Christopher Farrel, Pelajar SMA yang Meneliti Data Compression dan Diundang Google

Christopher Farrel Millenio Kusuma, siswa SMA Negeri 8 ini pernah kebingungan ketika kuota internetnya sudah mau habis tapi “kebelet” ingin […]

blank

Christopher Farrel Millenio Kusuma, siswa SMA Negeri 8 ini pernah kebingungan ketika kuota internetnya sudah mau habis tapi “kebelet” ingin men-download sebuah game. “Kepikiran gimana caranya ngecilin datanya agar bisa download satu game saja,” ujar remaja berkacamata ini saat ditemui brilio.net di SMAN 8 Yogyakarta, Jumat (24/11). Berkat pengalaman kuota tipis itu, pelajar yang biasa dipanggil Farrel ini bisa main ke markas Google di Mountain View, Amerika. Penelitiannya berjudul “Data Compression using EG and Neural Network Algorithm for Lossless Data” membuat penasaran perusahaan raksasa IT tersebut.

Kedatangan anak pasangan Monovan Sakti Jaya Kusuma dan Hening Budi Prabawati ke “Negeri Paman Sam” bukan untuk berlibur, melainkan memenuhi undangan salah satu perusahaan kelas dunia, Google. Pengalaman diundang Google menjadi peristiwa bersejarah dalam hidup dan tidak pernah dapat dilupakan remaja yang bernama lengkap Christopher Farrel Millenio Kusuma.

blank

Christopher Farrel di Kantor Google dengan bendera Indonesia. Sumber: brilio.net

Ide penelitian yang mengantarkannya ke Google berawal dari hal sepele. Farrel ingin mengunduh sebuah game. Namun, kuota data yang dimilikinya terbatas. Waktu itu, Farrel masih duduk di kelas 1 SMA. “Awalnya itu ingin men-download game, tapi kuota terbatas, padahal saya ingin sekali main game itu. Lalu kepikiran, bagaimana caranya mengecilkan game itu, biar bisa main,” tuturnya sembari tertawa. Dari keinginannya main game tersebut, Christopher Farrel Millenio lalu mulai mencari di internet cara mengecilkan data. Dari pencariannya itu, remaja berusia 17 tahun ini menemukan data compression atau pemampatan data. “Saya iseng-iseng mencari lalu riset dan ternyata, data compressionbelum begitu berkembang, ya lalu muncul ide untuk meneliti karena dampaknya luas juga,” katanya. “Dari situ tau yang namanya Zip dan Rar. Gimana sih cara membuatnya? Kan itu tahun 90an semua, masa gak ada perkembangan?” ujarnya.

Zip dan Rar merupakan file kompresi yang memungkinkan beberapa file untuk dikumpulkan menjadi satu dengan ukuran yang lebih kecil. Zip dan Rar dapat memudahkan pemidahan file-file anda dalam satu paket. File tersebut juga akan lebih mudah dipindahkan karena ukurannya yang diperkecil atau dikompress. Format file Zip dan Rar seringkali digunakan orang-orang untuk membuat ukuran suatu file agar menjadi lebih kecil.

Setelah kurang lebih satu setengah tahun, remaja kelahiran Yogyakarta, 1 Januari 2000, ini berhasil menciptakan penelitian yang diberi judul “Data Compression Using EG and Neural Network Algorithm for Lossless Data”. Hasil penelitiannya itu lalu diajukan ke ajang kompetisi di Indonesia baik regional maupun nasional. Sebab, menurutnya, belum ada orang Indonesia yang meneliti secara khusus mengenai data compression,padahal dampak positifnya begitu besar. Namun, upayanya itu tidak membuahkan hasil. Diajukan sejak tahun 2016, proposal penelitian milik Farrel selalu ditolak. “Ya, kalau dihitung sampai 11 kali tidak diterima,” katanya.

Penolakan itu tidak membuat Farrel berkecil hati. Justru hal itu malah membuat semangat remaja berkacamata itu kian membara. Dia terus berusaha menyempurnakan penelitiannya baik dari sisi teori hingga penulisannya. Sebab, remaja kelahiran Yogyakarta ini yakin suatu saat penelitiannya akan diterima. “(Saya) tidak menyalahkan panitia, tetapi diri saya sendiri dan mengevaluasi. Mungkin cara saya menyampaikannya kurang tepat sehingga mereka sulit memahami, jadi terus disempurnakan sampai-sampai membuat delapan versi,” ujarnya.   “Thomas Alva Edison 1.000 kali gagal, mosok saya baru 11 kali terus menyerah. Untuk jadi Alva Edison saya butuh 989 kali mencoba, saya hitung terus dan masih lama, masih lama,” urainya.

Sampai suatu hari, Farrel melihat sebuah pengumuman dari Google di media online tentang lomba penelitian. Ia pun tidak ingin melewatkan kesempatan itu dengan mengajukan proposal ke perusahaan raksasa teknologi itu. “Namanya submit reset, saya sudah pasrah dan enggak mikir diterima. Eh, ternyata setelah satu minggu ada e-mail masuk, memberitahu kalau saya lolos,” kata Farrel.

Setelah proposalnya dinyatakan lolos, Farrel masih harus menjalani tes wawancara untuk memastikan penelitiannya adalah asli karyanya. Dalam wawancara itu, Farrel ditanya mengenai dasar pemikiran, teori, sampai dampak penelitiannya. “Saat dinyatakan lolos wawancara, satu yang saya pikirkan, yakni uang, karena tidak ada biaya akomodasi. Lalu saya hanya ada waktu dua minggu untuk mengurus surat-surat, termasuk mencari uang akomodasi. Tapi ternyata Tuhan memberi jalan, dapat sponsor dan mengurus visa bisa cepat, sampai akhirnya berangkat,” ujarnya.

Pada 15-20 Februari 2017, Farrel berada di kantor Google Mountain View, California, Amerika. Selama di kantor Google, Farrel mempresentasikan penelitiannya di hadapan seluruh peserta dari sejumlah negara yang lolos. “Saya satu-satunya dari Indonesia, dan selama di sana itu presentasi, diskusi, sharing dengan orang-orang dari negara-negara lain yang lolos. Kami masing-masing didampingi satu mentor dari Google,” bebernya. Farrel mengaku senang berada di kantor Google. Farrel merasa takjub dengan sistem dan teknologi yang diterapkan di kantor Google. “Senang sekali, jadi kantornya itu seperti kompleks, bersih dan teknologinya luar biasa, ada mobil pintar, mobil listrik, dan ada sepeda. Internetnya juga cepat sekali,” ujarnya

blank

Farrel berhasil mengkompres 50% hingga 90% dari ukuran aslinya

Dalam uji coba yang dilakukannya pada saat diundang di acara Hitam Putih, Farrel berhasil mengkompres file foto yang berukuran 257 KB menjadi 131 KB dan file text yang berukuran 1000 KB menjadi 16 KB saja. Penemuannya ini dinamakan Reverse Genetic Algoritm yang berekstensi .rga. Namun sayangnya hasil penelitian Farrel ini belum bisa dinikmati oleh masyarakat umum sebab masih berupa kodingan atau source code dan belum berupa aplikasi yang bisa langsung dipakai.

Bagaiamana, apakah sahabat Warstek tidak termotivasi? Yuk berkarya agar bisa seperti Farrel!

Referensi :

[1] 5 Fakta Christopher, siswa SMA di Yogyakarta yang diundang Google. (Diakses pada 17 Februari 2018)

[2] Penelitiannya Ditolak 11 Kali di Indonesia, Siswa dari Yogya Ini Malah Diundang Google. (Diakses pada 15 Februari 2018)

[3] Zip dan Rar. (Diakses pada 15 Februari 2018)

Baca juga artikel saya yang lain :

https://warstek.com/2018/02/12/internetkorsel/

2 komentar untuk “Christopher Farrel, Pelajar SMA yang Meneliti Data Compression dan Diundang Google”

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Yuk Gabung di Komunitas Warung Sains Teknologi!

Ingin terus meningkatkan wawasan Anda terkait perkembangan dunia Sains dan Teknologi? Gabung dengan saluran WhatsApp Warung Sains Teknologi!

Yuk Gabung!

Di saluran tersebut, Anda akan mendapatkan update terkini Sains dan Teknologi, webinar bermanfaat terkait Sains dan Teknologi, dan berbagai informasi menarik lainnya.