Sub-varian Covid terbaru ini telah menimbulkan kekhawatiran di Amerika Serikat karena menyebar dengan cepat. Beberapa kasus juga telah dicatat di Inggris.
Sampai saat ini belum ada deteksi sub-varian XBB.1.5 di Indonesia. Namun, para epidemiolog dari WHO mengungkapkan bahwa sub-varian baru ini memiliki kemampuan menular yang lebih tinggi dibandingkan sub-varian lain yang sudah ditemukan, dan sudah ditemukan di 28 negara di seluruh dunia.
Jadi, apa yang perlu Kalian ketahui tentang XBB.1.5?
Apa itu XBB.1.5 dan apa saja tandanya?
Covid varian XBB
Virus Corona varian XBB.1.5 adalah cabang dari varian Covid Omicron yang saat ini menjadi virus Corona paling dominan di seluruh dunia. Setelah muncul setelah varian Alfa, Beta, Gamma, dan Delta, Omicron memiliki kemampuan menyebar yang sangat baik dan telah menjadi varian virus Corona paling menular sejak akhir tahun 2021. XBB.1.5 diperkirakan memiliki gejala yang mirip dengan varian Omicron sebelumnya, tetapi masih terlalu dini untuk memastikannya. Banyak orang yang mengalami gejala seperti pilek jika terkena virus ini.
Apakah Lebih Berbahaya?
Ilustrasi Virus
Varian baru XBB.1.5 ini ditemukan pertama kali di India pada Agustus 2022 dan belum dikategorikan sebagai varian berbahaya oleh pihak kesehatan. XBB memiliki kemampuan untuk mengalahkan sistem kekebalan tubuh manusia, tetapi hal ini juga membuatnya kurang efektif dalam menginfeksi sel manusia. Profesor Wendy Barclay dari Imperial College London mengatakan bahwa XBB.1.5 memiliki mutasi yang disebut F486P, yang memungkinkan virus menghindari sistem kekebalan dan mengikat sel.
Perubahan ini merupakan “langkah maju” bagi virus untuk menemukan cara baru melewati sistem pertahanan tubuh. WHO memastikan bahwa XBB.1.5 memiliki “keunggulan dalam pertumbuhan“, namun tidak lebih berbahaya dari varian Omicron sebelumnya. WHO akan terus memantau data dan studi untuk memahami dampaknya terhadap pasien.
Apakah sudah menyebar di Indonesia?
Ilustrasi Virus Covid-19
Di Amerika Serikat, lebih dari 40% kasus Covid diduga disebabkan oleh sub-varian XBB.1.5, sehingga menjadi sub-varian yang paling dominan di negara tersebut. Pada awal Desember, XBB.1.5 hanya berkontribusi 4% pada jumlah kasus, tetapi dengan tingkat infeksi saat ini, sub-varian ini sudah lebih populer dibandingkan varian Omicron lainnya. Beberapa minggu terakhir, tingkat rawat inap di rumah sakit Covid juga telah meningkat di seluruh wilayah AS.
Sementara di Indonesia, sub-varian XBB.1.5 belum ditemukan. Varian yang saat ini paling banyak tersebar di Indonesia adalah XBB dan BA.5, menurut Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Siti Nadia Tarmizi. Surveilans genomik dan kasus masih dilakukan secara terus-menerus, kata Nadia. Meskipun beberapa negara mengalami peningkatan kasus Covid karena munculnya sub-varian baru, Indonesia sudah tidak membutuhkan hasil tes Covid bagi pelaku perjalanan luar negeri (PPLN).
Juru bicara Kementerian Kesehatan, Dr. Mohammad Syahril, mengatakan bahwa penemuan varian baru virus corona di Indonesia tidak menimbulkan gelombang infeksi baru. Sero survei yang dilakukan oleh Kemenkes bersama Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia pada Juli 2022 menunjukkan bahwa 98,5% warga Indonesia sudah memiliki antibodi SARS-CoV-2, baik dari infeksi maupun vaksinasi.
WHO mengatakan dalam sebuah rilis bahwa kemampuan sub-varian XBB untuk menyebar dan menimbulkan gelombang infeksi baru tergantung pada tingkat imunitas populasi dan cakupan vaksinasi Covid-19.
Tanggapan Ilmuwan mengenai Varian Ini
Penyuntikan Vaksin Covid-19
Profesor Barclay mengatakan bahwa dia tidak terlalu peduli tentang bagaimana virus mempengaruhi populasi yang sudah divaksinasi, namun ia khawatir tentang efeknya pada orang yang rentan, seperti mereka dengan gangguan sistem kekebalan tubuh yang kurang mampu memanfaatkan suntikan vaksin Covid.
Profesor Hunter menyatakan bahwa dia belum melihat bukti yang menunjukkan bahwa XBB.1.5 lebih mematikan. Artinya, kemungkinan virus membuat seseorang masuk rumah sakit atau meninggal lebih rendah dibandingkan dengan varian Omicron yang ada.
Profesor Heymann dari London School of Hygiene and Tropical Medicine mengatakan bahwa masih banyak yang harus diketahui tentang varian ini. Namun, dia menganggap bahwa varian tersebut tidak akan menimbulkan masalah besar di negara-negara dengan tingkat vaksinasi dan infeksi yang tinggi sebelumnya.
Sebaliknya, dia khawatir pada negara-negara seperti China yang memiliki tingkat penggunaan vaksin rendah dan tingkat imunitas alami yang rendah akibat lockdown yang lama. Profesor Heymann menyarankan bahwa China perlu membagikan informasi klinis tentang orang yang terinfeksi agar dapat melihat bagaimana varian ini berperilaku pada populasi yang tidak memiliki imunitas yang baik.
Referensi
Alodokter, https://www.alodokter.com/virus-kraken-xbb-1-5-varian-baru-virus-covid-19-yang-mudah-menular Diakses pada 13 Februari, 2023.
Everydayhealth, https://www.everydayhealth.com/coronavirus/xbb-1-5-is-now-the-top-covid-19-subvariant-in-the-us/ Diakses pada 13 Februari, 2023.