Mari Memakan Plastik! Tren Baru Pengurangan Pencemaran Plastik ke Lingkungan

Oleh: Bimastyaji Surya Ramadan Timbunan sampah plastik selalu meningkat setiap tahunnya seiring dengan pertumbuhan populasi manusia. Plastik seolah telah menjadi […]

blank

Oleh: Bimastyaji Surya Ramadan

Timbunan sampah plastik selalu meningkat setiap tahunnya seiring dengan pertumbuhan populasi manusia. Plastik seolah telah menjadi bagian hidup (lifestyle) masyarakat yang melekat dengan erat. Padahal, plastik dapat mengancam kehidupan manusia karena merupakan salah satu bahan yang didegradasi sangat lambat oleh mikroorganisme (membutuhkan waktu sekitar 1 juta tahun). Beberapa dokumentasi dan ulasan mengenai pencemaran plastik telah dibahas dengan baik oleh Siddiq (2017), Handoko (2017), dan Rachmadi (2018)[1,2,3]. Beberapa tahun terakhir, peneliti juga dihebohkan dengan adanya mikroplastik yang bersifat toksik karena dapat terakumulasi dalam tubuh dan mampu membawa polutan lain (co-pollutant) yaitu senyawa organik dan logam berat sehingga sangat berbahaya apabila dikonsumsi oleh makhluk hidup[4]. Mikroplastik dapat menyebabkan gangguan pencernaan, penyakit kronis dan degeneratif[5].

Akibat dari masalah tersebut, para peneliti, akademisi, dan para stakeholder yang menaruh perhatian terhadap lingkungan mulai berkonsentrasi untuk menyelesaikan masalah dari sumbernya, termasuk diantaranya adalah menciptakan plastik yang mudah didegradasi oleh mikroorganisme (biodegradable plastic) dimana literatur saintifik menyebutnya sebagai biodegradable/edible film and coating.  Bahan dasar pembuatannya pun bermacam-macam yaitu menggunakan polisakarida (contohnya ekstrak rumput laut, tepung pati kanji, dan khitosan), protein (kedelai, keratin, albumin telur, dan kolagen, dan gluten gandum), dan lemak[6]. Aprilyanti (2018) menyatakan bahwa limbah padat industri kelapa sawit yang berupa tandan kosong kelapa sawit pun telah diteliti sebagai salah satu bahan yang dapat digunakan untuk membuat bioplastic[7]. Selain biodegradable, beberapa inovator telah menciptakan bioplastic yang bisa dimakan secara langsung oleh manusia bersama makanan/minuman yang dibungkusnya (edible cups, food wrap and sachet).

Seorang inovator muda asal Jakarta, David Cristian, mengembangkan bioplastic dari ekstrak rumput laut yang diambil dari Makasar, Sulawesi Selatan. Petani rumput laut sangat kooperatif dan senang karena mendapatkan keuntungan yang cukup besar dari penjualan rumput laut tersebut. Produknya, Evoware, terbuat dari 100% bahan yang dapat didegradasi secara biologis sehingga dapat pula dengan mudah dikomposkan. Karena inovasinya ini, Evoware mendapatkan penghargaan sebesar 1 juta dollar dari Ellen McArthur Foundation & OpenIdeo mengalahkan 600 inovator dari 60 negara yang ikut berpartisipasi[8].

blank

Sumber: Tjokro, 2018

Selain itu, ada pula seorang inovator muda, Kevin Kumala, yang menghasilkan tas dari singkong. Tas ini dikembangkan di bawah brand Avani Eco yang bertempat di Bali. Avani memiliki mimpi besar untuk membebaskan pasir putih Pulau Bali yang indah dari sampah plastik. Avani mengklaim bahwa produknya 100% biodegradable, dapat dimakan dan dikomposkan sehingga sangat aman untuk lingkungan. Avani mulai dirilis ke pasar, khususnya di Bali pada tahun 2017[9].

blank

Sumber: Eaton, 2017

Satu lagi inovasi bioplastic dari luar negeri yang cukup unik dan menarik adalah Ooho! dimana kita bisa meminum air beserta kemasannya dalam sekali teguk. Teknologi ini ditemukan oleh sekelompok insiyur dari Skipping Rocks Lab, Inggris. Ooho dibuat dengan mencelupkan bola cair beku ke dalam suatu membran yang terbuat dari ekstrak alga. Pada suhu ruangan, cairan tersebut mencair. Untuk mengkonsumsinya, kita dapat melubangi sebagian kecil dari kemasan atau langsung memakannya. Jika tidak digunakan, balon air ini akan terurai dengan sendirinya dalam waktu 4-6 minggu sejak diproduksi[10].

[embedyt] https://www.youtube.com/watch?v=424wmHV_JtM[/embedyt]

Perkembangan penelitian dan inovasi plastik biodegradable semakin cepat seiring dengan peningkatan kesadaran masyarakat akan masalah-masalah yang akan ditimbulkan plastik konvensional. Beberapa inovasi di bidang teknologi telah dilakukan, tetapi masih terkendala dengan tingginya biaya operasional dan biaya investasi. Selain itu, jejak karbon (carbon footprint) yang dihasilkan oleh bioplastic cenderung lebih besar apabila ditinjau dari life cycle analysis dibandingkan dengan plastik konvensional karena bioplastic ini memerlukan waktu proses yang cukup panjang dan tidak murah. Peluang ini seharusnya bisa ditangkap oleh para peneliti muda untuk terus berkarya dan menemukan alternatif-alternatif bioplastic yang murah dan bisa menggantikan plastik-plastik konvensional.

Referensi

[1] Handoko. 2017. Tragedi Sampah Plastik dan Dampaknya Bagi Makhluk Hidup. Diakses dari https://warstek.com/2017/03/07/plastik/ pada tanggal 23 Mei 2018.

[2] Rachmadi, Audia Wira. 2018. Plastik, Manusia, dan Lingkungan; Tiga Hal yang Belum dapat Terpisahkan. Diakses dari https://warstek.com/2018/02/09/plastikmanusia/ pada tanggal 23 Mei 2018.

[3] Siddiq, Nur Abdillah. 2017. 10 Foto Tragis Hewan yang Perutnya Penuh Sampah Plastik. Diakses dari https://warstek.com/2017/03/10/sampahplastik/ pada tanggal 23 Mei 2018.

[4] Talvitie, Julia; Mikola, Anna; Koistinen, Arto; Setala, Outi. 2017. Solutions to microplastic pollution – Removal of microplastics from wastewater effluent with advanced wastewater treatment technologies. Water Research, 123: 401-407. http://dx.doi.org/10.1016/j.watres.2017.07.005.

[5] Dharmawan, Toha Tulus. 2018. Mikroplastik dan Ancaman Kedaulatan Pangan. Diakses dari  https://warstek.com/2018/05/23/mikroplastik/ pada tanggal 23 Mei 2018.

[6] Deghani, Samira; Hosseini, Seyed Vali; Regenstein, Joe M. 2018. Edible films and coatings in seafood preservation: A review. Food Chemistry, 240: 505-513. http://dx.doi.org/10.1016/j.foodchem.2017.07.034

[7] Aprilyanti, Selvia. 2018. Plastik Mudah Terurai (Biodegradable): Bioplastik Ramah Lingkungan dari Limbah Perusahaan Sawit. Diakses dari https://warstek.com/2018/05/22/biodegradable/ pada tanggal 23 Mei 2018.

[8] Tjokro, Susanna. 2018. Evoware: Reducing Plastic Waste with Edible Cups, Food Wrappings and Sachets. Diakses dari http://nowjakarta.co.id/evoware-reducing-plastic-waste-with-edible-cups-food-wrappings-and-sachets pada tanggal 23 Mei 2018.

[4] Eaton, Kristi. 2017. This Plant Makes Boba. A Startup Wants to Use It to Clean Up Plastic. Diakses dari https://www.nbcnews.com/news/asian-america/plant-makes-boba-startup-wants-use-it-clean-plastic-n805766 pada tanggal 23 Mei 2018.

 [10] Wehner, Mike. 2017. These tiny edible water bottles are almost completely pointless. Diakses dari http://bgr.com/2017/04/13/ooho-water-balls/ pada tanggal 23 Mei 2018.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Yuk Gabung di Komunitas Warung Sains Teknologi!

Ingin terus meningkatkan wawasan Anda terkait perkembangan dunia Sains dan Teknologi? Gabung dengan saluran WhatsApp Warung Sains Teknologi!

Yuk Gabung!

Di saluran tersebut, Anda akan mendapatkan update terkini Sains dan Teknologi, webinar bermanfaat terkait Sains dan Teknologi, dan berbagai informasi menarik lainnya.