Sejak sekolah dan mungkin sampai saat ini, kita meyakini bahwa indera yang dimiliki manusia ada lima atau biasa disebut dengan panca indera. Panca indera tersebut meliput indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan peraba. Tetapi, tahukah kita siapa yang meneorikan panca indera pertama kali? Teori panca indera dikemukakan pertama kali oleh Aristoteles dengan tulisannya berjudul On Sense and the Sensible pada tahun 350 SM[1].
Baca juga: Tak Punya Indera, Tanaman Bisa Membedakan Lebih Banyak Bau
Seiring berjalannya waktu, perkembangan tentang teori indera manusia semakin beragam. Semula indera manusia hanya lima, kini jumlahnya berkembang menjadi belasan. Teori tersebut bergantung oleh tokoh yang mengemukakannya. Mengingat setiap orang memiliki sudut pandang sendiri untuk melakukan suatu hal.
Teori tentang indera manusia pernah diungkap oleh Rudolf Steiner, seorang Antrosofi (filsafat tentang cara berpikir, tubuh, kesadaran, dan jiwa manusia) dan peramal dari Austria. Rudolf Steiner bukanlah satu-satunya tokoh yang mengungkapkan dan menjelaskan teori tentang lima indera manusia secara jelas, tetapi ia menjelaskan secara spesifik bahwa indera manusia berjumlah sebanyak dua belas[2].
Gambar 1. Rudolf Steiner
Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Rudolf_Steiner
Pertanyaannya, apa keunggulan teori dua belas indera yang dipaparkan oleh Rudolf Steiner? Singkatnya, keunggulan dari teori Rudolf Steiner yakni implikasi pada pengajaran tentang memberikan wawasan yang mendalam tentang perkembangan fisik, emosi, spiritual, dan kognitif pada anak. Artinya, teori tersebut mampu menjabarkan indera manusia berdasarkan tingkatan usia pada seorang anak hingga dewasa[3]. Lantas, apa saja dua belas indera tersebut?
Gambar 2. Pembagian 12 Indera Manusia menurut Rudolf Steiner
Sumber: https://id.pinterest.com/pin/51861833184187737/?lp=true
Rudolf Steiner menjabarkan kedua belas indera tersebut ke dalam tiga kategori secara umum sebagai berikut.
-
The Lower Senses – “Sensation” Senses
Kategori indera ini memberikan kesadaran tertentu bagi tubuh kita dengan fokus perkembangan indera pada usia 0-7 tahun.
- Sense of Life – Indera ini memungkinkan kita untuk merasakan kondisi secara mandiri, baik merasa nyaman atau tidak.
- Sense of Touch – Indera ini memberi tahu kita untuk merasaan sesuatu tentang objek yang kita sentuh dan rasakan.
- Sense of Movement – Indera ini memberi rasa pada persendian dan otot saat kita bergerak. Misalnya pada saat kita duduk, merangkak, dan berjalan.
- Sense of Balance – Indera ini memberikan hubungan kita dengan ruang tiga dimensi; atas atau bawah, kanan atau kiri, dan depan atau belakang.
-
The Middle Senses – “Feeling or Perception” Senses
Kategori indera ini memberikan pengalaman dunia di sekitar kita dengan fokus perkembangan indera pada usia 7-14 tahun.
- Sense of Sight – Indera ini kita dapat membedakan terang, gelap, dan warna.
- Sense of Smell – Indera ini kita dapat membedakan hal yang berhubungan dengan bau dan aroma.
- Sense of Taste – Sistem pencernaan dimulai di mulut. Sehingga, indera ini mengajarkan kita untuk membedakan kualitas rasa makanan yang berbeda.
- Sense of Warmth – Indera ini dapat membedakan rasa suhu panas dan dingin yang ada pada diri kita.
-
The Higher Senses – “Cognitive or Concept” Senses
Kategori indera ini memberikan akses untuk mengomunikasikan pikiran dan perasaan kita kepada orang lain atau bisa disebut indera sosial dengan fokus perkembangan indera pada usia 14 – 21 tahun.
- Sense of Hearing – Telinga kita memiliki tiga bagian utama, yakni: telinga luar, tengah dan dalam. Indera ini memungkinkan kita untuk membedakan suara.
- Sense of Word (Speech) – Indera ini memungkinkan kita untuk mengetahui bahasa yang digunakan orang lain untuk berkomunikasi dengan kita.
- Sense of Thought – Indera ini memberikan kapasitas kita untuk memahami dan menggambarkan maksud orang lain yang disampaikan kepada kita.
- Sense of Ego – Indera ini memberikan kemampuan pada kita untuk peka terhadap kepribadian seseorang[2].
Selain itu, Rudolf Steiner mengorelasikan secara khusus antara indera dengan zodiak, meskipun dalam teorinya ia tidak tampak jelas menggambarkan daftar yang menghubungkan setiap indra dengan tanda zodiaknya. Satu-satunya daftar korelasi terlengkap dari teori Rudolf Steiner ada di buku catatannya [NB77] tahun 1921[3].
Berikut merupakan tiga gambar zodiak dan dua belas indera dari buku catatan Rodolf Steiner [NB77: 1921] (diterbitkan dalam The Notebooks of Rudolf Steiner, Watari & Kugler, eds, Watari Museum of Contemporary Art, Tokyo, 2000, pp84-86):
Gambar 3. Zodiak dan Dua Belas Indera versi Pertama[3]
Gambar 4. Zodiak dan Dua Belas Indera versi Kedua[3]
Gambar 5. Zodiak dan Dua Belas Indera versi Ketiga[3]
Sejatinya, teori indera manusia yang dipaparkan oleh Rudolf Steiner bukanlah satu-satunya penyempurnaan teori indera yang telah diungkapkan oleh Aristoteles sejak dahulu. Rudolf Steiner merupakan salah satu tokoh yang menjelaskan bahwa indera manusia berjumlah dua belas. Selain Rudolf Steiner, adakah tokoh lain yang menjelaskan indera manusia yang berjumlah belasan hingga puluhan?
Sumber Rujukan:
[1] http://classics.mit.edu/Aristotle/sense.1.1.html diakses pada 18 Oktober 2019
[2] https://fairydustteaching.com/2011/01/the-twelve-senses/ diakses pada 18 Oktober 2019
[3] http://www.fourhares.com/anthroposophy/twelve_senses.html diakses pada 18 Oktober 2019