Oleh: Arief Ramadhan Pulungan
Akhir tahun 2017, paper berjudul Deep Image Reconstruction from Human Brain Activity terbit di BiorXiv. Penulisnya adalah peneliti-peneliti dari Lab Kamitani di Universitas Kyoto [1]. Pokok isinya begini: telah ditemukan sebuah program kecerdasan buatan yang mampu membaca pikiran manusia.
Program ini mengimitasi prinsip kerja sel-sel saraf di otak, sehingga disebut dengan jaringan saraf tiruan. Yang menjadi input program adalah data perubahan aliran darah di otak yang dideteksi menggunakan pemindai fMRI [1]. Dengan meniru prinsip kerja otak dan memiliki informasi tentang proses yang terjadi di dalamnya, program ini dapat “melihat” ke dalam pikiran manusia. “Penglihatan” program dikonstruksi ke dalam sebuah gambar, dengan proses sebagai berikut:
Gambar 1. Skema proses rekonstruksi [2]
Keterangan proses pada Gambar 1 (tinta merah menandakan urutan proses):
- fMRI membaca aktivitas otak [2]
- Hasil pindai fMRI diubah feature decoder ke dalam nilai fitur DNN
- Fitur DNN fMRI dengan fitur DNN input image dibandingkan [2]
- Perbedaan(eror) dari perbandingan ini digunakan program untuk mengubah fitur DNN input image agar menyerupai fitur DNN fMRI [2]. Proses 3 dan 4 terjadi berkali-kali (iteratif), hingga eror relatif kecil [2]
- Gambar rekonstruksi selesai. Gambar ini adalah input image yang telah dimodifikasi
Definisi istilah pada Gambar 1:
- fMRI (functional Magnetic Resonance Image) = Alat yang mendeteksi perubahan aliran darah pada otak[1]
- Feature decoder = Perangkat yang mengubah pembacaan fMRI ke nilai fitur DNN[2]
- Input image = Gambar acak (bukan gambar yang ditampilkan ke subjek) yang akan dikonstruksi untuk menyerupai gambar yang dilihat atau dibayangkan subjek [2]
- Deep Neural Network (DNN) = Algoritma jaringan saraf tiruan berkompleksitas tinggi
- Fitur DNN = Satuan nilai yang digunakan untuk membandingkan hasil pembacaan fMRI dengan input image
- Deep Generative Network (DGN) = Elemen tambahan yang berfungsi untuk membuat gambar rekonstruksi terlihat lebih alami[2]
Pemindaian fMRI dilakukan pada dua percobaan – yang pertama ketika subjek melihat gambar, dan yang kedua saat subjek membayangkan gambar yang telah diperlihatkan sebelumnya [3].
Gambar 2. Perbandingan antara gambar yang dilihat dengan gambar rekonstruksi program [2]
Gambar 3. Perbandingan antara gambar yang dibayangkan dengan gambar rekonstruksi program [2]
Hasil rekonstruksi dapat dilihat pada Gambar 2 dan 3. Akurasi gambar rekonstruksi lebih baik saat subjek melihat gambar daripada ketika hanya membayangkannya, meski keduanya belum benar-benar tepat. Bagaimanapun, akurasi program ini diprediksi akan meningkat, karena penelitiannya semakin gencar [3].
Kekhawatiran
Penelitian yang berlangsung selama sepuluh bulan ini diberitakan oleh berbagai media massa dengan nada kekhawatiran. The Sun memberi judul, “Creepy Black Mirror-style AI machine can read your mind and recreate images from your thoughts,” untuk liputannya [4]. Tristan Greene, dalam laman The Next Web menulis, “Ada kemungkinan teknologi ini bisa digunakan pemerintah untuk melanggar hak seseorang” [5].
Bahaya apa yang akan dihadapi dengan berkembangnya teknologi ini? Yang pasti adalah berkurangnya privasi. Informasi pikiran, yang sifatnya rahasia, menjadi bisa didapat. Mungkin suatu saat akan ada alat yang mampu membaca pikiran dari jarak jauh, sehingga kita tidak sadar sedang “diinterogasi”.
Tentu akan ada kegunaan baiknya. Misalnya, dibuatkaan alat yang mampu menafsirkan pikiran seorang tunawicara menjadi suara dan perkataan, atau instrumen yang menggerakan prostetik dengan pikiran, hingga perangkat komunikasi yang menggunakan prinsip telepati [5].
Mungkin perlu dirancang batas-batas atau regulasi yang memastikan penelitian ini tidak secara dominan berdampak negatif. Apalagi jika nantinya tidak hanya informasi pikiran yang dapat dibaca, tetapi juga memori dan persepsi indera yang juga ada di otak. Di akhir paper tertulis bahwa penelitian ini diharapkan dapat membuka jendela baru untuk memahami diri kita [2].
***
Referensi:
[1] Chairunnisa, Qonita. 2018. Teknologi AI Mampu Baca Pikiran Manusia, Kok Bisa? Diakses dari: https://techno.okezone.com/read/2018/01/04/207/1840057/teknologi-ai-mampu-baca-pikiran-manusia-kok-bisa pada 18 Mei 2018
[2] Shen, , Horikawa, T., Majima, K., dan Kamitani, Y. 2017. Deep Image Reconstruction from Human Brain Activity. BiorXiv.
[3] Ramirez, Vanessa. 2018. This Neural Network Built by Japanese Researchers Can ‘Read Minds’. Diakses dari: https://singularityhub.com/2018/01/14/this-neural-network-built-by-japanese-researchers-can-read-minds/#sm.00003auemfglqel3zy31hyu8jk8dm pada 18 Mei 2018
[4] Allen, Felix. 2 Creepy Black Mirror-style AI machine can read your mind and recreate images from your thoughts. Diakses dari: https://www.thesun.co.uk/tech/5263693/black-mirror-ai-machine-read-mind-japan-university/ pada 18 Mei 2018
[5] Greene, Tristan. 2018. Mind-reading AI isn’t Sci-fi Anymore… and It’s Just Getting Started. Diakses dari: https://thenextweb.com/artificial-intelligence/2018/03/06/mind-reading-ai-isnt-science-fiction-anymore/ pada 18 Mei 2018
Warung Sains Teknologi (Warstek) adalah media SAINS POPULER yang dibuat untuk seluruh masyarakat Indonesia baik kalangan akademisi, masyarakat sipil, atau industri.