Pertanyaan paling mendasar yang acap kali mengusik pikiran kita ialah: Dari manakah alam semesta berasal, dan ke manakah semesta akan pergi? Bagaimana dan mengapa semesta ada? Semesta ini abadi atau akan berakhir? Seandainnya berakhir, bagaimanakah semesta berakhir? Apakah semesta mempunyai awal? Seandainya semesta memiliki suatu awal, apa yang ada dan terjadi sebelum awal semesta? Lalu bagaimanakah sifat waktu membuat hadirnya awal dan akhir? Manusia sejak zaman dahulu telah dahaga pengetahuan dan telah melakoni pergulatan panjang dalam upaya menyingkap tabir alam semesta. Adapun subjek ilmu yang konsen membahas tentang alam semesta dengan segala interaksinya, yaitu fisika. Pertama kita awali dengan mengayun langkah kebelakang pada sekitar tahun 340 SM seorang filsuf besar asal Yunani bernama Aristoteles mengemukakan dua argumentasi fundamental; yang pertama menurutnya bumi berbentuk bulat dan bukan datar serta bumi merupakan pusat alam semesta dengan planet-planet, bintang-bintang yang mengelilinginya dengan gerak melingkar [3].
Ide bumi sebagai pusat semesta juga digunakan oleh Ptolemeus di abad ke dua dalam model kosmologi nya dimana bumi merupakan pusat dan dikelilingi oleh bulan, matahari, bintang-bintang, dan planet-planet. Model Ptolemeus menyediakan satu sistem yang cukup akurat untuk memperkirakan dengan tepat, Ptolemeus harus membuat asumsi bahwa bulan mengikuti jalur yang kadang membuatnya dua kali lebih dekat ke bumi ketimbang pada waktu lain. Dan itu berarti bulan seharusnya bisa terlihat dua kali lebih besar daripada biasanya. Ptolemeus mengakui kekurangan itu, namun model semesta Ptolemeus dapat diterima oleh gereja Kristen sebagai gambaran alam semesta yang sesuai dengan kitab suci, karena dalam model Ptolemeus menyisakan banyak banyak ruang di luar lingkaran bintang-bintang tak bergerak untuk tempat surga dan neraka [4].
Pada tahun 1514 diajukan suatu model yang lebih sederhana oleh seoarng alim bernama Nikolas Kopernikus, awalnya Kopernikus menyebarkan modelnya secara anonim, barangkali karena takut dicap sesat oleh gerejannya. Dalam gagasannya matahari diam di pusat dan bumi serta planet-planet lain beredar mengelilingi matahari. Pada mulanya gagasan Kopernikus tidak begitu dianggap serius dan hampir satu abad berlalu sebelum Galileo dan Kepler mendukung gasasan Kopernikus tersebut [4]. Menurut Hart dalam bukunya The 100, a ranking of the most influential persons in history secara historis karya Kopernikus yang termaskup dalam De Revolutionobus Orbium Coelestium (Tentang Revolusi Bulatan Benda-Benda Langit) merupakan titik tolak astronomi modern, yang menjadi dasar dari karya Kepler dan Galileo yang kesemuannya merupakan pendahulu Newton dan memiliki makna penting buat Newton merumuskan hukum-hukum gerak dan gravitasinya. Lebih dari itu, Hart berpendapat karya Kopernikus merupakan titik tolak pengetahuan modern [5].
Melalui berbagai pengamatan fenomena alam, muncul sejumlah observabel (besaran) fisika yang saling terkait melalui sejumlah hubungan matematik. Hubungan itu dapat bersatus kaidah, seperti kaidah tangan kanan dalam bidang elektromagnetisme. Hukum, seperti hukum Kepler atau hukum gerakan planet Kepler dimana salah satu hukumnya berbunyi setiap planet bergerak dengan lintasan elips dengan matahari berada di salah satu fokusnya (matahari sebagai pusat semesta). Serta dapat pula berstatus sebagai asas, seperti asas larangan Pauli dalam mekanika kuantum. Perbedaan status antara kaidah, hukum ataupun asas bergantung pada sempit luasnya daerah cakupannya, yang dicoba untuk dijelaskan secara logis berdasarkan teori tertentu [2].
Fisika sendiri merupakan subjek ilmu yang eksotik dan menarik. Terbesit tanya mengapa kita perlu mempelajari fisika? setidaknya ada dua alasan utama. Pertama, fisika adalah salah satu ilmu yang paling dasar dari ilmu pengetahuan. Ilmuwan dari pelbagai disiplin ilmu memanfaatkan ide-ide dari fisika, mulai dari ahli kimia yang mempelajari struktur molekul sampai ahli fisikawan medis yang mempelajari penerapan prinsip-prinsip fisika untuk kepentingan kesehatan dan pengobatan. Fisika juga merupakan dasar dari semua ilmu rekayasa dan teknologi. Tidak ada insinyur yang dapat merancang alat-alat praktis tanpa terlebih dahulu mengerti prinsip-prinsip dasar yang digunakan. Untuk merancang sebuah pesawat antariksa dibutuhkan pemahaman akan hukum-hukum dasar fisika! Tetapi ada alasan lain. Mempelajari fisika merupakan suatu petualang yang seru. Kita akan menemukan bahwa fisika begitu menantang, kadang-kadang membuat frustasi tapi juga membuat ketagihan, sewaktu-waktu menyakitkan, dan seringkali bermanfaat dan dapat memberikan kepuasan batin. Fisika akan menarik rasa estetis seperti halnya intelektualitas. Pengertian tentang dunia fisika yang kita miliki saat ini dibangun di atas pondasi yang diletakkan oleh ilmuwan-ilmuwan besar seperti Galileo, Newton, Maxwell, dan Einstein, dan pengaruh mereka telah berkembang jauh melewati batas dari ilmu fisika itu sendiri dan mempengaruhi secara mendalam cara hidup dan berpikir kita [1]. Sebagai contoh black hole (lubang hitam) merupakan konsekuensi dari teori relativitas umum Einstein
Fisika juga memiliki andil yang sangat besar dalam penemuan-penemuan penting di dunia ini. Fisika mempelajari atau mengkaji tentang alam semesta dari tingkat mikroskopik (partikel sub atomik atau zarah elementer) sampai ke tingkat makroskopik (kosmos). Fisika (dalam Bahasa Inggris: physics) kata fisika sendiri berasal dari Bahasa Yunani “fysikos” yang artinya “alamiah” dan “fysis” , “alam” fisika dapat didefinisikan sebagai sains atau ilmu alam yang mempelajari mengenai materi beserta gerak dan perilakunya dalam lingkup ruang dan waktu, bersamaan dengan konsep yang berkaitan seperti energi dan gaya. Fisika sebagai salah satu ilmu sains paling dasar, memiliki tujuan utama untuk dapat membantu manusia memhami bagaimana alam semesta bekerja lengkap dengan segala fenomena dan interaksinya [1]. Di sepanjang abadnya fisika selalu hadir dan berkontribusi bagi kehidupan umat manusia. Fisika juga turut berkontribusi dalam kemajuan teknologi dunia saat ini, hingga dikenal istilah “fisika hari ini, teknologi masa depan” [2].
Referensi:
[1] Young, H. D dan Freedman, Roger A. 2002. Fisika Universitas Ed ke-10 jilid 1 (Terjemahan). Jakarta: Erlangga.
[2] Bama, Akhmad A. 2015. Mengenal Fisika dari Paradigma, Metodologi, hingga Implementasi. Palembang: Penerbit Simetri.
[3] Setiawan, Sandi. 1991. Theory of Everything Gelagar Teori Pamungkas Tentang Semesta Raya. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset.
[4] Hawking, Stephen. 2018. A Brief History of Time (Sejarah Singkat Waktu) (Terjemahan). Jakarta: Gramedia.
[5] Hart, Michael H. 1988. Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah (Terjemahan). Jakarta: Pustaka Jaya.
[6] The Event Horizon Telescope Collaboration. 2019. Frist M87 Event Horizon Telescope Result. V. Physical Origin of the Asymmetric Ring. The Astrohysical Journal Letters, 875:L5 (31pp).
Catatan kaki 1 & 2 nya dimana ya, Pak?
Itu ada di artikel bagian bawah.