Pembusukan atau dekomposisi merupakan salah satu perubahan secara kimia yang membuat objek, (biasanya) makhluk hidup yang mati dapat mengalami perusakan susunan/struktur yang dilakukan oleh dekomposer (semut, belatung, bakteri dan jamur)[1]. Pembusukan biasanya terjadi pada makhluk yang telah meninggal atau mengalami penyakit. Dan jika memang karena penyakit, maka pembusukan itu juga tidak bisa dibiarkan begitu saja melainkan harus di amputasi atau di potong.
Pembusukan pada jenazah
Pembusukan jenazah terjadi akibat proses degradasi jaringan karena autolisis (perombakan tubuh organisme yang mati oleh enzim tanpa bantuan bakteri) dan kerja bakteri. Proses pembusukan mulai muncul 24 jam setelah kematian, berupa warna kehijauan dimulai dari daerah sekum menyebar ke seluruh dinding perut dan berbau busuk karena terbentuk gas-gas baru. Gas yang terjadi menyebabkan pembengkakan. Akibat proses pembusukan rambut mudah dicabut, wajah membengkak, bola mata melotot, kelopak mata membengkak, lidah terjulur, lubang hidung dan mulut keluar darah. Pembusukan lebih mudah terjadi pada udara terbuka suhu lingkungan yang hangat/panas dan kelembaban tinggi. Bila penyebab kematiannya adalah penyakit infeksi maka pembusukan berlangsung akan lebih cepat.
Berikut adalah parameter-parameter yang biasanya digunakan untuk menganalisis pembusukan pada jenazah, terutama untuk menentukan berapa lama jenazah telah meninggal dunia.
Suhu Tubuh Jenazah (Body Temperature)
Saat polisi tiba di TKP, dia harus mampu memperkirakan berapa lama seseorang telah mati, dengan menilai dari suhu tubuh dan kekakuan jenazah. Namun, evaluasi yang lebih akurat dari waktu sejak kematian harus dilakukan oleh ahli patologi forensik (ahli di bidang penentuan penyebab kematian berdasarkan pemeriksaan atas jenazah atau autopsi) di laboratorium forensik. Para ahli patologi forensik mencatat suhu tubuh, suhu di TKP, berat korban dan semua variabel lain yang sesuai, yang kemudian diterapkan pada formula yang dirancang untuk memprediksi waktu sejak kematian. Suhu inti tubuh turun sekitar 0.8C setiap jamnya dari saat kematian, tetapi selalu berubah tergantung suhu sekitar, tingkat kelembaban, pergerakan udara dan banyaknya lemak dalam tubuh. Dengan demikian, semakin cepat jenazah ditemukan maka semakin sedikit variabel yang akan mempengaruhi prediksi berapa lama seseorang telah mati.
Pengerasan jenazah (Hardening)
Kaku jenazah terjadi antara 30 menit hingga 3 jam setelah kematian. Proses ini disebut rigor mortis dan terjadi dalam bentuk otot-otot dalam tubuh yang mulai kaku karena kekurangan darah dan oksigen. Rigor mortis pertama dapat dengan mudah diamati di kelopak mata dan rahang korban dan menyebar ke seluruh tubuh kira-kira 6 sampai 12 jam, sebelum melambat setelah lain 6 sampai 12 jam. Kadang-kadang, kaku jenazah mungkin tidak terjadi jika suhu sekitarnya sangat rendah, sedangkan proses kaku jenazah jauh lebih cepat pada otot yang cukup aktif sebelum kematian. Seperti suhu tubuh, tingkat kekakuan otot menjadi semakin sulit dianalisis jika proses penemuan jenazahnya lama.
Melihat kondisi mata jenazah (Truth Lies in The Eyes)
Mata korban juga dapat menjadi petunjuk untuk analisis jenazah. Bola mata menjadi lebih halus akibat kurang tekanan cairan di belakang mata. Bahkan dengan teknik khusus, kondisi bola mata dapat digunakan sebagai ukuran waktu sejak kematian terjadi.
Warna kulit (Skin colour)
Warna jenazah juga akan membantu menentukan waktu kematian dari sekitar 48 jam dan seterusnya. Dari sekitar 48 jam setelah kematian, bakteri mulai berkembang biak pada kulit, memberikan kulit nada jelas kehijauan. Sekitar 4-7 hari setelah kematian, kulit akan mendapatkan penampilan seperti memar.
Pengendapan Darah (Blood pooling)
Pengendapan darah dapat menjadi petunjuk penting dalam menentukan saat kematian dan dikenal sebagai hypostasis. Hal ini terjadi ketika darah berhenti mengalir, maka darah akan menetap di bagian terendah dari tubuh dan pada gilirannya menyebabkan kulit menjadi merah muda dan berwarna merah di bagian bawah tubuh. Proses ini selesai dalam sampai 6 jam setelah kematian. Penggunaan utama dari analisis blood pooling sebenarnya terletak dalam upaya untuk menentukan cara bagaimana kematian seseorang.
Sistem Pencernaan (Digestive system)
Sistem pencernaan korban dan isi usus dapat memberikan petunjuk penting tentang berapa lama seseorang telah meninggal. Setelah makanan dikunyah, maka makanan akan terlebih dahulu melewati kerongkongan dan kemudian turun ke dalam perut dalam hitungan detik. Setelah 3 jam, makanan kemudian meninggalkan perut menuju usus kecil. 6 jam setelah makan makan, makanan telah bergerak setengah jalan dalam usus kecil dan kemudian mulai memasuki usus besar. Jika usus kecil jenazah kosong, hal tersebut menunjukkan bahwa aktivitas makan terakhir yang dilakukannya sekitar 8 jam sebelum kematian. Proses lengkap dari sistem pencernaan biasanya memakan waktu kurang lebih satu hari, tetapi proses ini juga dapat dipengaruhi oleh penyakit, asupan cairan, rasa takut, atau asupan obat. Dalam kasus yang jarang terjadi, untuk keperluan alibi maka pembunuh ulung berusaha menipu ahli patologi forensik dengan merekayasa sistem pencernaan korban yang dibunuhnya. Pembunuh tersebut akan mengunyah makanan dan memasukkan hasil kunyahan makanan ke perut korban melalui mulut.
Forensic Entomology (Entomologi Forensik)
Lalat dan belatung juga memberikan perkiraan waktu kematian, metode dengan lalat dan belatung sangat berguna untuk kasus-kasus di mana tubuh telah lama mati. Hanya serangga tertentu yang akan memakan tubuh yang membusuk dan bertelur pada jenazah. Ahli entomologi forensik mempelajari serangga ini, siklus larva mereka dan selanjutnya dapat menentukan apakah tubuh telah mati hanya untuk satu hari atau sampai dengan 3 atau 4 minggu. Berikut adalah jenis-jenis serangga yang bermunculan setelah manusia meninggal dan terpapar ke udara bebas.
- 0-3 hari, protein dan karbohidrat dalam tubuh jenazah mulai rusak. Hewan yang muncul adalah lalat. Rigor Mortis berhenti dan tubuh menjadi lentur selentur penari balerina.
- 4-7 hari, tubuh mulai membusuk dan menyebabkan perut mengembang karena gas di dalam. Hewan yang muncul adalah larva lalat dan kumbang misalnya Rove Beetles. Warna tubuh berubah dari hijau ke merah sejalan dengan membusuknya darah.
- 8-18 hari, organ dalam mulai membusuk, dinding perut mulai rusak. Hewan yang muncul adalah semut, kecoa, lalat dan kumbang. Rambut, kuku dan gigi dengan mudahnya terlepas.
- 19-30 hari, tubuh membusuk dalam kondisi lembab, tubuh lengket dan basah, dalam kondisi kering panas, tubuh kering. Hewan yang muncul adalah kumbang dan tungau, misalnya Acari, Nematocera (hadir hanya selama bulan-bulan musim dingin), Brachycera. Selain itu kulit juga mulai mencair. [2]
Khusus untuk larva lalat atau belatung, maka belatung dapat sangat berperan untuk mengidentifikasi jenazah yang tidak dikenali. Bagaimana caranya? Karena kebisaan belatung yang mencerna jaringan tubuh jenazah, maka saluran cerna belatung diperiksa melalui tes DNA untuk proses identifikasi. Selain itu belatung juga memakan cairan sperma atau cairan vagina, sehingga selain identifikasi korban belatung dapat juga digunakan untuk mencari identitas pelaku dalam kasus pelecehan seksual sebelum dibunuh.
Untuk kematian pada kondisi temperatur yang dingin, tampaknya metode pengukuran temperatur dan pengerasan (hardening) jenazah tidak akurat digunakan untuk menganalisis berapa lama jenazah telah meninggal. Tetapi metode lain seperti pengecekan bola mata, pengendapan darah, dan kondisi sistem pencernaan dapat digunakan.
Demikianlah parameter-parameter yang biasanya digunakan untuk menganalisis berapa lama jenazah telah meninggal dunia. Untuk mempelajari proses pembusukan jenazah, bahkan di Amerika dan Australia ada daerah khusus untuk mempelajari bagaimana pembusukan jenazah yang disebut dengan The Body Farm.Â
Diinisiasi pada tahun 1981 oleh Bill Bass, seorang profesor antropologi forensik, The Body Farm menjadi tempat untuk belajar secara serius tentang proses pembusukan jenazah. Bass dan murid-muridnya menemukan sejumlah faktor yang berkontribusi terhadap kerusakan tubuh. Beberapa hal yang mereka temukan termasuk bahwa lalat dan belatung akan mengubah tubuh ke tulang belulang di bawah dua minggu di cuaca yang hangat. Temuan mereka adalah wajah akan selalu membusuk pertama kali karena belatung suka tempat-tempat yang basah. Ia juga mengamati bagaimana tubuh cepat membusuk ketika terendam air, disimpan dalam bagasi mobil, atau dibungkus plastik. Temuan lainnya adalah bahwa ketika kepala seseorang dibakar, tengkorak akan mencapai titik didih yang sangat cepat, menyebabkan tengkorak mudah meledak. Jika kepala orang tidak meledak ketika dibakar, itu berarti korban mungkin telah ditembak di kepala yang memungkinkan gas-gas pembakaran bisa keluar melalui lubang akibat tembakan.
Bagaimana apakah Sahabat Warstek tidak tertarik untuk main-main ke Body Farm?
Referensi :
[1] https://id.wikipedia.org/wiki/Pembusukan diakses pada tanggal 07 April 2018 pukul 5.52 WIB.
[2] KabarMakkah. 2017. Proses pembusukan tubuh manusia setelah mati dalam hitungan 0 menit sampai 1 tahun. diakses melalui http://www.kabarmakkah.com/2017/03/proses-pembusukan-tubuh-manusia-setelah.html pada tanggal 07 April 2018 pukul 23.02
[3] Akbar, Irfan. 2014. Cara mengetahui waktu kematian jenazah. diakses melalui http://irfanakbar67.blogspot.co.id/2014/11/cara-mengetahui-waktu-kematian-jenazah.html pada tanggal 06 April 2018 pukul 14.05 WIB.