Penemuan Fenomenal itu dari Indonesia! (Trompet Ngomong)

Jika penemuan fenomenal biasanya dianalogikan dengan negara maju, orang-orang berpendidikan tinggi, dan membutuhkan biaya yang sangat mahal. Pada tulisan ini, […]

blank
hqdefault
Bapak Mat Husen dalam Acara Talkshow

Jika penemuan fenomenal biasanya dianalogikan dengan negara maju, orang-orang berpendidikan tinggi, dan membutuhkan biaya yang sangat mahal. Pada tulisan ini, analogi-analogi tersebut tidaklah diterima dan salah besar. Penemuan fenomenal dapat berasal dari negara berkembang (Indonesia) bahkan dikabarkan akan bangkrut (link),  tidak berpendidikan tinggi (petani dan pedagang keliling), dan memutuhkan biaya yang sangat murah (bahan dasar sangat mudah ditemui disekitar yakni plastik dan dijual dengan harga Rp. 5000). Dan yang paling penting penemuan ini sangatlah sederhana, tetapi  impactnya luar biasa besar, penemuan tersebut adalah Trompet Ngomong. Berikut adalah videonya.

http://www.youtube.com/watch?v=uXhmmlgHA1E

Tersedia dalam 3 pilihan nada, yakni rendah, sedang, dan tinggi, penemu dari alat ajaib (trompet ngomong) tersebut adalah Mat Husen asal desa Bantengmati Rw 03, kecamatan Mijen, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Letak fenomenalnya adalah penemuan tersebut dapat menjadi media komunikasi bagi penyandang tuna wicara dan penderita kanker pita suara. Mereka masih menggunakan “bahasa simbol”, berupa gerak tubuh, bahasa isyarat, ekspresi wajah dan kontak mata. Dengan demikian,mereka hanya dapat berkomunikasi dengan sesama orang yang mengerti arti dan makna bahasa simbol tersebut. Hal itulah yang menjadi penghalang hubungan antara penyandang tuna wicara dengan orang non tuna wicara. Padahal menurut Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyajikan data disabilitas dalam Chakim 2015 dengan kategori kecacatan di Indonesia berjumlah 2.126.998 jiwa, dengan penyandang tuna wicara mencapai 151.427 orang (Simarmata,2013: 1 dalam Chakim, 2015). Angka tersebut menunjukan masih banyaknya penyandang tuna wicara yang hingga saat ini masih menggunakan bahasa simbol. Kemampuan berkomunikasi mereka berdampak pada kehidupan sosial, seperti dikucilkan, diejek, dan juga dianggap tidak bisa bersaing dengan orang-orang yang “normal”. Permasalahan utamanya adalah bagaimana mereka bisa berkomunikasi dengan orang yang normal menggunakan bahasa yang sama. Dengan demikian, penggunaan bahasa simbol masih dirasa sulit untuk dimengerti. Hal lain juga disampaikan oleh Hardjana (2003) dalam Chakim (2015) yang mengatakan bahwa banyak gagasan, pemikiran, perasaan, dan sikap yang tidak mampu lagi diungkapkan dan disampaikan dengan bahasa simbol atau non-verbal.

Alat bantu komunikasi berupa teknologi yang dirancang khusus bagi penyandang tuna wicara diantaranya adalah  SpeakNow. Namun, pada dasarnya aplikasi tersebut hanya memainkan kembali katakata yang sudah ada di dalam sistem (sampling). Sehingga kata-kata yang belum terdapat di dalamnya tidak bisa dimainkan. Hal ini menjadi pembatas dalam menggunakan aplikasi ini. Selain itu ada juga software bernama “Balabolka Text to Speech” yang memungkinkan pengguna untuk mengetik tulisan, kemudian membunyikannya sesuai kalimat yang
sudah diketik. Alat ini tergolong simpel dengan fitur yang ada. Namun intonasi pembacaan yang dihasilkan masih cenderung seperti robot, sehingga terdengar kaku dan gaya suara yang dihasilkan tidak bisa diatur seperti yang kita mau. Seperti jika digunakan dalam memanggil seseorang, biasanya huruf vokal terakhir dipanjangkan. Kata “bapak” akan diucapkan seperti “bapaaaak”. Fitur inilah yang tidak tersedia pada software tersebut, sehingga pencarian solusi ini masih dilakukan. Berikut adalah video Robot tiruan sistim kerja mulut yang dibuat di Jepang, dapat dibayangkan kesusahan untuk memainkannya.

Sedangkan berikut adalah alat fenomenal ciptaaan Indonesia yang dapat bicara, bernyanyi, bahkan mengaji.

[embedyt] https://www.youtube.com/watch?v=rCrGlvKS3Kk[/embedyt]

Bagaimana alat sesederhana tersebut dapat menciptakan usra/bunyi yang “ajaib”. berikut adalah rancang bangun/organologi terompet ngomong tersebut:

Untitled

 

Trompet ngomong ini dapat mereplika bunyi vokal (a, i, u, e, o) bahkan suara abjad dari a sampai z dengan berbagai variasi. Sehingga terdapat unsur unsur pembentuk suara yang memungkinkan pemain instrumen ini dapat memainkan gaya-gaya yang ingin diinginkannya. Seperti ekspresi-ekspresi yang biasa digunakan manusia untuk berkomunikasi. Sehingga terdapat indikasi bahwa alat tersebut fleksibel untuk dimainkan, bahkan Mat Husen mengatakan bahwa apapun yang ingin dikatakan bisa langsung diterapkan melalui media trompet ngomong ini. Berikut adalah prinsip kerja instrumen trompet ngomong dalam menghasilkan tiruan bunyi huruf vokal a, i, u, e, o.

Untitled

Instrumen trompet ngomong terdiri dari botol, peluit, dan permainan posisi tangan. Pada dasarnya, botol air mineral berukuran 1,5 liter mempunyai prinsip kerja yang sama dengan fungsi paru-paru yaitu menampung dan menekan udara. Kemudian peluit yang dipasang pada mulut botol mampu menggantikan fungsi pita suara sebagai sumber bunyi utama. Pada tahap ini, suara yang telah dihasilkan akan dikirim dan disempurnakan oleh posisi tangan dengan berbagai variasi hingga membentuk kata-kata. Proses pembentukan kata yang dilakukan oleh tangan pada instrumen trompet ngomong merupakan tiruan dari fungsi organ tubuh seperti bibir dan lidah. Dengan demikian, melalui proses yang memiliki kesamaan dalam prinsip kerjanya, instrument trompet ngomong juga dapat menghasilkan suara yang diatur sehingga mampu menghasilkan tiruan suara manusia. Dengan dasar suara a-i-u-e-o, pembentukan kata-kata menjadi lebih jelas. Penggunaan terompet secara manual ini juga dapat menghasilkan suara dalam berbagai variasi seperti pembentukan kata-kata yang dimainkan sesuai dengan ritme musik. Hasilnya, suara yang diproduksi akan terdengar seperti bernyanyi.

Contohnya pada pengucapan kata “bapak”, software ataupun aplikasi lainnya akan kesulitan dalam mengatur intonasi karena telah terprogram (melalui sample-sample). Intonasi sangat diperlukan untuk mengetahui apakah kata tersebut merupakan sebuah pernyataan, panggilan ataupun pertanyaan. Analisis berikut membuktikan bahwa intonasi yang dibangun oleh instrumen trompet ngomong, mempunyai sifat fleksibilitas dimana pengguna dapat mengatur intonasinya. Pengucapan kata “bapak” untuk sebuah panggilan akan terdengar seperti intonasi panggilan pada umunya, yaitu dengan memanjangkan suku kata “pak”. Namun hal ini tidak terdapat pada pada software
alat bantu lainnya, seperti “Balabolka Text to Speech”.

Untitled

 

Melihat potensi yang sangat besar dari penemuan fenomenal ini, akankah kamu tertarik untuk mengembangkannya?

Sumber :
  • LUQMANUL CHAKIM. 2015. POTENSI TROMPET NGOMONG SEBAGAI ALAT BANTU KOMUNIKASI PADA PENYANDANG TUNA WICARA. Disusun untuk Mengikuti Pemilihan Mahasiswa Berprestasi 2015. INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA

1 komentar untuk “Penemuan Fenomenal itu dari Indonesia! (Trompet Ngomong)”

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *