Indonesia Berdaya dalam Menghadapi Dampak Plastik bagi Kesehatan

Ditulis Oleh Fadly Ryan Wicaksana Plastik merupakan bahan yang dapat ditemui hampir di setiap barang. Plastik memiliki harga yang sangat […]

sampah plastik

Ditulis Oleh Fadly Ryan Wicaksana

Plastik merupakan bahan yang dapat ditemui hampir di setiap barang. Plastik memiliki harga yang sangat terjangkau dan terlihat bersih. Itulah mengapa banyak yang memanfaatkannya untuk memenuhi kebutuhan dagang dan sebagainya. Namun, tahukah kamu dampak dari plastik yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari terutama pada makanan dan minuman? Pernahkah kamu membeli makanan atau minuman panas yang dibungkus menggunakan plastik? Seperti bakso, mie ayam, soto, bakmi, atau wedang ronde? Tahukah kamu apabila ada dampak negatif yang sangat berbahaya? Mungkin hal ini terlihat praktis dan murah, bahkan aman-aman saja. Namun, pernahkah kamu berpikir bahwa plastik yang meleleh dapat mengganggu kesehatan?

blank

Plastik terbuat dari gabungan monomer yang disebut polimer. Apabila polimer beraksi dengan kalor (panas), maka monomer-monomernya akan lepas. Jika hal ini terjadi, semisal pada plastik yang digunakan untuk membungkus kuah bakso yang panas, lalu sebagian monomer plastik lepas dan bercampur dengan kuah panas itu dan dimakan oleh konsumen, monomer yang masuk ke dalam tubuh ini dapat memicu berbagai jenis kanker bahkan kerusakan jaringan pada tubuh manusia (karsinogenik). Efeknya memang tidak langsung terasa, melainkan beberapa tahun yang akan datang. Akan tetapi, hal ini seperti mempercepat kematian karena kamu pasti tahu seberapa kecil peluang kesembuhan dari pengidap kanker.

Tak hanya pada makanan dan minuman, tetapi juga bagaimana kita memperlakukan sampah atau limbah plastik. Tahukah kamu apakah membakar sampah terutama plastik itu akan menyelesaikan masalah pada sampah plastik? Kenyataannya tidak demikian. Seperti halnya yang sudah dijelaskan tadi, sampah plastik yang dibakar akan menerbangkan monomer-monomer sisa pembakaran tidak sempurna yang sangat berbahaya bagi kesehatan. Asap hasil pembakaran tersebut tidak semerta-merta menghilang ke langit, namun tetap akan mencemari udara bahkan mengendap di atmosfer dan dapat menimbulkan berbagai dampak buruk. Dampaknya bisa berupa efek rumah kaca, hujan asam, bahkan pemanasan global seperti perubahan iklim yang sudah terasa akhir-akhir ini. Plastik yang mengendap di atmosfer tersebut akan semakin banyak setiap harinya dan akan membolong atmosfer. Padahal atmosfer sangat bermanfaat untuk menjaga kita dari sinar UV yang berbahaya dan berpotensi menimbulkan kanker kulit.

Plastik sangat berbahaya saat asap dari hasil pembakaran sampah itu terhirup dan masuk ke dalam paru-paru. Zat-zat kimia berbahaya akan mengganggu pernafasan manusia bahkan dapat menyebabkan kanker paru-paru. Pernahkah kamu menghirup asap plastik? Pasti berbau aneh dan khas bau zat kimia dari plastik. Memang berbahaya, namun di masa-masa kini kita pasti banyak menghirupnya. Maka dari itu, sebisa mungkin hindari membakar sampah plastik dan mencegah menghirup asap tersebut. Bahkan tidak hanya asap dari pembakaran plastik, tapi asap hasil pembakaran tidak sempurna pun tetap berbahaya. Pembakaran tidak sempurna menghasilkan karbon monoksida (CO) yang tidak dapat diuraikan oleh tumbuhan bahkan bersifat racun. Dalam tubuh, karbon monoksida dapat mengikat hemoglobin. Selain itu, toksik pada gas yang dihasilkan oleh pembakaran plastik tersebut dapat menyebabkan sperma menjadi tidak subur dan terjadi gangguan kesuburan.

Ada beberapa contoh jenis plastik yang dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Pertama, PET (Polyethylene Terephthalate) merupakan bahan dasar untuk pembuatan botol air mineral dan sangat dianjurkan SEKALI PAKAI saja. Bila terlalu sering digunakan bahkan untuk menyimpan air hangat apalagi panas, akan mengakibatkan lapisan polimer meleleh dan mengeluarkan zat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker) karena titik lelehnya hanya 85 derajat celsius. Kedua, HDPE (High Density Polyethylene) merupakan bahan plastik yang aman digunakan karena kemampuannya yang dapat mencegah reaksi kimia terhadap makanan atau minuman yang dikemasnya. HDPE memiliki sifat bahan yang lebih kuat, keras, buram, dan lebih tahan terhadap suhu tinggi jika dibandingkan plastik berbahan PET. Walaupun HDPE lebih aman daripada PET, namun apabila digunakan secara terus menerus akan melepaskan senyawa antimoni trioksida. Ketiga, PVC (Polyvinyl Chloride) yaitu bahan plastik yang lebih tahan terhadap senyawa kimia, minyak, dll. PVC mengandung DEHA yang dapat bereaksi dengan makanan yang dikemas dengan plastik berbahan ini saat bersentuhan langsung dengan makanan tersebut, titik lelehnya 70 sampai 140 derajat celsius. Reaksi yang terjadi antara PVC dengan makanan yang dikemas dengan plastik ini berpotensi berbahaya untuk ginjal, hati, dan penurunan berat badan. [1]

Berdasarkan penelitian di Amerika Serikat, plastik PVC yang menggunakan DEHA dapat mengontaminasi makanan dengan mengeluarkan pelembut ini ke dalam makanan. DEHA merupakan aktivitas mirip dengan hormon estrogen (hormon kewanitaan pada manusia). Berdasarkan hasil uji pada hewan, DEHA dapat merusak sistem peranakan dan menghasilkan janin yang cacat, selain mengakibatkan kanker hati. Meskipun dampak DEHA pada manusia belum diketahui secara pasti, hasil penelitian yang dilakukan pada hewan seharusnya membuat kita lebih berhati-hati. [1]

Mahasiswa berperan penting dalam mengatasi suatu permasalahan karena mahasiswa adalah agent of change. Peran mahasiswa dalam mengatasi masalah ini adalah dengan memberikan himbauan untuk mengurangi penggunaan plastik atau paling tidak mengurangi dampak dari plastik itu sendiri, bahkan bisa juga melakukan riset atau penelitian untuk menyelesaikan permasalahan ini. Himbauan tersebut bisa disampaikan melalui sosialisasi, slogan, poster, dan pemanfaatan media sosial. Adapun dalam himbauan tersebut harus berisi tentang ajakan dan dampak dari plastik tersebut. Misalnya, saat ingin membeli bakso bisa langsung dimakan di tempat. Apabila ingin dibawa pulang atau dibungkus, sebaiknya membawa wadah sendiri yang dirasa lebih aman daripada menggunakan plastik seperti membawa termos kecil yang bisa menyimpan kuah panas dengan aman. Mengenai sampah plastik contohnya dapat berupa himbauan untuk mengurangi pembakaran plastik dan memberikan arahan untuk mengumpulkan sampah agar dapat didaur ulang sehingga mengurangi berbagai dampak negatif yang dapat berakibat fatal pada masa depan. Untuk menghindari bahaya yang mungkin terjadi, sebaiknya jika harus menggunakan plastik, maka pakailah plastik yang terbuat dari polietilena dan polipropilena atau bahan alami (daun pisang misalnya).

Ada sebuah penelitian di Indonesia yang dilakukan sebagai upaya mengurangi produksi plastik, yaitu dengan memodifikasi dan karakterisasi pati batang kelapa sawit secara hidrolisis sebagai bahan baku bioplastik. Hasil penelitian pati batang kelapa sawit termodifikasi ini diharapkan dapat diaplikasikan sebagai bahan baku bioplastik yang ramah lingkungan. [2]

Relevansi kondisi dan permasalahan di atas dalam mewujudkan “Indonesia Berdaya” adalah kesehatan menjadi modal awal dalam memajukan bangsa. Kesehatan hanya bisa dijaga dengan gaya hidup yang sehat. Tanpa adanya kesehatan akan menjadi mustahil untuk memajukan bangsa ini. Jadi, untuk memajukan bangsa Indonesia, harus dimulai dengan suatu perubahan pola hidup agar dapat mencapai gaya hidup yang sehat. Perubahan ini harus dimulai dari diri sendiri. Selamatkanlah masa depan diri sendiri untuk menyelamatkan masa depan bangsa.

DAFTAR PUSTAKA

  1. https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://pusdiklatmigas.esdm.go.id/file/t2-_Bahaya_Plastik_—_Nurhenu_K.pdf&ved=2ahUKEwiQw6qAgsPjAhXCOY8KHbSUC6oQFjAAegQIARAB&usg=AOvVaw3PqKMj6gQjolrPuuO3m3iT
  2. http://lipi.go.id/publikasi/modifikasi-dan-karakterisasi-pati-batang-kelapa-sawit-secara-hidrolisis-sebagai-bahan-baku-bioplastik/28651

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *