Inovasi Katalis Untuk Konversi Sawit Menjadi Bahan Bakar Nabati: Riset Yang Membuktikan Kemandirian Bangsa Dalam Mengatasi Permasalahan Energi

Ditulis Oleh Dadan Satria Sebagai sebuah negara industri baru dimana 20 persen sumbangan perekonomian nasional dikontribusi oleh sektor industri, Indonesia […]

Ditulis Oleh Dadan Satria

Sebagai sebuah negara industri baru dimana 20 persen sumbangan perekonomian nasional dikontribusi oleh sektor industri, Indonesia membutuhkan sekitar 1,23 miliar barel setara minyak (Barel Oil Equivalent / BOE) pada tahun 2017 untuk menunjang kebutuhan energi dalam negeri dimana sekitar 44 persen nya digunakan untuk kebutuhan industri, disamping transportasi sebesar 36,03 persen, rumah tangga 11,51 persen, komersial 4,41 persen dan konsumsi lain-lain sekitar 4,05 persen[1]. Artinya hampir setengah dari energi nasional dimanfaatkan untuk kebutuhan industri dalam negeri. Dengan penggunaan energi yang besar ini, Indonesia masih bergantung pada bahan bakar fosil yang mana bahan bakar tersebut suatu saat akan habis dan membutuhkan waktu 70 – 340 juta tahun untuk bisa terbentuk kembali.

Untuk mengatasi kebutuhan energi yang begitu besar, sampai saat ini Pemerintah Indonesia masih melakukan langkah-langkah yang Tidak Mandiri seperti melakukan kebijakan impor minyak yang besar. Sebenarnya Pemerintah Indonesia juga memiliki kilang minyak di berbagai wilayah untuk menunjang kebutuhan energi nasional disamping import dari negara lain, namun unsur vital dalam kilang minyak tersebut yaitu katalis nya sendiri masih diimpor dari luar negeri..  Indonesia Diperkirakan mengimpor katalis untuk kebutuhan reaktor-reaktor di dalam negeri sebesar 500 juta USD. Ada sebagian kecil katalis yang diproduksi di Indonesia, namun masih dengan lisensi dari luar negeri[4].

Katalis sendiri adalah suatu zat yang mempercepat laju reaksi kimia. Katalis terlibat dalam reaksi, tetapi tidak dikonsumsi dalam reaksi karena pada akhir reaksi katalis akan diregenerasi kembali [5]. Dengan sifatnya yang dapat diregenerasi kembali setelah melakukan reaksi, maka katalis dianggap sangat efisien berguna dalam produksi industri kimia, termasuk industri pertambangan minyak dan gas.

Pada waktu kurun 5 tahun terakhir ini, Laboratorium Teknik Reaksi Kimia dan Katalisis (TRKK) Fakultas Teknologi Industri (FTI), Institut Teknologi Bandung (ITB) dan RTC Pertamina bekerjasama dalam mengembangkan katalis sendiri untuk mengkonversi minyak sawit menjadi BBN (Bahan Bakar Nabati). Sejak tahun 1982, TRKK-ITB telah bekerja keras melakukan penelitian untuk membuat sebuah katalis sendiri demi terciptanya kemandirian bangsa dalam pengelolaan energi dan menjawab tantangan kemandirian bangsa dalam produk penelitian. Penelitian panjang tersebut membuahkan hasil dengan terciptanya sebuah katalis yang dapat mengolah bahan nabati menjadi sebuah bahan bakar dimana satunya adalah katalis yang mengkonversi minyak sawit menjadi BBN (Katalis Biofuel). Katalis tersebut dinamai dengan “Katalis Merah Putih” .[6]

Gambar 1. (dari atas, kiri ke kanan ) Green Diesel, Avtur Nabati dan Green Gasoline.

Salah satu produk yang dihasilkan dari katalis yang diproduksi TRKK-ITB [7]

TRKK-ITB sebelumnya telah menciptakan Katalis biofuel generasi pertama yang sudah dikembangkan sejak tahun 2010. Katalis yang sedang dikembangkan saat ini adalah katalis generasi kedua yang diberi nama PIDO130-1,3T. Katalis ini telah diuji menggunakan reaktor pilot di RTC Pertamina selama lebih dari 10 bulan [7].

Selain Katalis Biofuel, TRKK-ITB juga telah menghasilkan berbagai katalis dengan jenis Katalis Untuk Minyak Bumi (hydrotreating). Sejak 2011 hingga saat ini tidak kurang dari 140 ton katalis hydrotreating telah diproduksi dan digunakan di 8 reaktor di 5 kilang Pertamina[7].

Prof. Subagjo, Peneliti TRKK-ITB sekaligus Guru Besar Teknik Industri ITB berpendapat bahwa dengan proses dan katalis tersebut, Indonesia akan dapat mengurangi impor minyak mentah maupun bahan bakar minyak (BBM)[4]. Diharapkan Komoditas Nabati kedepannya akan dapat menggantikan peran BBM

Komoditas nabati yang paling banyak diproduksi di Indonesia adalah Minyak Sawit. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), Pada tahun 2017 Indonesia memproduksi sekitar 34.47 juta ton sawit. Jumlah tersebut terus meningkat sekitar 9 persen setiap tahunnya. Namun, baru 25 persen yang terserap untuk berbagai kebutuhan, sisanya di ekspor ke negara lain sebagai minyak sawit[2].

Sawit adalah komoditas yang bisa dikategorikan sebagai bahan terbarukan. Dibandingkan bahan fosil batubara dan minyak yang ditambang setiap hari dan sewaktu-waktu bisa habis, Tanaman Kelapa Sawit bisa dipanen dan ditanam kembali untuk mendapatkan Sawit yang baru. Selama tersedia lahan, maka Sawit bisa terus menerus diproduksi, bukan ditambang.

Apabila kedepannya penyerapan komoditas Sawit dialihkan dari ekspor minyak sawit menjadi bahan dasar reaktor BBN di dalam negeri, maka energi BBN yang dihasilkan akan sangat besar karena tingginya jumlah produksi sawit nasional setiap tahunnya. Karena itu, komoditas sawit adalah pilihan yang tepat untuk menjadi bahan utama dari reaktor BBN di masa depan.

Jika para peneliti, stakeholder dan masyarakat Indonesia bekerjasama dalam mewujudkan reaktor BBN di masa depan dengan skala besar, maka Indonesia bukan hanya dapat mengurangi ketergantungan terhadap harga minyak dunia untuk kebutuhan energi dalam negeri, tetapi juga bisa suatu saat dapat terlepas dari ketergantungan minyak dunia dan menyaingi negara-negara maju saat ini yang memproduksi BBN dengan jumlah besar seperti Jerman, Tiongkok dan Swedia[3].

Rencana Pembangunan Reaktor BBN dari inovasi Katalis Merah Putih yang dikembangkan TRKK-ITB tidak semata hanya bertujuan untuk melepas ketergantungan energi dari fosil dan  minyak dunia, tetapi juga untuk memacu Habit atau kebiasaan bangsa untuk mengembangkan Inovasi Teknologi Produksi dari dalam negeri yang suatu saat dapat mengantarkan bangsa indonesia mandiri dalam teknologi proses, tidak hanya bergantung pada penemuan-penemuan teknologi baru dari luar negeri.

Apabila Reaktor BBN dengan inovasi Katalis Merah Putih nya benar-benar dijalankan dan dijadikan sebagai proyek prioritas nasional, maka Indonesia akan mendapatkan banyak manfaat dari pembangunan tersebut. Mengurangi dari ketergantungan energi fosil, pemanfaatan sumber daya nabati secara maksimal dan efektif hingga faktor ekonomi yang tidak tergantung dari pasar dunia adalah manfaat-manfaat yang bisa diperoleh Indonesia. Tetapi yang lebih penting dari itu semua adalah : Pembangunan ini bisa menjadi pijakan awal negeri ini untuk mandiri dalam teknologi produksi dan menjadi pelopor dalam perkembangan teknologi dunia di bidang energi.

Referensi

  1. ESDM Kementerian (2018) Berapa Konsumsi Energi Nasional? Diakses 2 Agustus 2019 diambil dari https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2018/10/10/berapa-konsumsi-energi-nasional
  2. BPS (2017), Statistik Kelapa Sawit Indonesia Hlm. 17 diakses dari https://www.bps.go.id/publication/2018/11/13/b73ff9a5dc9f8d694d74635f/statistik-kelapa-sawit-indonesia-2017.html
  3. http://www.cleanenergycouncil.org.au/policy-advocacy/reports.html diakses 3 Agustus dari website Wikipedia https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_negara_menurut_produksi_listrik_dari_energi_terbarukan
  4. Prof. Subagjo. 2019. ITB Kembangkan Katalis untuk Konversi Sawit menjadi Bahan Bakar Nabati. Wawancara dalam laman website https://www.itb.ac.id/news/read/56990/home/itb-kembangkan-katalis-untuk-konversi-sawit-menjadi-bahan-bakar-nabati ditulis oleh Fivien Nur Savitri
  5. Utomo. M. Pranjoto., & Laksono. Endang. Widjajanti (2007, 25 Agustus) TINJAUAN UMUM TENTANG DEAKTIVASI KATALIS PADA REAKSI KATALISIS HETEROGEN Hlm. 1. diakses 3 Agustus 2019 dari website http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/132206549/04_deaktivasi_katalisis_heterogen.pdf
  6. Taufiqurrahman (2019, 2 Juni), Perjuangan Para Peneliti ITB Ciptakan Aneka BBM Berbahan Dasar Sawit, diakses 2 Agustus 2019, Porta Beirita Jawapos.com https://www.jawapos.com/features/09/06/2019/perjuangan-para-peneliti-itb-ciptakan-aneka-bbm-berbahan-dasar-sawit
  7. Savitri Fivien Nur (2019, 2 Juni), ITB Kembangkan Katalis untuk Konversi Sawit menjadi Bahan Bakar Nabati, diakses 2 Agustus 2019, Portal Berita itb.ac.id https://www.itb.ac.id/news/read/56990/home/itb-kembangkan-katalis-untuk-konversi-sawit-menjadi-bahan-bakar-nabati

2 thoughts on “Inovasi Katalis Untuk Konversi Sawit Menjadi Bahan Bakar Nabati: Riset Yang Membuktikan Kemandirian Bangsa Dalam Mengatasi Permasalahan Energi”

  1. saran yang bagus dari anda.Namun saya tidak yakin pemerintah berani mengambil resiko ini.kita tunggu saja keputusan dari pusat.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top