Ditulis Oleh Rahmawati Sa’diyah
Tahukah kamu? Setiap pagi dan sore hari, setidaknya ada 200 orang warga yang datang mengunjungi kampusku. Pada hari Minggu jumlahnya meningkat, mencapai hampir 400 orang. Mereka tersebar di sekitar area lapangan sepakbola, gedung serba guna, dan penangkaran rusa. Seorang temanku(1) pernah mencoba menghitung jumlah pengunjung fasilitas kolam renang saat akhir pekan. Jumlahnya fantastis, ada 1761 warga yang memilih berenang di kolam renang kampusku ini.
Suasana kolam renang Unila pada Minggu pagi
Rata–rata, para warga yang berkunjung memang ingin memanfaatkan fasora (fasilitas olahraga) kampus yang terdiri dari lapangan sepakbola, basket, tenis, dan kolam renang. Banyak juga yang terlihat nyaman menyalurkan hobi di sekeliling gedung serba guna seperti komunitas skate board , sepatu roda, dan atraksi motor
Peluang keramaian ini dimanfaatkan oleh beberapa warga yang gemar berdagang. Saat Minggu pagi, salah satu ruas jalan menuju lapangan sepakbola dipenuhi oleh lapak kuliner dan pakaian. Tentu saja ramai pembeli. Namun sayangnya, tak terlihat satupun mahasiswa yang menggelar lapak dagangan bersama mereka.
Kampusku adalah kampus universitas negeri tertua di Provinsi Lampung. Setiap tahunnya, rata–rata 10.000 mahasiswa baru resmi menjadi bagian dari kampusku ini, Universitas Lampung. Hingga 2018, tercatat ada 32.903 mahasiswa yang aktif menempuh pendidikan di Unila. Kampusku menyediakan berbagai pilihan bidang keilmuan yang terdiri dari 12 program studi diploma, 43 strata sarjana, 37 pasca sarjana, dan 3 program studi doktoral.
Meski tak terlalu luas, tersimpan berbagai sumberdaya yang mengagumkan di Universitas Lampung (Unila). Berbagai jenis vegetasi berupa pepohonan, semak belukar, rumput, dan tumbuhan rawa ditemukan di kampus. Vegetasi ini menjadi habitat bermacam jenis satwa, diantaranya 37 spesies kupu–kupu (Soekardi, 2007) dan 60 spesies burung (Djausal, Bidayasari, dan Ahmad, 2007). Saat awal berdiri kampus Unila didominasi oleh tanaman kelapa dan tangkil. Seiring tahun berjalan, ragam pepohonan semakin bertambah hingga mencapai 100 spesies tanaman (Syam dkk., 2007).
Setelah melakukan inventarisasi, aku menemukan setidaknya ada 14 objek yang berpotensi untuk dijadikan sebagai tujuan warga ketika berkunjung ke kampus. Objek ini terdiri dari fasilitas penunjang kegiatan akademik, fasilitas penunjang kegiatan mahasiswa, dan fasilitas publik. Fasilitas penunjang kegiatan akademik terdiri dari laboratorium, kebun/kolam percobaan, arboretum, dan penangkaran satwa langka. Fasilitas pendukung kegiatan mahasiswa terdiri dari PKM, sarana ibadah, dan student centre. Fasilitas publik terdiri dari sarana olahraga, area GSG, dan food court serta pertokoan.
Arboretum Kampus Unila
Memang seharusnya warga berkunjung bukan hanya untuk berolahraga. Banyak hal menarik yang dapat dipelajari. Pendapatku ini didukung oleh responden yang aku wawancarai secara langsung maupun melalui media daring. Mereka adalah masyarakat yang berasal dari dua latar belakang usia dan aktivitas berbeda, yakni para pelajar dan orang dewasa.
Survei pada responden usia pelajar dilakukan secara daring terhadap 50 orang pelajar. Mereka terdiri dari 11 pelajar SMP dan 39 pelajar SMA/SMK yang berasal dari 10 kabupaten dan kota di Lampung. Responden menyatakan bahwa kampus Unila nyaman untuk dikunjungi (90%) dan tertarik melakukan kegiatan wisata pendidikan (96%).
Responden usia dewasa (17 – 45 tahun) berjumlah 40 orang yang diambil secara acak dari lokasi Penangkaran Rusa, sarana olahraga, dan sekitar Gedung Serba Guna. Responden terdiri dari 27 orang warga Bandar Lampung dan 13 orang pengunjung berasal dari luar daerah yaitu kabupaten Lampung Selatan, Lampung Tengah, Pesawaran, dan Kota Jombang. Hasil survei menunjukkan bahwa 87,5% responden tertarik melakukan kegiatan wisata pendidikan karena kampus Unila nyaman untuk dikunjungi (92,5%) dan memiliki area –area yang menarik (72,5%).
Benar seperti dugaanku, mayoritas dari mereka ternyata ingin sekali bisa berkunjung ke kampus. Mereka ingin berwisata sekaligus merasakan bagaimana iklim akademik di dalam lingkungan Unila. Ir Setyo Widagdo, M.Si., salah seorang dosenku mengarahkan untuk melakukan sebuah penelitian untuk dapat mengakomodir keinginan masyarakat ini. Tak hanya bersama beliau, Aku melakukan penelitian bersama Ir. Rugayah, M.P., dan Ir. Kus Hendarto, M.S. Mereka adalah tim dosen pembimbing yang sangat memberikan dukungan untuk membuat sebuah rancangan jalur interpretasi wisata pendidikan di kampus Unila.
Sebelum melakukan proses perancangan, Aku mengawali penelitian ini dengan kegiatan survei dan inventarisasi. Aku mempelajari seluruh sumberdaya yang dimiliki oleh Unila. Hasilnya, ada 13 objek yang layak dikunjungi oleh warga dalam rangka kegiatan wisata edukasi. Para responden juga memilih objek yang paling ingin mereka kunjungi. Responden usia dewasa menyukai objek yang terletak di area publik yaitu penangkaran rusa. Sedangkan responden usia pelajar lebih menyukai objek yang terletak di area privat dan semiprivat seperti laboratorium.
(a) Gedung laboratorium dan (b) penangkaran rusa
Lantas aku menganalisis pembagian ruang kampus dan merancang jalur interpretasi. Jalur yang aku rancang berupa jalur interpretasi wisata berdasarkan kelompok bidang keilmuan dan lama kegiatan. Jalur interpretasi adalah jalur khusus yang menghubungkan objek – objek menarik. Jalur wisata dapat berupa jalur pejalan kaki, jalur sepeda, jalur transportasi mobil, dan lain sebagainya (Muntasib dan Rachmawati, 2003). Kampus Unila memiliki fasilitas bus kampus, sehingga jalur wisata yang disusun adalah kombinasi jalur bus dan jalur pejalan kaki.
Jalur wisata pendidikan berdasarkan bidang keilmuan dibuat untuk memenuhi kebutuhan wisatawan yang ingin melakukan kegiatan wisata keilmuan secara menyeluruh. Jalur wisata ini terdiri dari jalur wisata pendidikan alam, pendidikan sosial, pendidikan keteknikan, dan pendidikan religi. Wisatawan dapat melakukan kegiatan wisata keilmuan secara parsial dengan mengacu pada daftar objek wisata pendidikan di kampus Unila.
Peta jalur wisata pendidikan tematik keilmuan
Jalur wisata pendidikan berdasarkan durasi kegiatan dibuat sebagai jalur alternatif bagi wisatawan yang ingin mengenal kampus Unila secara menyeluruh. Wisata harian < 4 – 8 jam diperuntukkan bagi wisatawan yang memiliki keterbatasan waktu dalam melakukan kegiatan. Sedangkan wisata menginap diperuntukkan bagi wisatawan yang ingin merasakan lingkungan kehidupan sebagai mahasiswa di kampus.
Peta jalur wisata pendidikan menginap
Meski tak semua warga berkesempatan mengenyam pendidikan di Unila, setidaknya setiap orang dapat mempelajari dan ikut merasakan kehidupan di dalam kampusku. Alasan itulah yang mendasari keputusanku melakukan penelitian ini. Keputusan untuk merancang jalur interpretasi wisata pendidikan pada lanskap kampus Universitas Lampung.
Agar program ini dapat terwujud, pengelola kampus tentu harus membuat sebuah manajemen wisata pendidikan kampus. Jika berhasil menarik perhatian banyak masyarakat, program ini dapat membantu proses penyebaran publikasi hasil penelitian terapan juga informasi layanan yang disediakan oleh kampus kepada masyarakat. Mahasiswa bahkan berpeluang menjadi tour guide dan pelaku usaha kecil dan menengah untuk menyuplai kebutuhan pariwisata edukatif ini. Sangat bermanfaat bukan. Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui!
Keterangan:
Artikel ini dibuat berdasarkan hasil penelitian skripsi Rahmawati Sa’diyah yang berjudul Perencanaan Jalur Interpretasi Wisata Pendidikan Pada Lanskap Kampus Universitas Lampung. Penulis merupakan alumni Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, dengan konsentrasi bidang ilmu Agronomi dan Hortikultura.
Sumber Referensi:
- Djausal, A., Bidayasari., dan Ahmad. M. 2007. Kehidupan Burung di Kampus Unila. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 54 hlm.
- Muntasib, E.K.S.H., dan Rachmawati, E. 2003. Teknik Interpretasi Lingkungan. Studio Rekreasi Alam. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
- Sa’diyah, R. 2019. Perencanaan Jalur Interpretasi Wisata Pendidikan Pada Lanskap Kampus Universitas Lampung. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. 110 hlm.
- Soekardi, H. 2007. Kupu – Kupu di Kampus Unila. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 52 hlm.
- Syam, T., Hendarto, K., Bintoro. A., dan Indriyanto. 2007. Keanekaragaman Pohon di Kampus Hijau Unila. Penerbit Universitas Lampung. Bandar Lampung. 36 hlm.
- Utami, A.H. 2019. Survei dalam Tugas Akhir Akademik. 27 Januari 2019. Bandar Lampung
Catatan kaki:
1Ajeng Handayani Utami, 2019, Bandar Lampung.