Hawking mengatakan, teknologi ini akan dapat melampaui kemampuan otak manusia yang evolusinya lambat.
Stephen Hawking, salah satu ilmuwan terbaik di dunia, mengatakan berbagai upaya untuk menciptakan mesin yang bisa berpikir cerdas, bisa berakibat pada punahnya ras manusia.
“Pengembangan kecerdasan buatan secara penuh bisa mengakhiri keberadaan manusia,” kata Hawking kepada BBC.
Profesor Hawking mengatakan bentuk kecerdasan buatan (artificial intelligence) yang dikembangkan sejauh ini terbukti sangat bermanfaat. Namun ia khawatir dengan konsekuensi teknologi ini yang pada akhirnya dapat melampaui kemampuan otak manusia, yang evolusinya lambat.
“Umat manusia—yang terbatasi oleh evolusi biologis yang lambat—tidak akan mampu bersaing dan akan tertinggal,” katanya.
Mungkinkah terjadi?
Sejumlah ilmuwan lain meyakini kecerdasan buatan dengan kemampuan berpikir melebihi otak manusia masih belum akan terwujud dalam beberapa dekade mendatang.
“Menurut saya, kita akan tetap sebagai penguasa teknologi dalam jangka waktu yang lama,” tegas Rollo Carpenter, ilmuwan pencipta perangkat lunak yang bisa memprediksi alur percakapan manusia.
Carpenter dan para ilmuwan lain juga mengatakan bahwa mesin dengan kemampuan berpikir yang dahsyat adalah perkembangan yang positif.
Dampak perkembangan teknologi pintar
Di masa depan, mesin pintar akan menggantikan manusia dalam pekerjaan, sehingga tenaga kerja kurang terampil akan kehilangan pekerjaan.
Foodini yang didesain secara cantik ini sudah dapat dipesan, namun baru dikeluarkan pada pertengahan 2014. (Natural Machines)
Teknologi kini memasuki kehidupan sehari-hari pada taraf yang belum pernah terjadi sebelumnya. Mulai dari komputer, telepon pintar, mesin cetak 3D, sampai perangkat medis, piranti lunak dan mobil bertenaga listrik kini tersedia, tidak hanya di-negara maju tapi hampir seluruh dunia.
Raksasa mesin pencari di Internet, Google mengumumkan, pihaknya sedang dalam tahap akhir mengembangkan kendaraan yang bisa mengemudi sendiri tanpa supir.
Raksasa teknologi IBM sedang mengembangkan komputer yang diberi nama Watson, yang tidak hanya mampu memproses data mentah, tapi juga mempelajarinya.
Perusahaan ritel Amazon menerapkan sistem kendali untuk gudang penyimpanan raksasanya yang dioperasikan secara otomatis dan berencana untuk mengirimkan paket dengan pesawat tanpa awak.
Sementara mesin-mesin ini semakin canggih, apa dampaknya pada kehidupan manusia?
Andrew McAfee, penulis ‘The Second Machine Age’, mengatakan proses teknologi ini akan memiliki dua dampak ekonomi utama. Pertama, akan tersedia peluang-peluang baru.
“Lebih banyak pilihan, kualitas lebih baik, lebih beragam, harga lebih rendah, tidak hanya untuk barang-barang konsumen tetapi juga untuk layanan kesehatan, hiburan, komunikasi, makanan, wisata, untuk berbagai hal yang kita lakukan dengan hidup kita,” ujarnya.
McAfee mengakui bahwa dampak besar lainnya kurang positif. Di masa depan, mesin-mesin pintar akan menggantikan manusia dalam berbagai pekerjaan, sehingga tenaga kerja kurang terampil akan kehilangan pekerjaan.
“Teknologi semakin maju dan membuat banyak orang menjadi terbelakang. Jadi kita akan menyaksikan ketimpangan dalam hal pendapatan, kesejahteraan, kesempatan, mobilitas, dan ini semua merupakan tantangan serius yang harus kita hadapi,” ujarnya.
McAfee mengatakan orang-orang yang merasa terancam dengan berbagai tantangan ini sebaiknya memanfaatkan peluang baru yang disediakan oleh teknologi, seperti konektivitas dan akses ke pendidikan berkualitas.
“Sumber daya pendidikan yang tersedia lewat Internet dan teknologi sekarang ini sangat fantastis. Ada sejumlah guru terbaik di dunia yang menyediakan kursus gratis bagi siapapun yang berminat. Ini adalah perkembangan yang sangat positif,” ujarnya.
Selain inisiatif individual, McAfee mengatakan pemerintah-pemerintah bisa membantu transisi itu dengan menciptakan tidak hanya program pelatihan baru, tetapi lingkungan yang menggairahkan bagi kewirausahaan, inovasi dan terbukanya peluang-peluang baru.