Arli Aditya Parikesit, Ilmuwan Inisiator NiBTM (Episode 1)

Artikel ini ditulis berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Arli Aditya Parikesit. Dr. rer. nat Arli Aditya Parikesit merupakan salah satu pakar bioinformatika […]

blank

Artikel ini ditulis berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Arli Aditya Parikesit.

Dr. rer. nat Arli Aditya Parikesit merupakan salah satu pakar bioinformatika asal Jakarta. Bersama rekannya, Dito Anurogo (penulis) dan Taruna Ikrar, Arli mengembangkan riset NiBTM (Nano-neuroimmunobiotechnomedicine) atau bahasa awamnya adalah konstelasi pengetahuan lintas-multidisipliner yang memadukan antara kedokteran, nanoteknologi, neurosains, neurologi, imunologi, biomedis, biologi molekuler, dan teknologi terkini. Kajian NiBTM begitu holistik, komprehensif, dan multiperspektif.

Episode Pertama: Mutiara dari Indonesia

blankArli Aditya Parikesit merupakan seorang doktor bioinformatika lulusan Universitas Leipzig, Jerman. Studi doktoral tersebut disponsori beasiswa penuh oleh DAAD (Dinas Pertukaran Akademis Jerman). Arli juga masih tercatat sebagai anggota HKI (Himpunan Kimia Indonesia). Di Laboratorium Bioinformatika Universitas Leipzig, Arli menjadi satu-satunya anggota laboratorium yang berasal dari Asia Tenggara.

Selain membidangi bioinformatika, Arli juga seorang ilmuwan di bidang kimia dan vice editor-in-chief Netsains.com. Arli pernah meniti karir sebagai peneliti di Laboratorium Bioinformatika, Departemen Kimia, Universitas Indonesia. Saat ini, Arli berkarir sebagai kepala di Department of Bioinformatics, School of Life Sciences, Indonesia International Institute for Life Sciences (I3L). Berkat kepiawaiannya di dalam leadership dan manajemen, prodi yang dipimpinnya berhasil meraih akreditasi B dari Dirjen Dikti. Padahal I3L baru diresmikan pada tahun 2014. Profil resmi pria kelahiran 27 Juni 1979 ini dapat diakses di:  i3l.ac.id.

Tidaklah berlebihan jika penulis memberikan julukan Mutiara dari Indonesia kepada Arli. Arli pernah menjadi satu-satunya peneliti dari Asia Tenggara yang memberikan presentasi oral makalah hasil penelitian di forum bioinformatikawan paling bergengsi di Eropa, yaitu ‘German Conference of Bioinformatics 2010′ di kota Braunschweig, Jerman. Judul makalahnya adalah’ Quantitative Comparison of Genomic-Wide Protein Domain Distributions’.

Arli juga menjadi satu-satunya presenter dari Asia Tenggara pada seminar musim dingin ‘Institute of Theoretical Biochemistry, University of Vienna‘ di Bled, Slovenia, 2010, dengan tajuk presentasi ‘Domain Distribution of Transcription Factor’. Terakhir, Arli juga satu-satunya orang Indonesia yang mempresentasikan poster penelitiannya pada ‘Leipzig Research Festival 2010′, dengan judul poster ‘Quantitative Measurement of Genome-wide Protein Domain Co-occurrence of Transcription Factors’.

Dari sekian banyak publikasi Arli, topiknya adalah seputar NiBTM (Nano-neuroimmunobiotechnomedicine).

Prestasi lain yang juga diperoleh penulis adalah menjadi juara pertama pada Lomba penulisan pemanfaatan perangkat lunak sistem terbuka/Open Source Software (OSS) 2009, yang diselenggarakan oleh kementrian Ristek. Tulisannya telah diterbitkan oleh majalah Biskom, berjudul ‘Pendekatan multidisiplin dalam masyarakat untuk menggunakan OSS’.

Adapun sebagian karya tulisnya sudah menghiasi publikasi ilmiah internasional. Di antaranya ‘Detection of Protein Domains in Eukaryotic Genome Sequences. Proceedings of 5th Brazilian Symposium on Bioinformatics, BSB 2010, Rio de Janeiro, Brazil, August 31-September 3, 2010. Lecture Notes in Bioinformatic’ (sebagai author pertama) ,‘In Silico Analysis of Hemagglutinin, Neuraminidase, and Matrix2 of H5N1 Virus Indonesia Strain Related to Its High Pathgenicity. IIOABJ, 2010′ (sebagai co-author), dsb. Selain itu, tulisan-tulisannya sering menghiasi kolom telematika Detiknet. Arli juga memberikan kontribusi artikel sains populer pada Majalah Infokomputer, Biskom, PCPlus, dan Koran Sinar Harapan.

Visi Besar di Kota Besar

Nama panggilannya sederhana, yakni Arli. Lahir dan tinggal di kota besar, yaitu Jakarta. Sejak lahir, rumahnya di Gandaria Jakarta Selatan sudah berupa jalan besar. Namun ketika ayah Arli baru tinggal di sana, daerah itu masih berupa perkebunan dan hutan. Sejak kecil, Arli telah akrab dengan permainan elektronik, seperti: nintendo, sega, playstation, dan sejenisnya. Namun sekarang tidak lagi. Ditanya tentang pets, awalnya Arli tidak terlalu suka hewan peliharaan. Belakangan Arli memelihara kucing setelah dibujuk kakaknya.

Sewaktu SD, orangtua Arli membeli komputer IBM PC kompatibel untuk keperluan kerja mereka. Sejak saat itulah Arli kecil bersentuhan dengan IT, karena orangtua selalu memintanya untuk ‘mengoprek’ komputer. Tujuannya tidak lain adalah agar penggunaan PC tersebut selalu nyaman. Atas dukungan orangtua, Arli pun banyak belajar otodidak mengenai IT. Arli sejak SMP telah piawai sebagai ”teknisi komputer”.

Didorong visi dan intuisinya yang tajam, Arli merasakan bahwa untuk berkuliah bidang IT maka diperlukan basic di bidang matematika yang sangat kuat. Arli sadar kalau penguasaan atas Matematika biasa saja. Namun di sekolah, secara kebetulan nilai ilmu kimia Arli selalu bagus. Atas pertimbangan itulah, Arli memutuskan untuk mendalami bidang Kimia murni di Universitas Indonesia. Arli kecil melihat ini merupakan pilihan yang sangat tepat. Terbukti di kemudian hari, Arli dapat mendalami bioinformatika dan menjadi perintis NiBTM (Nano-neuroimmunobiotechnomedicine) bersama rekannya, Dito Anurogo dan Taruna Ikrar. (Bersambung – dr. Dito Anurogo, M.Sc.)

 

Disclaimer:

Tidak ada conflict of interest di dalam penulisan kisah inspiratif ini.

 

Baca juga kisah inspiratif lainnya: Christopher Farrel, Pelajar SMA Indonesia yang Meneliti Data Compression dan Diundang Google

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *