Ayam Cemani, Ayam Mistis dengan Julukan Ayam Lamborghini yang Mendunia

Kekayaan alam hayati baik tumbuhan maupun hewan sebagian besar sangat berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai sumber pangan manusia untuk mewujudkan ketahanan […]

Kekayaan alam hayati baik tumbuhan maupun hewan sebagian besar sangat berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai sumber pangan manusia untuk mewujudkan ketahanan pangan. Seperti diketahui, salah satu syarat suatu negara untuk menjadi negara yang  maju adalah mampu membentuk ketahanan pangan yang baik. Indonesia terkenal memiliki kekayaan alam yang sangat banyak, baik sumber daya alam hayati dan nonhayati. Salah satu sumber kekayaan hayati di Indonesia yang  cukup berpotensi adalah daging hewan ternak sebagai sumber pangan hewani. Daging hewan ternak asli Indonesia yang telah terkenal di dunia internasional dan memiliki nilai jual yang tinggi adalah daging ayam cemani.

Daging ayam cemani didapatkan dari ayam cemani yang memiliki julukan ‘Lamborghini’ dalam dunia unggas. Ayam ini memiliki tampilan luar yang berwarna hitam arang, baik kulit, mata, lidah, jengger, pial, bulu, paruh, dan kaki. Selain itu semua organ dalam, otot/daging dan tulangnya juga berwarna hitam. Warna hitam ini disebabkan oleh mutasi genetik (fibromelanosis) karena memproduksi melanin sekitar 10 kali lebih banyak dari ayam biasa sejak menetas. Walaupun demikian, ayam ini tetap menghasilkan telur berwarna krem dan darahnya tetap merah karena mengandung hemoglobin.

Ayam Cemani berasal daridesa Kedu, desa Beji dan desa Kahuripan Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung, provinsi Jawa Tengah, sehingga ayam Cemani sering disebut ayam Kedu Cemani. Di pulau Jawa, ayam cemani juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi karena dipercaya memiliki kekuatan mistis pada daging hitamnya dan telah digunakan dalam ritual magis sejak abad ke-12. Ayam ini dipandang sebagai utusan penghubung antara dunia manusia dan dunia supernatural. Orang Jawa percaya bahwa Cemani dapat memberi kekuatan, reputasi, dan kekayaan. Sedangkan di Amerika Serikat, ayam unik ini telah dipelahara dan dihargai tidak kurang dari 200 USD (Rp 2,8 juta rupiah). Sedangkan olahan daging ayam cemani di salah satu restoran di New York dijual dengan harga 1,400 USD (25 juta Rupiah) per porsi.

Sebenarnya peternakan ayam lokal asli Indonesia ini telah ada di Eropa pada sekitar tahun 1800 dan berkembang di Amerika pada 1830 silam. Bahkan American Poultry Association (APA) sudah melakukan sertifikasi ayam Jawa termasuk kedua ini pada 1875. Bobot anak ayam umur sehari berkisar antara 28-32 gram/ekor, kemudian bobot ayam betina umur 5 bulan berkisar antara 1.200-1.300 gram/ekor. Sementara ayam jantan umur 5 bulan berkisar antara 1.400-1.500 gram/ekor. Umur pertama bertelur berkisar antara 4,6-6,5 bulan dan produksi telur pada pemeliharaan diumbar dan semi intensif berkisar 56-77 butir per ekor/tahun, sementara yang dipelihara intensif dalam kandang batere dapat mencapai 215 butir/ekor/tahun. Bobot telur ayam berkisar antara 41-49 gram/butir. Konsumsi pakan ayam dewasa per hari mencapai 93 gram per ekor.

Cara pemeliharaan pemeliharaan ayam Cemani hampir sama dengan cara pemeliharaan ayam buras pada umumnya. Ayam Cemani dikawinkan dengan sesama ayam Cemani secara alami dengan perbandingan maksimal 1 jantan 5 betina untuk yang ditetaskan sendiri oleh induknya, karena ayam ini masih memiliki sifat mengeram dan mengasuh anaknya. Selain itu, penetasan telur dapat dilakukan menggunakan lampu maupun pemanas. Penelitian pada tahun 2014 yang dilakukan di Desa Kedu, Kecamatan Kedu, Jawa Tengah, menunjukkan bahwa rata-rata laba per tahun peternak kelompok dan peternak mandiri ayam Cemani menunjukkan nilai positif yaitu sebesar Rp 210.434.277,- dan Rp 20.997.357. [1],[2],[3],[4]

Referensi

[1]Trimirasti, A. 2017.Ayam Cemani Asal Indonesia Dijuluki ‘Lamborghini’ di Dunia Unggas. https://food.detik.com/info-kuliner/d-3415958/ayam-cemani-asal-indonesia-dijuluki-lamborghini-di-dunia-unggas. Diakses 24 Juni 2018

[2]Trimirasti, A. 2016. Ayam Kedu, Ayam Dunia. http://www.trobos.com/detail-berita/2016/11/01/29/8058/ayam-kedu-ayam-dunia. Diakses 24 Juni 2018

[3]Wardani, I.K., Soepranianondo, K. and Hidanah, S., Pengaruh Sistem Manajemen Terhadap Kelayakan Usaha Peternakan Ayam Cemani di Desa Kedu Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung. Agroveteriner 2(2):131-138.

[3]Iskandar, S., A.R. Setioko, S. Sopiana, Y. Saepudin, T. Sartika, E. Wahyu, R. Hermawati dan E Mardiah, 2004. Konservasi in-situ ayam Pelung, ayam Sentul dan ayam Kedu, dan karakterisasi sifat kuantitatif dan kualitatif ayam Sedayu, Wareng, dan Ciparage. Laporan Penelitian. Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top