Adi Utarini adalah seorang ilmuan Indonesia yang telah mengabdikan dirinya untuk meningkatkan kesehatan masyarakat, terutama dalam bidang pengendalian penyakit menular. Dengan dedikasinya, Adi Utarini telah memberikan kontribusi yang berharga dalam upaya meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Perjalanan Karir
Adi Utarini lahir pada 4 Juni 1965 di Yogyakarta, Indonesia. Ia menyelesaikan pendidikan sarjana di Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada (UGM) pada tahun 1988 Setelah lulus, ia kemudian mendapat dua gelar S2, dari UCL Great Ormond Street Institute of Child Health, Inggris (1994) serta Universitas Umeå, Swedia (1997). Ia melanjutkan pendidikannya di Umeå untuk gelar doktor (S3). Penelitian doktoralnya di Umeå bertopik program pengendalian malaria di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Ia mendapat gelar doktor pada 2002. Setelah menyelesaikan pendidikan doktoralnya, Adi Utarini kembali ke Indonesia dan bergabung dengan Fakultas Kedokteran UGM sebagai dosen. Ia juga aktif terlibat dalam berbagai proyek penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan masyarakat.
Kontribusi dalam Kesehatan Masyarakat
Adi Utarini telah memberikan kontribusi yang signifikan dalam pengendalian penyakit menular, terutama malaria dan demam berdarah dengue (DBD), yang merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di Indonesia.
Dalam penelitiannya, Adi Utarini fokus pada pencegahan dan pengendalian penyakit melalui pendekatan berbasis masyarakat. Ia mengembangkan program penelitian dan intervensi yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat setempat untuk memerangi penyakit menular. Pendekatan ini melibatkan pelatihan dan pendidikan masyarakat tentang pencegahan, diagnosis, dan pengobatan penyakit, serta partisipasi dalam upaya pengendalian vektor penyakit.
Selain itu, Adi Utarini juga berperan dalam perancangan dan evaluasi kebijakan kesehatan di tingkat nasional. Ia berkontribusi dalam penyusunan panduan dan pedoman pengendalian penyakit menular, serta memberikan masukan kebijakan kepada pemerintah dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat.
Pengakuan dan Penghargaan
Adi Utarini telah mendapatkan pengakuan dan penghargaan atas karya dan kontribusinya dalam bidang kesehatan masyarakat. Ia meraih berbagai penghargaan, termasuk Penghargaan Achmad Bakrie Bidang Kesehatan pada tahun 2008 dan Penghargaan L’Oréal-UNESCO untuk Perempuan dalam Ilmu Pengetahuan pada tahun 2010.
Pada tanggal 15 September 2021, perusahaan media TIME melalui situs webnya time.com merilis 100 orang paling berpengaruh di tahun 2021 (THE 100 MOST INFLUENTIAL PEOPLE OF 2021). Seperti kita ketahui bersama, TIME adalah majalah Internasional yang diterbitkan di Amerika Serikat sejak tahun 1923. Masuk di majalah TIME terutama terpampang sebagai cover/sampul majalah merupakan suatu prestasi menurut beberapa media. Hal ini dikarenakan TIME digolongkan sebagai media yang paling berpengaruh dan prestisius di dunia [1].


Seseorang yang sedang disorot baik karena kontribusi atau karyanya, selain dijadikan sebagai sampul majalah TIME juga dapat masuk dalam kategori “100 Orang Paling Berpengaruh”. TIME setiap tahunnya merilis 100 orang paling berpengaruh, termasuk di tahun 2021 ini. Kabar baiknya adalah salah satu Profesor Kesehatan Masyarakat dari Universitas Gadjah Mada (UGM) masuk sebagai 100 orang paling berpengaruh di tahun 2021, beliau adalah Prof. Adi Utarini yang merupakan dosen di Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM. Beliau masuk dalam kategori Pioneer bersanding dengan Billie Eilish dan tokoh-tokoh lainnya.


Prof. Adi Utarini terpilih dikarenakan risetnya dengan peneliti Internasional yang tergabung di World Mosquito Program dalam memerangi demam berdarah dengue (DBD) [2]. DBD oleh WHO ditetapkan sebagai salah satu dari 10 ancaman terbesar bagi kesehatan dunia dan 400 juta orang terjangkit penyakit tersebut setiap tahunnya. Selain itu, Indonesia menempati peringkat 2 dalam total kejadian kasus DBD di dunia setelah Brazil [3]. Prof. Adi Utarini sendiri telah 2x terkena DBD.
Lebih spesifik, riset Prof. Adi Utarini bertujuan untuk mengurangi DBD melalui intervensi nyamuk yang mengandung bakteri Wolbachia. Wolbachia merupakan bakteri yang hidup secara alami dan bersifat parasit pada serangga (termasuk nyamuk) namun tidak berbaya bagi manusia. Bakteri Wolbachia dalam tubuh nyamuk Ae. Aegypti menyebabkan virus Dengue tidak dapat berkembang dalam tubuh nyamuk, sehingga nyamuk tidak dapat menularkan penyakit DBD. Apabila nyamuk betina ber-wolbachia (terdapat bakteri wolbachia) kawin dengan nyamuk jantan lain nonWolbachia akan menghasilkan keturunan nyamuk ber-wolbachia. Namun jika nyamuk jantan ber-wolbachia kawin dengan nyamuk nonwolbachia maka telurnya tidak akan bisa menetas [4].
Dalam penelitian yang dipimpin oleh Prof. Adi Utarini, diperoleh hasil efikasi nyamuk ber-Wolbachia cukup tinggi dalam menurunkan sebanyak 77,1% persen kasus DBD di Yogyakarta. Hasil penelitian tersebut bahkan telah dipublikasikan di jurnal Kedokteran terkemuka bernama The New England Journal of Medicine dengan judul paper “Efficacy of Wolbachia-Infected Mosquito Deployments for the Control of Dengue” [5].
Sebelumnya, Prof. Adi Utarini telah meraih banyak penghargaan seperti penghargaan Habibie Award pada tahun 2019, 10 orang yang menentukan perkembangan sains pada tahun 2020 versi Nature, dan penghargaan Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sebagai pelopor penelitian dengan teknik penggunaan nyamuk ber-Wolbachia yang bertujuan mengurangi penyebaran DBD di tahun 2021.
Kesimpulan
Adi Utarini adalah seorang ilmuan yang inspiratif dan berdedikasi dalam meningkatkan kesehatan masyarakat Indonesia. Melalui penelitian dan pengembangan program pengendalian penyakit menular, ia telah memberikan kontribusi yang berharga dalam upaya meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat. Adi Utarini merupakan contoh teladan bagi generasi muda untuk mengabdi dan berkontribusi dalam bidang kesehatan masyarakat.
Referensi
Profesor UGM Masuk Sebagai 100 Orang Paling Berpengaruh Tahun 2021 (warstek.com) diakses pada 9 Februari 2024.