Sinusitis, atau terkenal dengan istilah medis rhinosinusitis, adalah peradangan pada mukosa sinus paranasal yang sering disertai inflamasi pada mukosa hidung. Kondisi ini merupakan salah satu alasan paling umum kunjungan ke dokter umum dan sering menyebabkan morbiditas yang signifikan, termasuk absensi kerja. Artikel ini akan menyajikan pembahasan mengenai penyebab, gejala, dan pendekatan manajemen sinusitis.
Penyebab, Jenis, dan Gejala Sinusitis pada Umumnya
Hal yang memicu sinusitis biasanya berupa infeksi virus saluran pernapasan atas, dengan hanya sekitar 2% kasus berkembang menjadi infeksi bakteri. Penyebab lainnya meliputi alergi, kelainan anatomi seperti deviasi septum atau konka hipertrofik, merokok, diabetes, serta infeksi gigi. Berdasarkan durasi, sinusitis terbagi menjadi:
- Akut: Gejala berlangsung kurang dari 4 minggu.
- Subakut: Berlangsung 4-12 minggu.
- Kronis: Bertahan lebih dari 12 minggu.
- Eksaserbasi akut sinusitis kronis: Perburukan gejala yang membaik setelah pengobatan​.
Gejala utama sinusitis meliputi hidung tersumbat, nyeri atau tekanan pada wajah, hilangnya indera penciuman, dan rinorea (keluar cairan dari hidung atau tetesan postnasal). Gejala lain yang mungkin muncul adalah demam, malaise, sakit gigi atas, atau rasa sakit saat membungkuk​.
Baca juga: Tips Aman Menggunakan Obat Inhalasi untuk Penyakit Pernapasan
Pengobatan Sinusitis Akut
Sebagian besar kasus sinusitis akut akan sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan. Penanganan utama berfokus pada mengurangi gejala dengan menggunakan:
- Analgesik: Untuk meredakan nyeri.
- Semprotan steroid intranasal: Dapat membantu mengurangi inflamasi.
- Dekongestan dan larutan salin: Berguna untuk membersihkan rongga hidung​.
Baca juga: Analgesik Alternatif dari Nuklir Sebagai Pengganti Morfin Bagi Penderita Kanker
Anjuran penggunaan antibiotik hanya pada kasus tertentu, seperti gejala berat atau memburuk setelah lima hari. Obat pilihan meliputi amoksisilin, atau kombinasi dengan klavulanat. Penggunaan obat-obatan ini tentunya harus melalui rekomendasi tenaga kesehatan terkait.
Sinusitis Kronis
Sinusitis kronis adalah peradangan yang berlangsung lebih dari 12 minggu pada mukosa sinus. Kondisi ini sering menyebabkan gangguan kualitas hidup akibat gejala yang persisten seperti hidung tersumbat, nyeri wajah, postnasal drip, dan penurunan penciuman. Berikut adalah pembahasan penyebab, karakteristik, dan strategi penanganannya.
Penyebab dan Gejala Sinusitis Kronis
Penyebab sinusitis kronis meliputi kombinasi faktor anatomi, imunologis, dan mikrobiologis. Salah satu mekanisme utama yang menyebabkan gangguan fungsi tubuh ini adalah penyumbatan ostium sinus yang mengganggu drainase dan aerasi, sehingga menyebabkan akumulasi lendir dan infeksi sekunder. Adapun faktor pendukung lainnya meliputi:
- Kelainan Anatomi: Variasi seperti deviasi septum, konka bulosa, dan polip hidung dapat mempersempit ostium sinus.
- Gangguan Mukosilier: Pada fibrosis kistik atau sindrom silia imobil, terjadi gangguan mukosa dan meningkatkan risiko infeksi kronis.
- Inflamasi Non-Infeksius: Sering melibatkan eosinofil dan sel T limfosit yang memproduksi interleukin-5, terutama pada sinusitis dengan polip.
Pasien dengan polip nasal juga sering mengalami tekanan pada wajah dan anosmia. Gejala sering kali lebih persisten daripada sinusitis akut.
Penanganan Sinusitis Kronis
Berikut adalah beberapa langkah untuk menangani kondisi sinusitis kronis:
Pengobatan Medis
- Kortikosteroid Intranasal: Pengobatan utama untuk mengurangi inflamasi pada sinusitis dengan atau tanpa polip.
- Irigasi Salin: Membantu membersihkan rongga hidung dari lendir dan alergen.
- Antibiotik: Bermanfaat untuk infeksi bakteri sekunder, biasanya dalam jangka panjang (4–6 minggu). Pemilihan antibiotik meliputi cakupan terhadap bakteri anaerob dan aerob.
- Kortikosteroid Oral: Bermanfaat dalam kasus inflamasi berat atau refrakter, dengan dosis yang diawasi ketat untuk mencegah efek samping sistemik.
Intervensi Bedah
Operasi sinus endoskopik perlu bagi pasien yang tidak merespon terapi medis maksimal. Prosedur ini bertujuan memperbaiki ventilasi sinus dan menghilangkan polip atau jaringan yang menghambat drainase alami.
Sinusitis Jamur Alergi
Penyebab dari subtipe sinusitis kronis ini adalah reaksi alergi terhadap spora jamur. Penanganan melibatkan pembersihan sinus secara bedah, kortikosteroid sistemik, dan terapi alergi.
Pencegahan dan Prognosis
Pencegahan sinusitis kronis mencakup pengendalian alergi, menghindari paparan iritan seperti asap rokok, dan pengobatan tepat ketika mengalami sinusitis akut. Prognosis bergantung pada tingkat keparahan penyakit, respon terhadap terapi medis, dan keberhasilan operasi bila perlu. Pada banyak kasus, pengobatan memerlukan kombinasi pendekatan jangka panjang untuk mengelola gejala dan mencegah kekambuhan.
Pendekatan Pengobatan Satu Tahap pada Silent Sinus Syndrome
Silent Sinus Syndrome (SSS) adalah kondisi langka dengan tanda adanya kolaps unilateral sinus maksila, yang sering kali menyebabkan enophthalmos (mata terlihat tenggelam) dan deformitas wajah. Sebuah penelitian oleh D’Ecclesia et al. menggambarkan efektivitas pendekatan pengobatan satu tahap pada seorang pasien SSS, memberikan wawasan penting untuk manajemen kondisi ini​.
Kasus Silent Sinus Syndrome
Seorang wanita berusia 58 tahun dengan riwayat obstruksi hidung bilateral, sinusitis berulang, dan sakit kepala, gagal merespon terapi konservatif medis seperti irigasi hidung dan kortikosteroid intranasal. Pemeriksaan fisik dan endoskopi hidung menunjukkan adanya deviasi septum hidung, hipertrofi turbinat inferior, dan dinding medial sinus maksila kiri yang terindentasi. CT scan menunjukkan hipopneumatisasi sinus maksila kiri tanpa obstruksi pada kompleks osteomeatal​.
Berdasarkan kondisi ini, tim medis memutuskan melakukan pendekatan bedah satu tahap yang meliputi uncinectomy, antrostomi sinus maksila kiri, septoplasti, dan turbinoplasti. Langkah ini bertujuan untuk memulihkan ventilasi sinus dan mencegah progresi deformitas​.
Hasil Pascaoperasi
Ternyata prosedur berhasil tanpa komplikasi. Dua bulan pascaoperasi, evaluasi endoskopi menunjukkan ventilasi sinus yang baik. Tidak ada episode sinusitis berulang, dan kondisi ini bertahan dalam pemeriksaan lanjutan. Enophthalmos ringan tidak memburuk setelah enam bulan pascaoperasi, sehingga kondisi ini menyiratkan tidak memerlukan prosedur tambahan untuk menghindari paparan radiasi dari CT scan lebih lanjut​.
Pentingnya Pengobatan Satu Tahap
Penyebab SSS sering terjadi karena obstruksi kompleks osteomeatal yang menghasilkan tekanan negatif dalam sinus maksila, memicu kolaps dinding sinus dan deformitas orbit. Pendekatan satu tahap yang menggabungkan antrostomi endoskopik dan koreksi anatomi seperti septoplasti memberikan solusi efektif untuk memperbaiki ventilasi sinus dan mencegah progresi gejala​.
Literatur menunjukkan bahwa sebagian besar kasus SSS dapat ditangani dengan pendekatan bedah fungsional (FESS). Namun, beberapa kasus mungkin memerlukan perbaikan deformitas orbital dalam pendekatan satu atau dua tahap. Penelitian ini menegaskan bahwa dalam kasus SSS dengan enophthalmos ringan, pendekatan satu tahap yang konservatif cukup efektif tanpa memerlukan operasi tambahan pada lantai orbit​.
Referensi
Ah-See, K. W. and Evans, A. S. 2007. Sinusitis and its management. Diakses pada 8 Desember 2024 dari https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC1800997/pdf/bmj-334-7589-cr-00358.pdf
Hamilos, D. L. 2000. Chronic sinusitis. Diakses pada 8 Desember 2024 dari https://www.jacionline.org/article/S0091-6749(00)40508-7/fulltext
D’Ecclesia, et al. 2024. A Single-Stage Procedure for Correction of Silent Sinus Syndrome: A Case Report About Our Experience. Diakses pada 8 Desember 2024 dari https://www.mdpi.com/2673-351X/8/2/9