Oleh: Rina Agustini
Ada fakta yang menarik, bahwa sebenarnya pikiran manusia seperti layaknya sebuah gelombang yang memiliki frekuensi tertentu (bisa positif atau negatif) yang saling tarik menarik antara satu orang dengan orang yang lain. Tarik menarik di sini dapat kita bayangkan seperti medan magnet yang saling tarik menarik di kutub yang berlainan.
Begitu hebatnya tuhan menciptakan akal dan pikiran manusia sehingga kajian demi kajian membahas rahasia rahasia tentang pikiran manusia menjadi sangat intens diperbincangkan dan menjadi objek penelitian yang asangat menarik. Yang terbaru ialah pengembangan teknologi pengendali dan pembaca pikiran.
Teknologi ini mungkin terlihat janggal untuk kita buat. Namun para peneliti di Amerika sedang gencar-gencarnya mengembangkan teknologi ini. Jika saat ini kita beranggapan bahwa pikiran adalah tempat yang paling aman untuk menyembunyikan sesuatu, maka dalam waktu dekat hal itu akan berubah.
Gambar 1. Penampakan otak manusia [1]
Para ahli saraf dari Universitas Barkeley California mengatakan, mereka menciptakan sebuah helm yang bisa bekerja layaknya otak manusia. Sistem yang bekerja di alat tersebut mendengarkan perkataan dan pemikiran di dalam diri seseorang melalui suara yang timbul ketika seorang manusia melakukan hal tersebut. Jadi alat ini mengikuti apa yang dikerjakan otak manusia. Para tim peneliti membuat algoritma untuk mengidentifikasi aktifitas otak seperti ketika seseorang mendengarkan orang lain berbicara. Lalu kemudian, alat itu mengkomparasikan dengan aktivitas otak dan di saat bersamaan sesorang mengeluarkan “inner voice“.
Selain Helm pembaca pikiran Ilmuwan Amerika juga mengembangkan suatu alat yang bernama Decorder untuk membaca pikiran. Gelombang suara yang diklaim dapat mengaktifkan neuron tertentu dan memungkinkan otak untuk menafsirkan suara sebagai kata-kata. Bahkan dengan sebuah algoritma yang diciptakan para ilmuwan, memungkinkan orang lain mendengar apa yang telah dipikirkan oleh orang lain dalam otaknya.
Untuk mempelajari bagaimana menerjemahkan pikiran orang, para peneliti dari University of California di AS melihat aktivitas otak dari tujuh orang yang menjalani operasi epilepsi. Para peserta diminta untuk pertama membacakan teks yang ada pada sepotong kertas, kemudian membacanya diam-diam di kepala mereka. Decorder yang telah ditanamkan akan bekerja dengan membaca aktivitas otak pasien dan akan menerjemahkan beberapa kata-kata yang dilakukan para relawan yang sedang berpikir. [1]
Selain membaca pikiran, para ilmuwan juga mengembangkan alat pengendali pikiran jarak jauh. Peneliti Massachusetts Institute of Technology (MIT) menciptakan perangkat elektronik yang mampu mengendalikan pikiran. Perangkat yang dipasang di kepala seperti sebuah helm ini telah diuji cobakan kepada tikus. Perangkat pengendali pikiran tersebut terdiri atas dua papan sirkuit dan sebuah antena. Ketika diuji cobakan kepada tikus, peneliti  bisa mengendalikan perilaku binatang dari jarak jauh hanya menggunakan cahaya.Untuk mengendalikan pikiran, peneliti menelaah protein khusus dan sel saraf yang sensitif terhadap rangsangan cahaya. Protein akan membuka ketika terpapar cahaya sehingga memungkinkan ion masuk ke dalam sel saraf.
“Cahaya berfungsi mengaktifkan neuron khusus yang berada di dalam jaringan saraf,” ujar salah seorang peneliti dari Department of Electrical Engineering and Computer Science MIT, Christian Wentz.[2]
Inovasi yang dilakukan Wentz bersama tim penelitinya adalah bagian dari bidang pengetahuan optogenetika. Bidang ini menggabungkan pengetahuan optik dan ilmu genetika yang berguna untuk mempelajari pengendalian sel menggunakan cahaya.
Untuk mengendalikan pikiran, peneliti menelaah protein khusus dan sel saraf yang sensitif terhadap rangsangan cahaya. Protein akan membuka ketika terpapar cahaya sehingga memungkinkan ion masuk ke dalam sel saraf.[2]
Dengan menempelkan protein pada titik yang tepat, peneliti bisa menghidupkan bagian otak tertentu. Teknik ini memungkinkan peneliti membangkitkan perilaku seksual atau agresivitas, yang membuat binatang berjalan melingkar. Perangkat pengendali pikiran ini tidak menggunakan baterai sebagai sumber energi namun memanfaatkan medan magnet untuk menginduksi antena yang menempel di kepala tikus.Induksi magnetik inilah yang memberi tenaga bagi 16 LED yang diletakkan di helm. Cahaya dari LED ini cukup untuk mengendalikan neuron tertentu pada otak tikus
REFERENSI
[1] Danang Yaqinuddin.2018. Teknologi Pembaca dan Pengendali Pikiran. Diakses dari : http://lagingerti.blogspot.co.id/2014/11/teknologi-pembaca-dan-pengendali-pikiran.html pada tanggal 22 Mei 2018
[2] apa kabar dunia. 2018. Peneliti Berhasil Menciptakan Alat Pengendali Pikiran Jarak Jauh. Diakses dari : http://www.apakabardunia.com/2011/07/peneliti-berhasil-menciptakan-alat.html pada tanggal 22 Mei 2018
[3] Peneliti Melbourne Kembangkan Alat Pengendali Pikiran. Terbit 9 February 2016, 15:46 AEDT