalah partikel plastik yang telah terdegradasi hingga ukuran yang sangat kecil, biasanya berukuran 1 μm hingga 5 mm. Di bawah pengaruh dekomposisi ultraviolet, oksidasi, dan gerakan mekanis hidrolik, sampah plastik di laut mengalami pelapukan dan terpecah menjadi fragmen, yang akhirnya menjadi MPs. Berbeda dengan plastik pada umumnya, MPs lebih sulit terurai atau dicerna dalam rentang waktu singkat, sehingga semakin meningkatkan dampaknya serta semakin banyak jumlahnya di lautan.

Moluska laut, terutama bivalvia (tiram) dapat terkena paparan mikroplastik. Berdasarkan penelitian Han et al., (2020) ditemukan mikroplastik yang mendiami mantel pada kerang mutiara (Pinctada fucata) menyebabkan hambatan dalam proses biomineralisasi. Cangkang tiram dan mutiara terbentuk melalui biomineralisasi. Biomineralisasi adalah proses di mana organisme menghasilkan mineral padat yang tersusun menggunakan ion terlarut yang terdistribusi secara acak dan melibatkan berbagai molekul biologis, terutama protein.
Apabila terdapat mikroplastik yang mendiami mantel kerang, maka terjadi gangguan dalam biomineralisasi. Mikroplastik dengan ukuran yang sangat kecil dapat mendiami sel mantel selama 96 hari. Akibatnya terjadi kerusakan pada gen yang menyebabkan penghambatan pertumbuhan kristal CaCO3. Terhambatnya pertumbuhan kristal CaCO3 berdampak pada lapisan cangkang tiram dan pembentukan mutiara. Diketahui dari penelitian Han et al., (2020) mikroplastik yang menempel di mantel tiram mutiara, menyebabkan kecacatan pada lapisan mutiara hingga gagal terbentuknya mutiara. Jika hal ini dibiarkan terus menerus, maka bukanlah suatu kemustahilan bahwa generasi di masa depan tidak akan lagi berjumpa dengan mutiara (punah).
Tentunya dalam meningkatkan bisnis mutiara di Indonesia, tidak hanya melakukan restocking benih Pinctada maxima tetapi juga dapat dengan menjaga kelestarian perairan laut.
Referensi
Collado, G.A., Valladares, M.A., Suarez, C., Saguel, M., and Cabello-Guzman, G., 2023, Shape, Microstructure, and Chemical Composition of Pearls from the Freshwater Clam Diplodon chilensis Native to South America, Animals, 13(13), 2231. DOI: https://doi.org/10.3390/ani13132231
Han, Z., Jiang, T., Xie, L., and Zhang, R., 2022, Microplastics impact shell and pearl biomineralization of the pearl oyster Pinctada fucata, Environmental Pollution, 293, 118522. DOI: https://doi.org/10.1016/j.envpol.2021.118522
https://www.vogue.co.uk/gallery/kate-middleton-queen-elizabeth-ii-jewellery (Diakses pada: 01/03/2024).
https://www.youtube.com/watch?v=UU9Bp22q88w “Tiram membuat Mutiara untuk Bertahan Hidup, Ini Alasannya”. (Diakses pada: 01/03/2024).
Setiawan, O., 2024, “Transformasi industri mutiara, perhiasan laut yang mendunia”. (Diakses melalui: https://allfishnews.com/transformasi-industri-mutiara-perhiasan-laut-yang-mendunia/ , pada 01/03/2024).
Silalahi, T.J.P., Kalesaran, O.J., Lumenta, C., Mingkid, W.M., Ngangi, E.L.A., 2022, Karakteristik morfometrik kerang mutiara Pinctada margaritifera di Perairan Arakan, Mantehage Bango dan Talengan Provinsi Sulawesi Utara untuk kelayakan budidaya, Budidaya Perairan, 10(1), 10-20.