Sains Dibalik Penuaan Dini

Penuaan dini adalah salah satu fenomena yang sebisa mungkin ingin diperlambat kehadirannya oleh kaum wanita. Mudahnya akses teknologi menjadi pelarian […]

blank

Penuaan dini adalah salah satu fenomena yang sebisa mungkin ingin diperlambat kehadirannya oleh kaum wanita. Mudahnya akses teknologi menjadi pelarian terbaik para kaum hawa untuk memperoleh sejumlah petuah terkait perawatan wajah yang ideal ala beauty influencer untuk mencegah penuaan dini. Banyaknya produk perawatan yang ditawarkan berimplikasi pada kesungguhan kaum hawa dalam memberikan perawatan maksimal bagi wajahnya agar lebih awet muda, sehat, cantik, sesuai kelapangan budget masing-masing.

Beberapa teori mengemukakan bahwa penuaan dini dapat disebabkan oleh radikal bebas, hormonal, genetik, telomere, serta wear and tear [1]. Melalui tulisan ini akan diulas radikal bebas sebagai penyebab penuaan dini pada manusia. Radikal bebas dapat dijabarkan sebagai molekul suatu senyawa yang memiliki elektron yang tidak berpasangan. Hal ini menyebabkan molekul tersebut sangat labil dan tidak terkontrol, dia akan mengambil elektron dari molekul lain tanpa ampun sehingga menyebabkan molekul lain kekurangan elektron. Molekul yang kekurangan elektron inilah yang disebut radikal bebas atau dapat disebut dengan peristiwa oksidasi. Oleh karena itu untuk mengatasi atau mengontrol radikal bebas dalam tubuh maka dibutuhkan antioksidan [1].

Pada dasarnya oksigen adalah molekul yang sangat dibutuhkan bagi tubuh kita, bagaimana tidak sebab tanpa oksigen kita akan kesulitan bernapas. Selain itu oksigen banyak berguna untuk proses metabolisme sejumlah reaksi kimia dalam tubuh kita. Bisa dibayangkan apabila tak ada oksigen? Metabolisme dalam tubuh kita akan kacau balau dan akan beresiko pada kesehatan kita seperti proses pertumbuhan, hingga perlawanan tubuh terhadap mikroba patogen. Namun dibalik sejumlah manfaatnya, radikal bebas yang kekurangan elektron ini berpotensi menjadi sangat berbahaya apabila dibiarkan begitu saja sebab dapat menyebabkan kerusakan hingga tingkat DNA dan menyisakan sejumlah zat sisa yang tidak dapat dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat sisa dan sel mati inilah yang dapat menyebabkan beragam penyakit degeneratif hingga penuaan dini  [1].

Oleh karena itu dalam rangka mengendalikan kerusakan yang ditimbulkan oleh radikal bebas maka dibutuhkan senyawa antioksidan. Pada dasarnya secara alami tubuh kita memiliki sejumlah enzim yang bersifat sebagai antioksidan atau penawar oksigen yang bernama SOD (superoksida dismutase), CAT (catalase) dan GPX-1 (glutation peroksidase) [2]. Namun terkadang pola hidup dan pola makan yang tidak sehat, serta stress, menyebabkan jumlah antioksidan dalam tubuh tidak cukup untuk mengimbangi radikal bebas yang terbentuk. Peristiwa ini disebut stress oksidatif [3]. Kehadiran antioksidan akan menstabilkan radikal bebas sehingga  stress oksidatif terhenti dan tidak berbahaya [4].

Radikal bebas yang berlebih dapat ditekan dengan mengonsumsi pangan alami yang memiliki aktivitas antioksidan tinggi sehingga menyokong kinerja antioksidan alami dalam tubuh. Telah banyak studi yang membuktikan sejumlah pangan alami juga nabati seperti buah-buahan dan sayuran memiliki kontribusi dalam menekan jumlah radikal bebas dalam tubuh. Berkaitan dengan penuaan dini, telah dilakukan penelitian tentang pengaruh zat kaya polifenol dalam menurunkan resiko penuaan dini. Sejumlah sumber polifenol seperti biji anggur dan polifenol teh hijau diuji kapasitas antioksidannya secara in vivo pada hewan uji yang telah diberi paparan dengan sinar UV, stress oksidatif, dan perusakan DNA. Polifenol ini dapat berbaur dengan tabir surya untuk melindungi dampak negatif dari radiasi UV yang menyebabkan stress oksidatif [5]. Well, daripada menunggu ekstrak polifenol tersebut  dipadu menjadi produk untuk menghambat pertanda penuaan dini, maka alangkah lebih bijaknya jika kita memulai  untuk menerapkan konsumsi buah-buahan dan sayuran kaya antioksidan agar cantikmu tak hanya berasal dari perawatan luar tapi juga dari pola makan yang sehat. Selamat mencoba!

Referensi.

  1. Muchtadi D. 2009. Gizi anti penuaan dini. Bandung: Penerbit Alfabeta
  2. Effendi AT, Hardinsyah, Effendi YH, Dewi M, Nurdin NM. 2017. Nutrigenomik resistensi insulin sindrom metabolik prediabetes. Bogor: IPB Press.
  3. Sayuti K, Yenrina R. 2015. Antioksidan, alami, dan sintetik. Surabaya: Andalan university press
  4. Khaira K. 2010. Menangkal radikal bebas dengan anti-oksidan. Jurnal Sainstek II(2):183-187.
  5. Gupta B, Kumar B, Sharma A, Sori D, Sharma R, Mehta S. 2017. Nutraceutical for antiaging. Nutraceuticals in Veterinary Medicine

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Yuk Gabung di Komunitas Warung Sains Teknologi!

Ingin terus meningkatkan wawasan Anda terkait perkembangan dunia Sains dan Teknologi? Gabung dengan saluran WhatsApp Warung Sains Teknologi!

Yuk Gabung!

Di saluran tersebut, Anda akan mendapatkan update terkini Sains dan Teknologi, webinar bermanfaat terkait Sains dan Teknologi, dan berbagai informasi menarik lainnya.